PEMIMPIN CERDAS MEMANG PENTING, TAPI JUJUR LEBIH UTAMA


PEMIMPIN CERDAS MEMANG PENTING, TAPI JUJUR LEBIH UTAMA

Versi Ilmiah Buletin Dakwah Kontemporer 


Pendahuluan

Dalam Islam, kepemimpinan adalah amanah besar yang akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah pada hari kiamat. Kecerdasan (al-fathanah), strategi, dan kemampuan mengelola pemerintahan memang penting. Namun syarat paling mendasar adalah kejujuran (ash-shidq) dan amanah, karena kecerdasan yang tidak disertai moral hanya menjadi alat kerusakan.


1. Kejujuran Fondasi Kepemimpinan

Allah menegaskan bahwa pemimpin atau pekerja terbaik adalah yang memiliki dua syarat: kuat (kompeten) dan amanah (jujur).

قَالَتْ إِحْدَاهُمَا يَا أَبَتِ اسْتَأْجِرْهُ ۖ إِنَّ خَيْرَ مَنِ اسْتَأْجَرْتَ الْقَوِيُّ الْأَمِينُ
“Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: Wahai ayahku, jadikanlah ia sebagai pekerja; sesungguhnya orang terbaik yang engkau ambil bekerja adalah yang kuat lagi amanah.” (QS. Al-Qashash: 26)

Ayat ini menjadi rujukan klasik para ulama tentang kriteria kepemimpinan.


2. Cerdas Tanpa Jujur: Kerusakan Sistematis

Pemimpin cerdas tetapi tidak jujur sangat berbahaya. Ia dapat menggunakan kecerdasan untuk melakukan manipulasi, korupsi, propaganda, dan penindasan.

Rasulullah ﷺ bersabda:

إِذَا ضُيِّعَتِ الْأَمَانَةُ فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ
“Jika amanah disia-siakan, maka tunggulah kehancuran.” (HR. Bukhari)

Hilangnya amanah adalah tanda keruntuhan moral dan sosial suatu bangsa.


3. Mengapa Kejujuran Lebih Utama daripada Kecerdasan?

a. Kejujuran menjamin kemaslahatan; kecerdasan bisa disalahgunakan

Orang jujur yang kurang cerdas masih dapat dibimbing, tetapi orang cerdas yang tidak jujur akan menggunakan kecerdasan untuk kezaliman.

b. Kejujuran adalah akar segala kebaikan

Rasulullah ﷺ bersabda:

عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ
“Berpeganglah pada kejujuran, karena kejujuran menuntun kepada kebaikan.” (HR. Muslim)

c. Allah menolong pemimpin yang jujur

Allah berfirman:

إِنَّ اللّٰهَ مَعَ الصّٰدِقِيْنَ
“Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang jujur.” (QS. At-Taubah: 119)

Kejujuran mendatangkan taufik dan keberkahan dalam memimpin.


4. Sejarah Membuktikan: Negeri Runtuh karena Pemimpin Tidak Jujur

Banyak peradaban cerdas dan maju teknologi tetapi hancur karena pemimpinnya tidak amanah.

Dalam Al-Qur’an, rusaknya suatu kaum sering dikaitkan dengan hilangnya integritas moral mereka, terutama dalam aspek amanah dan keadilan.


5. Indikator Pemimpin Jujur Menurut Syariat

Para ulama menyebut beberapa indikator utama:

  1. Tidak menggunakan kebohongan politik untuk meraih jabatan.
  2. Transparan dalam penggunaan harta publik.
  3. Berani mengakui kesalahan.
  4. Tidak tunduk pada kepentingan kelompok tertentu.
  5. Tidak menjadikan jabatan sebagai alat memperkaya diri.

Semua indikator ini berakar pada firman Allah:

إِنَّ اللّٰهَ يَأۡمُرُكُمۡ أَن تُؤدُّواْ ٱلۡأَمَٰنَٰتِ إِلَىٰٓ أَهۡلِهَا
“Sesungguhnya Allah memerintahkan kalian menunaikan amanah kepada yang berhak.” (QS. An-Nisa: 58)


6. Idealnya: Cerdas dan Jujur, Tapi Jika Harus Memilih…

Ibn Taimiyah menekankan dua kriteria pemimpin: kuat (kompeten) dan amanah (jujur). Namun beliau menjelaskan bahwa amanah lebih fundamental, karena orang yang tidak jujur akan mengkhianati kekuasaan meskipun ia sangat cerdas.


Kesimpulan

Kecerdasan penting dalam memimpin, tetapi kejujuran adalah nilai yang lebih mendesak dan lebih mendasar. Kejujuran melahirkan keadilan, kepercayaan, dan keberkahan, sedangkan kecerdasan tanpa moral melahirkan kerusakan sistematis. Islam menuntut pemimpin yang jujur, baru kemudian cerdas.


Catatan Kaki

Tafsir Ibn Katsir, QS. Al-Qashash: 26, tentang makna “al-qawiyy al-amīn”.
Shahih Bukhari no. 59, Kitab al-Ilm.
Shahih Muslim no. 2607.
Tafsir At-Thabari, QS. At-Taubah: 119.
Lihat konsep fasād dalam QS. Al-Baqarah: 205 dan penjelasan Al-Qurthubi.
Tafsir Al-Qurthubi, QS. An-Nisa: 58.
Ibn Taimiyah, As-Siyasah Asy-Syar’iyyah, hlm. 13–15 tentang dua syarat kepemimpinan.


Daftar Referensi

  1. Al-Qur’an al-Karim dan terjemahannya.
  2. Al-Bukhari, Shahih al-Bukhari.
  3. Muslim, Shahih Muslim.
  4. Ibn Katsir, Tafsir al-Qur’an al-‘Azim.
  5. At-Thabari, Jami’ al-Bayan fi Ta’wil Ay al-Qur’an.
  6. Al-Qurthubi, Al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an.
  7. Ibn Taimiyah, As-Siyasah Asy-Syar’iyyah.
  8. Al-Mawardi, Al-Ahkam As-Sulthaniyyah.


Post a Comment

Lebih baru Lebih lama