DEMI DUNIAWI RELA MEMBELA YANG JAHAT: TANDA MUNAFIK



🕌 BULETIN DAKWAH ILMIAH

DEMI DUNIAWI RELA MEMBELA YANG JAHAT: TANDA MUNAFIK

Renungan Moral dan Fikih Akhlak


1. Pendahuluan

Fenomena seseorang membela kezaliman demi jabatan, uang, atau keuntungan duniawi merupakan penyakit moral yang terus berulang dalam sejarah manusia. Islam secara tegas melarang pembelaan terhadap kebatilan dalam bentuk apa pun, apalagi jika motivasinya adalah dunia. Sikap ini termasuk ciri orang munafik, karena ia mengorbankan kebenaran demi kepentingan pribadi.


2. Dalil Al-Qur'an dan Hadis

a. Larangan membela orang yang berbuat jahat

Allah berfirman:

وَلَا تُجَادِلْ عَنِ الَّذِينَ يَخْتَانُونَ أَنْفُسَهُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ خَوَّانًا أَثِيمًا
“Janganlah engkau membela orang-orang yang mengkhianati dirinya sendiri. Sesungguhnya Allah tidak mencintai orang yang sangat berkhianat lagi banyak dosa.”
(QS. An-Nisā’: 107)[1]

Ayat ini turun untuk melarang Nabi ﷺ membela seorang yang bersalah meskipun tampilannya terlihat baik.


b. Ciri munafik adalah menipu, berdusta, dan berkhianat

آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلَاثٌ: إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ، وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ
“Tanda orang munafik ada tiga: jika berbicara ia berdusta, jika berjanji ia mengingkari, dan jika diberi amanah ia berkhianat.”
(HR. Bukhari dan Muslim)[2]

Membela kebatilan demi dunia berarti menggabungkan ketiganya: dusta, khianat, dan pengkhianatan amanah.


c. Larangan menjadi pendukung kezaliman

وَلَا تَرْكَنُوا إِلَى الَّذِينَ ظَلَمُوا فَتَمَسَّكُمُ النَّارُ
“Janganlah kalian condong kepada orang-orang yang zalim, nanti kalian disentuh api neraka.”
(QS. Hūd: 113)[3]

Ayat ini mencakup segala bentuk condong, termasuk membela, menutupi, atau mempromosikan kebatilan.


3. Analisis Ilmiah: Mengapa Ini Tanda Munafik?

a. Munafik mengutamakan dunia di atas kebenaran

Para ulama menjelaskan bahwa munafik adalah orang yang menampakkan kebaikan tetapi hatinya condong kepada dunia dan kezaliman.

Ibnul Qayyim berkata:
"Munafik itu menjual akhirat demi dunia yang hina, mereka menjadi pembela kebatilan untuk mempertahankan keuntungan sementara."[4]

b. Membela yang jahat berarti mengkhianati amanah

Dalam Islam, keadilan adalah amanah. Ketika seseorang membela kebatilan demi uang atau jabatan, ia merusak amanah sosial dan agama.

c. Ia merusak tatanan masyarakat

Psikologi sosial menunjukkan bahwa pembelaan terhadap perilaku jahat memunculkan:

  • degradasi moral,
  • normalisasi keburukan,
  • hilangnya kepercayaan publik,
  • lingkaran kekuasaan toksik (toxic power circle).

Dalam perspektif sosiologi, hal ini disebut legitimasi moral palsu, ketika orang-orang posisi strategis membenarkan kejahatan sehingga masyarakat ikut buta moral.


4. Contoh Kasus di Lapangan

Fenomena ini tampak ketika:

  • seseorang membela koruptor karena masih satu kelompok,
  • membela pembuat fitnah demi keuntungan politik,
  • membela pemimpin zalim demi posisi,
  • membela penjahat publik karena diberi bayaran.

Semua ini sejajar dengan larangan syariat dan menjadi indikasi nifaq amalī (kemunafikan perbuatan).


5. Hukum Membela Kebatilan demi Dunia

a. Haram keras

Mayoritas ulama menyatakan bahwa membela kebatilan adalah haram karena termasuk:

  • al-kadzdzāb (dusta),
  • al-khiyānah (khianat),
  • nusrah liẓ-ẓālim (menolong orang zalim).

Ibn Taimiyah menegaskan:
"Siapa yang menolong orang zalim, maka ia termasuk bagian dari kezalimannya."[5]

b. Bisa menjadi dosa besar

Jika pembelaan itu merugikan orang lain atau merusak sistem hukum, maka ia termasuk dosa besar.

c. Bisa menjadi kufur atau nifaq akbar

Jika pembelaan dilakukan karena membenci hukum Allah atau menganggap kebatilan sebagai kebenaran.


6. Solusi: Jalan Selamat dari Nifaq

  1. Utamakan kebenaran meskipun pahit.
  2. Tolak upah haram atau jabatan yang mengajak pada pembelaan batil.
  3. Jaga integritas dan amanah.
  4. Perkuat iman melalui ilmu dan dzikir.
  5. Bergaul dengan orang jujur dan amanah.

7. Penutup

Membela yang jahat demi dunia bukan sekadar kesalahan moral, tetapi merupakan tanda kemunafikan yang dapat menyeret seseorang pada neraka. Islam menuntut umatnya untuk adil, amanah, dan tidak condong pada kezaliman. Dunia hanyalah sementara, sementara integritas dan iman adalah bekal menuju kehidupan yang abadi.


Catatan Kaki

[1] Tafsir At-Thabari, QS An-Nisa’: 107.
[2] HR. Bukhari no. 33; Muslim no. 59.
[3] Tafsir Al-Qurthubi, QS Hud: 113.
[4] Ibnul Qayyim, Madarij As-Salikin, 1/345.
[5] Ibn Taimiyah, Majmu’ Al-Fatawa, 28/146.


Daftar Pustaka (Referensi)

  • Al-Qur'an Al-Karim.
  • Shahih Bukhari & Muslim.
  • At-Tabari, Jami’ al-Bayan fi Tafsir al-Qur’an.
  • Al-Qurthubi, Tafsir al-Qurthubi.
  • Ibnul Qayyim, Madarij As-Salikin.
  • Ibn Taimiyah, Majmu' Al-Fatawa.
  • Literatur akhlak Islam dan psikologi moral kontemporer.


Post a Comment

Lebih baru Lebih lama