Muslim tapi Tidak Sholat, Sholat tapi Tidak Berakhlak


Muslim tapi Tidak Sholat, Sholat tapi Tidak Berakhlak

Analisis Qur’ani, Nabawi, dan Kontemporer


Pendahuluan

Di tengah dinamika kehidupan modern, umat Islam menghadapi dua krisis ibadah–akhlak:
(1) Muslim yang mengaku beriman tetapi meninggalkan sholat, dan
(2) Muslim yang rajin sholat namun akhlaknya rusak.

Kedua fenomena ini menunjukkan fragmentasi spiritual, yakni terputusnya hubungan antara iman (pondasi), ibadah (struktur), dan akhlak (buah).


A. Muslim Tapi Tidak Sholat: Sebuah Krisis Keimanan

1. Sholat sebagai Tiang Agama

Sholat bukan hanya ritual, melainkan identitas tauhid. Nabi ﷺ bersabda:

«رَأْسُ الأَمْرِ الإِسْلَامُ وَعَمُودُهُ الصَّلَاةُ»
“Kepala segala urusan adalah Islam, dan tiangnya adalah sholat.”
(HR. Tirmidzi)[1]

Sholat adalah barometer iman. Iman yang tidak melahirkan sholat berarti iman yang rapuh.


2. Ancaman bagi yang Meninggalkan Sholat

a. Ancaman dalam Al-Qur’an

Allah berfirman:

﴿فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيًّا﴾
“… maka mereka akan menemui Ghayy.”
(QS. Maryam 19:59)

Sebagian ulama menafsirkan Ghayy sebagai lembah tersendiri di neraka yang sangat dalam dan busuk.[2]

b. Hadits tentang Kufurnya Orang yang Meninggalkan Sholat

Rasulullah ﷺ bersabda:

«الْعَهْدُ الَّذِي بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمُ الصَّلَاةُ، فَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ كَفَرَ»
“Perjanjian antara kami dan mereka adalah sholat; barang siapa meninggalkannya maka ia telah kafir.”
(HR. Tirmidzi)[3]

Mayoritas ulama menjelaskan bahwa yang dimaksud kufur dalam hadits ini adalah kufur amali (kekufuran dalam perbuatan), namun dosa tersebut tetap sangat besar.[4]

c. Sanksi Psikologis dan Sosial

Orang yang meninggalkan sholat cenderung mengalami:

  • Kegelisahan batin kronis
  • Ketidakstabilan moral
  • Hilangnya orientasi hidup
  • Lemahnya rasa bersalah

Karena sholat adalah penyeimbang ruh, meninggalkannya berarti memutus energi spiritual.


B. Sholat Tapi Tidak Berakhlak: Ritualisme Tanpa Moralitas

1. Fenomena Sholat yang Tidak Mencegah Kemaksiatan

Allah menegaskan fungsi sholat:

﴿إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ﴾
“Sesungguhnya sholat itu mencegah perbuatan keji dan mungkar.”
(QS. Al-‘Ankabūt 29:45)

Jika seseorang sholat tetapi tetap korupsi, kasar, suka menghina, dan gemar menyakiti orang lain, berarti sholatnya kehilangan ruh.


2. Ancaman bagi yang Sholat namun Lalai

Allah berfirman:

﴿فَوَيْلٌ لِّلْمُصَلِّينَ * الَّذِينَ هُمْ عَن صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ﴾
“Maka celakalah orang-orang yang sholat, (yaitu) yang lalai dari sholatnya.”
(QS. Al-Mā‘ūn 107:4–5)

Lalai di sini mencakup:

  • Lalai dari tujuan sholat
  • Lalai dari makna
  • Sholat hanya formalitas

3. Hadits: Ibadah Banyak Tapi Akhlak Rusak

a. Wanita yang Banyak Ibadah tapi Menyakiti Tetangga

Rasulullah ﷺ ditanya tentang seorang wanita yang rajin sholat, puasa, dan sedekah tetapi suka menyakiti tetangganya:

«هِيَ فِي النَّارِ»
“Ia di neraka.”
(HR. Ahmad)[5]

b. Iman Terbaik Identik dengan Akhlak Terbaik

Nabi ﷺ bersabda:

«أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا»
“Orang beriman yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya.”
(HR. Tirmidzi)[6]

Kesimpulan: sholat tanpa akhlak adalah ritualisme kosong.


