Qiyās Zakat Penghasilan/Profesi Lebih Dekat kepada Zakat Zira‘ah daripada Zakat Emas:
Analisis Ushūl Fiqh, Nishab–Kadar, dan Maqāṣid al-Syarī‘ah dalam Perspektif Perlindungan Mustahiq
Abstrak
Zakat penghasilan atau zakat profesi merupakan persoalan fikih kontemporer yang tidak dikenal secara eksplisit pada masa klasik. Oleh karena itu, penetapan hukumnya memerlukan pendekatan ijtihād qiyāsī. Artikel ini menganalisis secara komprehensif qiyās zakat penghasilan kepada zakat emas (naqdain) dan zakat pertanian (zira‘ah), dengan menitikberatkan pada kesamaan ‘illat, perbandingan nishab dan kadar zakat, implikasi terhadap penghasilan minimal, serta pertimbangan maqāṣid al-syarī‘ah. Hasil analisis menunjukkan bahwa qiyās zakat penghasilan kepada zakat zira‘ah lebih kuat secara metodologis, lebih maslahat secara sosial, dan lebih berpihak pada penyelamatan mustahiq dibandingkan qiyās kepada zakat emas.
1. Pendahuluan
Transformasi ekonomi modern melahirkan jenis pendapatan berbasis jasa dan keahlian seperti gaji, honorarium, dan fee profesi. Bentuk harta ini tidak ditemukan secara eksplisit dalam literatur fikih klasik, sehingga penentuan hukumnya memerlukan ijtihād. Perbedaan pendapat muncul terkait kepada zakat apa penghasilan tersebut diqiyaskan: zakat emas atau zakat zira‘ah. Pilihan qiyās ini bukan sekadar teknis fikih, tetapi menentukan arah keadilan sosial zakat.
2. Qiyās dalam Ushūl Fiqh
Qiyās merupakan metode ijtihad utama setelah Al-Qur’an, Sunnah, dan ijma‘.
الْقِيَاسُ حَمْلُ فَرْعٍ عَلَى أَصْلٍ فِي حُكْمٍ لِعِلَّةٍ جَامِعَةٍ بَيْنَهُمَا
“Qiyās adalah menyamakan hukum cabang dengan hukum asal karena adanya ‘illat yang sama di antara keduanya.”[^1]
Dengan demikian, kekuatan qiyās bergantung pada ketepatan penentuan ‘illat, bukan pada kemiripan bentuk lahiriah harta.
3. Karakteristik Zakat Penghasilan
Zakat penghasilan memiliki ciri utama:
- Bersumber dari usaha aktif (kasb)
- Diterima secara periodik
- Bersifat income langsung, bukan simpanan
- Digunakan untuk nafkah rutin
Karakter ini menjadi kunci dalam menentukan qiyās yang tepat.
4. Qiyās kepada Zakat Emas: Analisis Kritis
Zakat emas memiliki nishab 20 dinar (±85 gram emas) dan mensyaratkan haul.
وَالَّذِينَ يَكْنِزُونَ الذَّهَبَ وَالْفِضَّةَ
“Orang-orang yang menimbun emas dan perak…”
(QS. At-Taubah: 34)
Ibnu Qudāmah menjelaskan:
إِنَّمَا تَجِبُ الزَّكَاةُ فِي النُّقُودِ لِكَوْنِهَا مُعَدَّةً لِلِادِّخَارِ
“Zakat uang diwajibkan karena sifatnya sebagai harta simpanan.”[^2]
➡ Masalah utama: penghasilan bukan harta simpanan, tidak ditimbun, dan sering habis sebelum haul. Maka, ‘illat zakat emas tidak terpenuhi secara sempurna.
5. Qiyās kepada Zakat Zira‘ah: Analisis Ushūlī
Zakat zira‘ah diwajibkan saat hasil diperoleh, tanpa syarat haul.
وَآتُوا حَقَّهُ يَوْمَ حَصَادِهِ
“Tunaikanlah haknya pada hari panennya.”
(QS. Al-An‘ām: 141)
لَيْسَ فِيمَا دُونَ خَمْسَةِ أَوْسُقٍ صَدَقَةٌ
“Tidak ada zakat pada hasil pertanian yang kurang dari lima wasaq.”
(HR. al-Bukhārī dan Muslim)
➡ ‘Illat zakat zira‘ah adalah hasil usaha produktif yang diterima langsung, sangat serupa dengan karakter penghasilan profesi.
