🕌 Tipe Manusia “Baling-Baling di atas Bukit” — Tergantung ke Mana Angin Berhembus
✳️ Pendahuluan
Dalam kehidupan sosial dan dakwah, terdapat tipe manusia yang tidak memiliki pendirian kuat. Mereka ibarat “baling-baling di atas bukit”—berputar ke mana arah angin berhembus. Ketika suasana ramai mendukung suatu pandangan, ia ikut bersorak; namun saat arah berubah, ia pun cepat berganti haluan. Fenomena ini menggambarkan manusia yang tidak teguh prinsip, lemah iman, dan mudah dipengaruhi lingkungan.
📖 Dalil Al-Qur’an dan Hadis
1. Al-Qur’an Surat Al-Hajj ayat 11:
وَمِنَ النَّاسِ مَن يَعْبُدُ اللَّهَ عَلَىٰ حَرْفٍۢ
“Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi (tidak dengan penuh keyakinan).”
(QS. Al-Hajj: 11)
📚 Makna ayat:
Ibnu Katsir menjelaskan, ayat ini menggambarkan orang yang beribadah kepada Allah secara ragu dan tidak mantap. Jika mendapat kebaikan, ia senang; namun jika diuji, ia berpaling. Mereka seperti baling-baling di atas bukit—tidak punya akar keyakinan yang kuat.
2. Hadis Nabi ﷺ:
لَا تَكُونُوا إِمَّعَةً، تَقُولُونَ إِنْ أَحْسَنَ النَّاسُ أَحْسَنَّا، وَإِنْ ظَلَمُوا ظَلَمْنَا، وَلَكِنْ وَطِّنُوا أَنْفُسَكُمْ، إِنْ أَحْسَنَ النَّاسُ أَنْ تُحْسِنُوا، وَإِنْ أَسَاءُوا فَلَا تَظْلِمُوا.
“Janganlah kalian menjadi orang yang ‘imma‘ah’ (ikut-ikutan). Kalian berkata: jika orang baik, kami juga baik; jika mereka berbuat zalim, kami pun zalim. Tetapi teguhkanlah dirimu: jika manusia berbuat baik, berbuatlah baik; jika mereka jahat, janganlah kamu berbuat zalim.”
(HR. Tirmidzi, no. 2007)
🧭 Analisis dan Pandangan Ulama
-
Imam Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumuddin menegaskan bahwa manusia seperti ini terjebak pada nifaq perilaku, bukan karena ingin menipu, tetapi karena lemahnya izzah (harga diri spiritual) dan ketidakmampuan menegakkan prinsip iman.
-
Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah menjelaskan bahwa hati yang tidak memiliki “tali pengikat keyakinan” mudah diombang-ambingkan oleh hawa nafsu dan tren zaman. Ia hidup dalam ketidakpastian moral.
🧠 Pandangan Ilmiah: Psikologi dan Sosiologi
- Psikologi sosial menyebut perilaku ini sebagai conformity bias — kecenderungan individu untuk mengikuti pandangan mayoritas demi penerimaan sosial. Individu semacam ini takut ditolak, sehingga kehilangan keaslian dirinya.
- Sosiologi perilaku melihatnya sebagai bentuk identitas cair akibat lemahnya nilai internal. Mereka tidak memiliki orientasi moral tetap, melainkan menyesuaikan diri dengan kekuatan dominan di sekitarnya.
💡 Dampak Negatif “Baling-Baling di atas Bukit”
- Kehilangan integritas diri — tidak lagi dipercaya oleh masyarakat.
- Kerusakan moral kolektif — jika banyak orang bersikap demikian, masyarakat kehilangan panutan.
- Iman yang rapuh — mudah berpaling dari kebenaran ketika diuji.
- Lemah dalam dakwah — tidak mampu menyampaikan kebenaran jika situasi tidak mendukung.
🌿 Contoh Fenomena Sosial
- Di dunia digital, sebagian netizen cepat berubah pendapat mengikuti arus opini tanpa verifikasi kebenaran.
- Dalam dunia politik, individu bisa berpindah dukungan semata karena kepentingan sesaat.
- Dalam komunitas dakwah, ada yang semangat saat ramai, lalu menghilang saat ujian datang.
🕌 Pelajaran dan Solusi Dakwah
- Teguhkan prinsip iman — bangun spiritualitas berdasarkan ilmu, bukan emosi massa.
- Latih keberanian moral — jadilah penegak kebenaran walau sendiri.
- Bangun kesadaran sosial berlandaskan tauhid, bukan kepentingan kelompok.
- Jadikan Al-Qur’an dan Sunnah sebagai kompas hidup, bukan opini manusia.
🧭 Penutup
Tipe manusia baling-baling di atas bukit adalah cermin lemahnya pendirian dan ketidakmatangan iman. Islam mengajarkan agar umatnya kokoh seperti gunung, bukan ringan seperti daun kering yang terombang-ambing. Seorang mukmin sejati memiliki prinsip hidup yang jelas: ia berpegang teguh pada kebenaran walaupun angin opini dunia berembus ke arah yang berbeda.
📚 Daftar Pustaka
- Al-Qur’an al-Karim.
- Tafsir Ibnu Katsir, Juz 5.
- Al-Ghazali, Ihya’ Ulumuddin.
- Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, Madarij as-Salikin.
- Al-Tirmidzi, Sunan al-Tirmidzi, no. 2007.
- David Myers, Social Psychology, McGraw Hill, 2018.
- Emile Durkheim, The Rules of Sociological Method, 1895.


Posting Komentar