TIDAK HERAN: Doktrin Sesat Banyak Pengikut
Mengaku Keturunan Nabi SAW, Mengaku Nabi, Bahkan Mengaku Tuhan seperti Fir’aun
Perspektif Ilmiah Buletin Dakwah Kontemporer
1. Fenomena: Mengapa Ajaran Sesat Bisa Punya Banyak Pengikut?
Secara historis dan sosiologis, ajaran menyimpang selalu muncul dan selalu ada pengikutnya.
Fenomena ini bukan bukti kebenaran, tetapi cerminan kelemahan manusia, kecerdikan penyesat, dan godaan kekuasaan.
Faktor-faktor penyebab banyaknya pengikut aliran sesat:
- Daya pikat klaim karismatik — oknum mengaku keturunan Nabi, wali, nabi, hingga Tuhan, untuk mendapatkan legitimasi spiritual.
- Faktor psikologis masyarakat — kebutuhan akan figur penyelamat saat krisis mental, ekonomi, atau sosial.
- Minimnya literasi agama — sebagian orang tidak memahami dalil-dalil dasar aqidah.
- Eksploitasi rasa takut dan harapan — menakut-nakuti dengan ancaman metafisik atau menjanjikan kesaktian, kekayaan, dan jaminan surga.
- Pengaruh sugesti dan group pressure — ketika komunitas menjadi "gelembung sosial" yang sulit dibantah dari dalam.
2. Al-Qur’an: Banyak Pengikut Bukan Bukti Kebenaran
Allah mengingatkan bahwa mayoritas pengikut bukan standar kebenaran:
وَإِن تُطِعْ أَكْثَرَ مَن فِي الْأَرْضِ يُضِلُّوكَ عَن سَبِيلِ اللَّهِ
“Jika engkau mengikuti mayoritas manusia di bumi, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah.”
*(QS. Al-An‘am: 116)*¹
وَمَا أَكْثَرُ النَّاسِ وَلَوْ حَرَصْتَ بِمُؤْمِنِينَ
“Kebanyakan manusia, walaupun engkau sangat menginginkannya, tetap tidak akan beriman.”
*(QS. Yusuf: 103)*²
Catatan:
Aliran sesat memiliki banyak pengikut bukan karena benar, tetapi karena manusia cenderung mengikuti sesuatu yang populer, bukan yang benar.
3. Klaim Palsu: Mengaku Keturunan Nabi SAW
Fenomena ini sangat sering terjadi.
Mereka menunggangi nama Rasulullah SAW untuk mendapatkan kekuasaan spiritual dan finansial.
Padahal Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ بَطَّأَ بِهِ عَمَلُهُ لَمْ يُسْرِعْ بِهِ نَسَبُهُ
“Siapa yang lambat amalnya, nasabnya tidak akan mempercepatnya.”
*(HR. Muslim)*³
Analisis:
– Nasab mulia tidak otomatis menjadikan seseorang benar.
– Mengaku keturunan Nabi SAW untuk mengklaim otoritas agama adalah kedustaan syar‘i.
4. Klaim Menjadi Nabi: Penyimpangan yang Sudah Diperingatkan
Rasulullah SAW telah menegaskan bahwa kenabian telah ditutup secara total:
لَا نَبِيَّ بَعْدِي
“Tidak ada nabi setelahku.”
*(HR. Bukhari & Muslim)*⁴
Dan beliau memperingatkan munculnya nabi-nabi palsu:
سَيَكُونُ فِي أُمَّتِي كَذَّابُونَ ثَلَاثُونَ، كُلُّهُمْ يَزْعُمُ أَنَّهُ نَبِيٌّ
“Akan muncul dalam umatku tiga puluh pendusta, semuanya mengaku nabi.”
*(HR. Abu Dawud)*⁵
5. Klaim Menjadi Tuhan: Fenomena Fir‘aun yang Terulang
Fir’aun bukan satu-satunya manusia yang mengaku sebagai tuhan.