6. Perbandingan Nishab dan Kadar Zakat
| Aspek | Qiyās Zira‘ah | Qiyās Emas |
|---|---|---|
| Nishab | 5 wasaq (≈653 kg gabah) | 85 gr emas |
| Syarat haul | Tidak ada | Wajib |
| Kadar zakat | 5%–10% | 2,5% |
| Sifat harta | Income | Wealth |
| Waktu bayar | Saat menerima | Tahunan |
7. Implikasi Penghasilan Minimal
7.1 Qiyās Zira‘ah
Penghasilan minimal tetap wajib zakat bila mencapai batas kecukupan produktif, meski habis untuk nafkah.
تَجِبُ الزَّكَاةُ فِي الزُّرُوعِ وَإِنْ لَمْ يَبْقَ مِنْهَا شَيْءٌ
“Zakat wajib meskipun hasil pertanian habis setelah panen.”[^3]
➡ Guru honorer, pegawai UMR, dan pekerja jasa produktif tetap menjadi muzakki.
7.2 Qiyās Emas
Penghasilan minimal tidak wajib zakat, karena:
- Tidak mencapai nishab simpanan
- Tidak bertahan hingga haul
لَا زَكَاةَ فِي مَالٍ حَتَّى يَحُولَ عَلَيْهِ الْحَوْلُ
(HR. Abū Dāwud)
8. Dampak bagi Mustahiq
Ilustrasi Ringkas
Penghasilan Rp10 juta/bulan:
- Qiyās emas → 2,5%/tahun = Rp3 juta
- Qiyās zira‘ah (5%) → Rp500 ribu/bulan = Rp6 juta/tahun
➡ Lebih besar, lebih cepat, dan lebih stabil bagi mustahiq.
9. Maqāṣid al-Syarī‘ah: Mustahiq vs Muzakki
Tujuan zakat secara eksplisit diarahkan kepada mustahiq:
إِنَّمَا الصَّدَقَاتُ لِلْفُقَرَاءِ وَالْمَسَاكِينِ
(QS. At-Taubah: 60)
Kaidah ushul:
الْمَصْلَحَةُ الْعَامَّةُ مُقَدَّمَةٌ عَلَى الْخَاصَّةِ
“Maslahat umum didahulukan atas maslahat khusus.”[^4]
Analisis:
- Qiyās emas → melindungi muzakki (maslahat khusus)
- Qiyās zira‘ah → menyelamatkan mustahiq (maslahat umum)
Dalam kondisi kemiskinan struktural, menyelamatkan mustahiq adalah maslahat daruriyyah, sementara keringanan muzakki hanyalah tahsiniyyah.
10. Fiqh al-Ma’ālāt (Analisis Dampak)
يُنْظَرُ فِي الْأَحْكَامِ إِلَى مَآلَاتِهَا
“Hukum harus dilihat dari akibatnya.”[^5]
- Jika mustahiq tidak tertolong → mafsadah sistemik
- Jika muzakki terbebani ringan → dampak parsial
➡ Syariat mendahulukan pencegahan kerusakan besar.
11. Pendapat Ulama Kontemporer
- Yusuf al-Qaradawi: zakat profesi lebih dekat ke zira‘ah[^6]
- Wahbah az-Zuhaili: qiyās zira‘ah lebih adil dan maslahat[^7]
- Majma‘ Fiqh Islami OKI: zakat penghasilan wajib saat diterima[^8]
12. Kesimpulan Akhir
- Secara ushul, zakat penghasilan lebih tepat diqiyaskan kepada zakat zira‘ah.
- Qiyās zira‘ah:
- Tidak mensyaratkan haul
- Menjangkau penghasilan minimal
- Lebih menguntungkan mustahiq
- Qiyās emas:
- Membatasi muzakki
- Menghambat distribusi
- Dalam maqāṣid al-syarī‘ah, menyelamatkan mustahiq lebih prioritas daripada melindungi muzakki.
Zakat bukan instrumen kenyamanan orang mampu, tetapi mekanisme penyelamatan orang lemah.
Catatan Kaki
[^1]: Al-Ghazālī, Al-Mustaṣfā, Juz II, h. 354.
[^2]: Ibnu Qudāmah, Al-Mughnī, Juz II, h. 604.
[^3]: An-Nawawi, Al-Majmū‘, Juz V, h. 401.
[^4]: Asy-Syāṭibī, Al-Muwāfaqāt, Juz II, h. 345.
[^5]: Ibn al-Qayyim, I‘lām al-Muwaqqi‘īn, Juz III, h. 14.
[^6]: Yusuf al-Qaradawi, Fiqh az-Zakāh, Juz II, h. 938–947.
[^7]: Wahbah az-Zuhaili, Al-Fiqh al-Islāmī, Juz III, h. 1834–1842.
[^8]: Keputusan Majma‘ Fiqh Islami OKI No. 2/8/89.
wallahu a'lam.
Posting Komentar