Peringatan Hari Guru Nasional 2025: Momentum Meningkatkan Kualitas Guru di Era Digital
Versi Ilmiah – Buletin Dakwah Kontemporer (dilengkapi footnote & referensi)
Abstrak
Peringatan Hari Guru Nasional 2025 merupakan refleksi strategis untuk mengevaluasi kualitas guru dan relevansinya di tengah akselerasi teknologi digital. Artikel ini mengintegrasikan perspektif wahyu, analisis sosial-kultural, dan pendekatan pedagogik modern untuk menggambarkan urgensi peningkatan kualitas guru Indonesia.
1. Pendahuluan
Hari Guru Nasional diperingati setiap 25 November sebagai penghormatan atas kontribusi guru dalam membangun peradaban bangsa. Dalam konteks 2025, peran guru tidak hanya sebagai penyampai ilmu, tetapi juga pembimbing karakter dan penjaga moral generasi digital.^1
Islam menempatkan posisi guru sangat tinggi sebagaimana firman Allah:
﴿ يَرْفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مِنكُمْ وَٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْعِلْمَ دَرَجَـٰتٍ ﴾
“Allah meninggikan derajat orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.” (QS. Al-Mujādilah: 11)^2
2. Guru dalam Perspektif Wahyu dan Warisan Ulama
2.1. Guru sebagai Pewaris Nabi
Rasulullah ﷺ bersabda:
« إِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ »
“Sesungguhnya para ulama adalah pewaris para nabi.” (HR. Abu Dawud)^3
Konsep waratsah an-nubuwwah ini menuntut guru menjaga amanah keilmuan dan akhlak.
2.2. Guru sebagai Pembina Akhlak
Imam Al-Ghazali dalam Ihya’ ‘Ulumuddin menegaskan bahwa tugas guru adalah tahdzīb al-akhlāq yaitu pendidikan moral yang menjadi inti perbaikan umat.^4
3. Tantangan Guru di Era Digital 2025
3.1. Ledakan Informasi dan Disinformasi
Era digital melahirkan lingkungan penuh informasi tetapi miskin kebenaran. Guru wajib memiliki literasi digital agar mampu mengarahkan siswa dari paparan hoaks, pornografi digital, dan konten manipulatif.^5
3.2. Artificial Intelligence dalam Pendidikan
AI mampu membuat materi, memberikan penilaian otomatis, bahkan menyediakan tutor virtual. Namun AI tidak dapat menggantikan keteladanan, empati, dan bimbingan ruhani yang hanya dapat dihadirkan guru manusia.^6
3.3. Krisis Keteladanan
Perilaku guru kini mudah direkam dan disebarkan di media sosial. Tantangan integritas menjadi semakin berat. Keteladanan adalah inti pendidikan, sebagaimana dinyatakan Ibn Qayyim bahwa murid lebih banyak meniru akhlak daripada sekadar mendengar pelajaran.^7
4. Momentum Penguatan Kualitas Guru pada 2025
4.1. Penguatan Kompetensi Spiritual
Guru harus menjadi model akhlak. Sabda Nabi:
« إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ صَالِحَ الأَخْلاَقِ »
“Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia.” (HR. Ahmad)^8
Arah pendidikan era digital tetap harus berlandaskan nilai dan adab.
4.2. Penguasaan Teknologi Pendidikan
Guru perlu adaptif terhadap:
- LMS
- tools assessment digital
- AI-generated content
- virtual classroom
Namun teknologi bukan pengganti nilai—melainkan alat untuk memperkuat proses belajar.^9
4.3. Pendekatan Pendidikan Holistik
Pendidikan Islam mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ketiganya harus terintegrasi dalam pembelajaran modern.^10
5. Guru sebagai Agen Dakwah Pendidikan
5.1. Dakwah dengan Keteladanan
Guru menjadi da’i melalui sikap, tutur kata, disiplin, dan empati. Keteladanan lebih memengaruhi siswa daripada nasihat verbal.^11
5.2. Dakwah dalam Lingkungan Digital
Guru harus mampu mengemas pesan nilai yang relevan dengan budaya digital—menggunakan media kreatif, narasi singkat, dan pendekatan visual untuk melawan banjir konten negatif.^12
6. Strategi Penguatan Kualitas Guru
6.1. Pelatihan Profesional Berkelanjutan
Program continuous professional development perlu meliputi pemahaman teknologi, pedagogi digital, etika media, dan integrasi nilai Islam.^13
6.2. Kesejahteraan Guru
Islam memerintahkan pemberian upah yang layak. Nabi bersabda:
« أَعْطُوا الْأَجِيرَ أَجْرَهُ قَبْلَ أَنْ يَجِفَّ عَرَقُهُ »
“Berikanlah upah kepada pekerja sebelum kering keringatnya.” (HR. Ibn Majah)^14
Kesejahteraan menentukan kualitas pelayanan pendidikan.
6.3. Penguatan Kurikulum Karakter
Kurikulum harus menekankan adab, anti-hoaks, literasi digital etis, dan kesadaran moral.^15
7. Kesimpulan
Peringatan Hari Guru Nasional 2025 adalah momentum strategis untuk meningkatkan kualitas guru di era digital. Guru tetap menjadi pusat pendidikan meskipun teknologi berkembang pesat. Penguasaan teknologi harus berjalan bersama penguatan integritas spiritual. Meningkatkan kualitas guru berarti meningkatkan kualitas peradaban bangsa.
Catatan Kaki (Footnote)
- Kemendikbud, Kebijakan Hari Guru Nasional (2024).
- Tafsir Al-Qurthubi, Al-Jāmi’ li Ahkām al-Qur’ān, juz 17.
- HR. Abu Dawud no. 3641.
- Imam Al-Ghazali, Ihya’ ‘Ulumuddin, juz 1.
- UNESCO, Education in the Age of Artificial Intelligence (2023).
- OECD, AI in Education: Risks and Opportunities (2024).
- Ibn Qayyim Al-Jauziyyah, Miftah Dar as-Sa’adah, jilid 1.
- HR. Ahmad no. 8595.
- Tony Bates, Teaching in a Digital Age (2022).
- Muhammad Naquib Al-Attas, The Concept of Education in Islam (1980).
- Yusuf Al-Qaradhawi, Tarbiyah Islamiyah wa Madrasatuha, (1985).
- Pew Research Center, Teens, Social Media & Technology (2023).
- Kemendikbud, Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (2024).
- HR. Ibn Majah no. 2443.
- Lickona, Thomas, Character Matters (2004).
Daftar Pustaka
- Al-Attas, Syed Muhammad Naquib. The Concept of Education in Islam. Kuala Lumpur: ISTAC, 1980.
- Al-Ghazali, Abu Hamid. Ihya’ ‘Ulumuddin. Beirut: Dar al-Ma’rifah.
- Al-Qaradhawi, Yusuf. Tarbiyah Islamiyah wa Madrasatuha. Kairo: Dar As-Syuruq, 1985.
- Bates, Tony. Teaching in a Digital Age. Vancouver: BCcampus, 2022.
- Ibn Qayyim Al-Jauziyyah. Miftah Dar as-Sa’adah. Riyadh: Dar ‘Alam al-Fawaid.
- Kemendikbud RI. Kebijakan Hari Guru Nasional. Jakarta, 2024.
- OECD. AI in Education: Risks and Opportunities. Paris, 2024.
- Pew Research Center. Teens, Social Media & Technology. Washington DC, 2023.
- UNESCO. Education in the Age of Artificial Intelligence. Paris, 2023.


Posting Komentar