JAHILIYAH ERA DIGITAL



JAHILIYAH ERA DIGITAL

Sebuah Kajian Ilmiah Buletin Dakwah Kontemporer

Pendahuluan

Istilah Jahiliyah dalam kajian Islam bukan sekadar menunjuk masa sebelum kenabian Muhammad ﷺ, tetapi juga setiap zaman ketika kebodohan moral, penyimpangan aqidah, dan kerusakan akhlak menguasai manusia. Umar bin Khattab berkata:

“نَحْنُ قَوْمٌ أَعَزَّنَا اللهُ بِالْإِسْلَامِ، فَمَهْمَا ابْتَغَيْنَا الْعِزَّ بِغَيْرِهِ أَذَلَّنَا اللهُ”
“Kami adalah kaum yang dimuliakan Allah dengan Islam. Jika kami mencari kemuliaan selain darinya, Allah akan menjadikan kami hina.”
(HR. Hakim)

Era digital menghadirkan peradaban baru—cerdas secara teknologi, namun sering terperosok dalam pola hidup jahiliyah: syahwat tanpa batas, opini tanpa ilmu, kultus populeritas, keterputusan dari wahyu, dan kerusakan moral yang dikemas modern.


1. Konsep Jahiliyah: Transhistoris, Bukan Historis

Dalam Al-Qur’an, Allah menegur empat bentuk Jahiliyah yang dapat berulang di setiap zaman:

1. Jahiliyah dalam Aqidah

“أَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ”
“Apakah mereka menghendaki hukum Jahiliyah?”
(QS. Al-Mā’idah: 50)

2. Jahiliyah dalam Emosi dan Fanatisme

“إِذْ جَعَلَ الَّذِينَ كَفَرُوا فِي قُلُوبِهِمُ الْحَمِيَّةَ حَمِيَّةَ الْجَاهِلِيَّةِ”
“Ketika orang-orang kafir menanamkan dalam hati mereka fanatisme Jahiliyah.”
(QS. Al-Fath: 26)

3. Jahiliyah dalam Pengetahuan

“وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَىٰ”
“Janganlah kalian berhias dan bertingkah sebagaimana wanita Jahiliyah dahulu.”
(QS. Al-Ahzāb: 33)

4. Jahiliyah dalam Perilaku

“ظَنَّ السَّوْءِ ظَنَّ الْجَاهِلِيَّةِ”
“Mereka berprasangka buruk, prasangka Jahiliyah.”
(QS. Āli ‘Imrān: 154)

Kesimpulan ilmiah:
Jahiliyah adalah fenomena berulang yang muncul ketika manusia memutus hubungan dari wahyu.


2. Jahiliyah Era Digital: Manifestasi Kontemporer

A. Jahiliyah Informasi: Opini Dianggap Ilmu

Media sosial memproduksi:

  • kepastian tanpa verifikasi
  • ustadz instan
  • propaganda politik
  • viralitas lebih penting dari kebenaran

“وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ”
“Jangan mengikuti sesuatu yang engkau tidak punya ilmu tentangnya.”
(QS. Al-Isrā’: 36)

Inilah ghazw al-fikr—serangan pemikiran—dalam bentuk algoritma.


B. Jahiliyah Moral: Normalisasi Maksiat Visual

Smartphone melahirkan dunia tanpa hijab moral:

  • pornografi 24 jam
  • joget vulgar
  • gaya hidup hedonisme
  • pamer aurat demi engagement

“إِنَّ الَّذِينَ يُحِبُّونَ أَنْ تَشِيعَ الْفَاحِشَةُ فِي الَّذِينَ آمَنُوا لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ”
“Mereka yang suka tersebarnya perbuatan keji bagi orang beriman, bagi mereka azab pedih.”
(QS. An-Nūr: 19)

Normalisasi visual ini menjadikan maksiat bukan lagi pelanggaran, tetapi gaya hidup.


C. Jahiliyah Ego: Kultus Popularitas

Era digital melahirkan “berhala baru”—followers dan likes.

“أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَٰهَهُ هَوَاهُ”
“Tidakkah engkau melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya?”
(QS. Al-Jāthiyah: 23)

Dakwah dikalahkan oleh konten, ulama dikalahkan oleh influencer, dan kebenaran dikalahkan oleh viewers.


D. Jahiliyah Sosial: Perang Digital

Komentar penuh cacian, cyberbullying, cancel culture, hingga fitnah publik.

“وَيْلٌ لِكُلِّ هُمَزَةٍ لُمَزَةٍ”
“Celakalah setiap pengumpat lagi pencela.”
(QS. Al-Humazah: 1)


E. Jahiliyah Spiritual: Kesepian di Tengah Keramaian Digital

Manusia semakin terhubung secara digital namun terputus dari Allah.

“أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ”
“Hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang.”
(QS. Ar-Ra’d: 28)

Teknologi meningkat, tetapi spiritualitas menurun—fenomena khas jahiliyah modern.


3. Akar Masalah Jahiliyah Era Digital

1. Krisis Ilmu

Ilmu digantikan tren. Kebenaran digantikan komentar.

2. Krisis Tadabbur dan Kontemplasi

Manusia tidak lagi hening; notifikasi merampok keheningan.

3. Krisis Otoritas

Ulama diganti seleb; kajian diganti konten hiburan.

4. Krisis Akhlak

Akhlak Qur’ani digantikan etika algoritmik.


4. Solusi Ilmiah-Kontemporer

A. Kembali pada Wahyu

“فَإِن تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ”
“Jika kalian berselisih, kembalikan kepada Allah dan Rasul-Nya.”
(QS. An-Nisā’: 59)


B. Membangun Literasi Digital Islami

  • cek sumber
  • verifikasi berita
  • bedakan antara pendapat dan ilmu
  • pahami algoritma dan bahayanya

C. Menjadikan Media Sosial sebagai Media Amal

  • konten kebaikan
  • dakwah kreatif
  • edukasi publik
  • membangun peradaban ilmu

D. Penjagaan Mata dan Hati

Rasulullah ﷺ bersabda:

“النَّظْرَةُ سَهْمٌ مِنْ سِهَامِ إِبْلِيسَ”
“Pandangan adalah salah satu panah iblis.”
(HR. Hakim)


E. Memperkuat Komunitas Iman

Lingkungan digital dan fisik harus saling menopang.

“وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ”
“Tolong-menolonglah dalam kebaikan dan ketakwaan.”
(QS. Al-Mā’idah: 2)


5. Penutup

Jahiliyah era digital bukan lagi gurun pasir, tetapi gadget di tangan, algoritma di balik layar, dan krisis moral yang tersembunyi dalam modernitas.

Teknologi hanyalah alat—yang membuatnya jahiliyah adalah jiwa tanpa wahyu.

Semoga umat kembali memimpin peradaban dengan cahaya Al-Qur’an.



Post a Comment

Lebih baru Lebih lama