Rangkullah Musuhmu, Tapi Jangan Abaikan Teman Seperjuanganmu



Rangkullah Musuhmu, Tapi Jangan Abaikan Teman Seperjuanganmu

Versi Ilmiah Buletin Dakwah


Pendahuluan

Dalam kehidupan sosial dan perjuangan dakwah, sering kali seseorang terdorong untuk berjiwa besar dengan memaafkan bahkan merangkul musuhnya. Namun ironisnya, di saat yang sama ia justru lalai memperhatikan teman seperjuangannya. Padahal, menjaga ukhuwah dan loyalitas terhadap sahabat yang berjuang bersama merupakan fondasi kekuatan umat. Islam tidak hanya mengajarkan kasih kepada musuh, tetapi juga menuntut kita untuk menghargai saudara seiman yang berjuang di jalan yang sama.


Dalil Al-Qur’an dan Hadis

1. Perintah memaafkan musuh

Allah SWT berfirman:

فَاصْفَحِ الصَّفْحَ الْجَمِيلَ
“Maka maafkanlah (mereka) dengan pemaafan yang baik.”
(QS. Al-Hijr: 85)

Ayat ini mengajarkan agar kita memiliki kelapangan dada terhadap orang yang memusuhi, tanpa dendam dan kebencian. Namun, pemaafan tidak berarti melupakan loyalitas terhadap sahabat sendiri.

2. Kewajiban menjaga persaudaraan dan solidaritas

Allah SWT juga berfirman:

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ
“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu.”
(QS. Al-Hujurat: 10)

Ayat ini menegaskan bahwa ukhuwah sesama mukmin harus menjadi prioritas utama. Mengabaikan sahabat seperjuangan dapat merusak ikatan iman dan kekuatan kolektif umat.

3. Hadis tentang loyalitas terhadap sahabat

Rasulullah ﷺ bersabda:

الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا
“Seorang mukmin terhadap mukmin lainnya bagaikan bangunan, yang saling menguatkan satu sama lain.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Meninggalkan sahabat seperjuangan berarti meruntuhkan sebagian dari bangunan itu.


Pandangan Ulama

Imam Al-Ghazali

Dalam Ihya’ Ulumuddin, Imam Al-Ghazali menulis bahwa menjaga hubungan dengan teman seperjuangan termasuk hak saudara seiman yang harus dipenuhi. Ia menegaskan:

“Tidak ada yang lebih buruk dari seorang sahabat yang melupakan sahabatnya di saat senang setelah bersama berjuang di saat susah.”

Ibnu Taimiyah

Ibnu Taimiyah menekankan pentingnya keseimbangan antara kelembutan terhadap musuh dan kesetiaan terhadap sahabat. Ia berkata:

“Kasih terhadap musuh harus dibatasi dengan hikmah, sedangkan kesetiaan terhadap sahabat harus dijaga dengan cinta dan amanah.”


Pandangan Psikolog dan Sosiolog

a. Perspektif Psikologi Sosial

Menurut teori Social Exchange (Homans, 1958), hubungan antarindividu terbentuk berdasarkan rasa saling percaya dan dukungan timbal balik. Bila seseorang lebih memperhatikan musuh daripada sahabat, maka akan muncul ketidakpercayaan dan kecemburuan emosional yang memecah kelompok.

b. Perspektif Sosiologi

Durkheim menyebut solidaritas sosial sebagai pengikat moral dalam masyarakat. Mengabaikan teman seperjuangan berarti melemahkan kohesi sosial. Akibatnya, kelompok perjuangan kehilangan kekuatan kolektif dan rentan dipecah oleh pihak luar.


Dampak Buruk Mengabaikan Teman Seperjuangan

  1. Hilangnya kepercayaan dan loyalitas.
    Teman seperjuangan yang merasa diabaikan akan kehilangan semangat juang bersama.

  2. Retaknya ukhuwah Islamiyah.
    Hubungan antarpejuang menjadi renggang, bahkan berpotensi saling curiga.

  3. Melemahnya kekuatan dakwah dan perjuangan.
    Dakwah yang seharusnya kuat dengan kolaborasi menjadi lemah karena ego dan perpecahan.

  4. Menumbuhkan penyakit hati.
    Timbul iri, dendam, dan rasa kecewa yang menggerogoti niat ikhlas dalam perjuangan.

  5. Celah bagi musuh untuk masuk.
    Ketika pejuang saling abaikan, musuh akan memanfaatkan celah tersebut untuk menebar fitnah dan perpecahan.


Fenomena Sosial Kontemporer

Fenomena ini tampak dalam banyak organisasi dakwah dan sosial: ketika seseorang sudah sukses, ia lebih fokus merangkul pihak luar (bahkan yang dulu menentang), tetapi lupa membina hubungan dengan rekan seperjuangannya yang dulu setia mendukung. Akibatnya, muncul perpecahan internal, saling menjatuhkan, dan hilangnya kepercayaan publik terhadap gerakan dakwah.


Analisis dan Hikmah

Rangkullah musuhmu adalah bentuk akhlak karimah—melunakkan hati dan menghindari dendam. Namun, jangan sampai semangat ini membuat kita melupakan teman seperjuangan yang sudah berkorban bersama. Islam mengajarkan keseimbangan antara tasamuh (toleransi) dan wafa’ (kesetiaan). Tanpa keseimbangan itu, ukhuwah hanya menjadi slogan.


Penutup

Memaafkan musuh adalah kemuliaan, tetapi menjaga sahabat seperjuangan adalah kewajiban moral dan spiritual. Keduanya tidak boleh dipertentangkan. Islam menuntut kita menjadi pribadi yang pemaaf terhadap musuh, dan penuh kasih serta loyal terhadap sahabat. Itulah keseimbangan akhlak Rasulullah ﷺ dalam membangun umat.


Daftar Pustaka

  1. Al-Qur’an al-Karim.
  2. Shahih Bukhari & Muslim.
  3. Al-Ghazali, Ihya’ Ulumuddin, Beirut: Dar al-Fikr.
  4. Ibnu Taimiyah, Majmu’ Fatawa, Riyadh.
  5. George C. Homans, Social Behavior: Its Elementary Forms, 1958.
  6. Émile Durkheim, The Division of Labour in Society, 1893.
  7. Yusuf al-Qaradawi, Fiqh al-Da‘wah, 1998.


Post a Comment

Lebih baru Lebih lama