Dalam sejarah, banyak figur otoritarian mengulang pola psikologis yang sama, menggunakan propaganda dan intimidasi.
Allah menceritakan klaim Fir’aun:
فَقَالَ أَنَا رَبُّكُمُ الْأَعْلَى
“Maka dia (Fir‘aun) berkata: ‘Akulah tuhan kalian yang paling tinggi.’”
*(QS. An-Nazi‘at: 24)*⁶
Dan bagaimana Allah memperingatkan manusia:
إِنَّ فِرْعَوْنَ عَلَا فِي الْأَرْضِ وَجَعَلَ أَهْلَهَا شِيَعًا
“Sesungguhnya Fir‘aun berlaku angkuh di bumi dan memecah-belah penduduknya.”
*(QS. Al-Qashash: 4)*⁷
Analisis:
Klaim ketuhanan biasanya lahir dari:
– obsesi kekuasaan total,
– ketakutan kehilangan kontrol,
– kondisi masyarakat yang lemah secara intelektual.
6. Mengapa Masyarakat Mudah Terseret? (Analisis Psikologi & Sosiologi)
a. Psikologi Individu
- Kesepian eksistensial: orang butuh figur penyelamat.
- Ketakutan metafisik: ancaman gaib membuat mereka tunduk.
- Keinginan menjadi istimewa: merasa bagian dari kelompok khusus.
b. Sosiologi Komunitas
- Kekuatan simbolik pemimpin: pakaian, retorika, ritual menghasilkan "aura suci".
- Social isolation: kelompok membatasi interaksi dengan pihak luar.
- Reward–punishment system: yang setia diberi pujian, yang menolak diintimidasi.
c. Ilmu Studi Pemikiran Menyimpang
Ajaran sesat menggunakan teknik:
- brainwashing
- gaslighting
- charismatic manipulation
- emotion-binding rituals
yang secara ilmiah efektif membentuk loyalitas buta.
7. Sikap Islam: Tegas, Ilmiah, dan Terukur
- Mengembalikan standar kebenaran kepada wahyu, bukan klaim personal.
- Menguatkan literasi aqidah di masyarakat.
- Mengungkap metode manipulasi yang digunakan pelaku aliran sesat.
- Melindungi umat dari eksploitasi spiritual, ekonomi, dan moral.
- Menyerahkan penanganan hukum pada otoritas negara jika terjadi penipuan, penodaan agama, atau pemaksaan.
8. Penutup: Jangan Takut Jumlah—Kebenaran Tidak Ditentukan Kuantitas
Aliran sesat punya banyak pengikut sejak zaman Nabi Nuh, Musa, Isa, hingga Rasulullah SAW.
Yang sedikit adalah orang yang mencari kebenaran dengan ilmu, bukan dengan perasaan.
قَلِيلٌ مِّنْ عِبَادِيَ الشَّكُورُ
“Sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur.”
*(QS. Saba’: 13)*⁸
Maka tidak heran — tetapi wajib waspada.
Semakin besar penyimpangan, semakin besar retorikanya, semakin besar pula pengikutnya.
Catatan Kaki & Referensi
¹ QS. Al-An‘am: 116
² QS. Yusuf: 103
³ HR. Muslim no. 2699
⁴ HR. Bukhari no. 3455; Muslim no. 1842
⁵ HR. Abu Dawud no. 4252
⁶ QS. An-Nazi‘at: 24
⁷ QS. Al-Qashash: 4
⁸ QS. Saba’: 13
Referensi tambahan:
– Ibn Taimiyyah, Al-Furqan, Darul Kutub.
– Al-Ghazali, Al-Iqtisad fil I‘tiqad.
– Karen Armstrong, A History of God.
– Malik Bennabi, The Question of Ideas.
– Zakir Naik, Deceptive Cults in Modern Times.


Posting Komentar