C. Analisis Keilmuan Kontemporer

1. Fenomena Ritualisme

Banyak masyarakat Muslim terjebak pada legalistik-ritualis:

  • Ibadah dilakukan karena rutinitas
  • Sholat tidak dipahami maknanya
  • Ibadah tidak menumbuhkan kesadaran sosial

Dalam ilmu psikologi agama, ini disebut external religiosity—beragama secara simbolik, bukan internal.


2. Disintegrasi Iman–Ibadah–Akhlak

Keutuhan spiritual seharusnya membentuk tiga pilar:

  1. Iman → keyakinan
  2. Ibadah → ketundukan
  3. Akhlak → manifestasi

Jika salah satu hilang, struktur keberagamaan menjadi timpang.
Orang yang meninggalkan sholat kehilangan pondasi.
Orang yang sholat tapi tidak berakhlak kehilangan buahnya.


3. Dampak Sosial

Kualitas akhlak buruk meski sholat aktif menghasilkan masyarakat yang:

  • Munafik sosial (tampak religius, perilaku rusak)
  • Tidak dipercaya
  • Individualistik
  • Anti kritik
  • Gemar mencaci di media sosial

Ini bertentangan dengan visi Islam sebagai agama rahmat (rahmatan lil ‘alamin).


D. Solusi Perbaikan Iman, Ibadah, dan Akhlak

1. Membangun Kesadaran Tauhid

Kembalikan makna sholat sebagai ikrar harian:

﴿إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ﴾
“Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan.”
(QS. Al-Fātiḥah 1:5)

Tauhid adalah energi yang membuat ibadah hidup.


2. Meningkatkan Kualitas Sholat

Upaya praktis:

  • Sholat tepat waktu
  • Melakukan sunnah rawatib
  • Memahami makna bacaan
  • Meningkatkan kekhusyukan
  • Menjauhi maksiat sebelum dan sesudah sholat

3. Mengintegrasikan Akhlak dalam Ibadah

Ulama salaf mengatakan:
"Buah ilmu adalah amal; buah ibadah adalah akhlak."[7]

Karena itu:

  • Latih kesabaran
  • Perbaiki tutur kata
  • Hindari ghibah dan fitnah
  • Jujur dalam bisnis dan pekerjaan

Akhlak adalah hasil akhir ibadah, bukan tambahan.


4. Tazkiyah An-Nafs (Penyucian Jiwa)

Metode:

  • Dzikir teratur
  • Istighfar harian
  • Muhasabah sebelum tidur
  • Menghindari pergaulan toksik
  • Meninggalkan dosa kecil yang merusak hati

Menurut Al-Ghazali, dosa kecil yang berulang lebih merusak daripada dosa besar yang ditaubati.[8]


5. Peran Keluarga dan Pendidikan

  • Mengajarkan sholat sejak usia 7 tahun (sesuai hadits)[9]
  • Menanamkan adab sebelum ilmu
  • Keteladanan orang tua
  • Kurikulum sekolah berbasis adab + ibadah + tauhid

Penutup

Masalah “Muslim tapi tidak sholat” dan “sholat tapi tidak berakhlak” adalah dua sisi mata uang yang sama: krisis kesadaran iman.
Sholat adalah tiang agama, tapi akhlak adalah buahnya.
Tidak ada gunanya ibadah tanpa akhlak, dan tidak mungkin akhlak kokoh jika sholat diabaikan.


Catatan Kaki (Footnotes)

[1] Sunan Tirmidzi, Kitab al-Iman, Hadits No. 2616.
[2] Tafsir Ibnu Katsir, QS. Maryam: 59, bab makna Ghayy.
[3] Sunan Tirmidzi, Bab al-Iman, Hadits No. 2621.
[4] Ibn Taimiyah, Majmu’ Fatawa, jilid 7.
[5] Musnad Ahmad, Hadits tentang wanita ahli ibadah yang menyakiti tetangga.
[6] Sunan Tirmidzi, Kitab al-Birr, Hadits No. 1162.
[7] Malik bin Dinar, riwayat dalam Hilyatul Auliya’.
[8] Al-Ghazali, Ihya’ Ulumuddin, bab Riqaq.
[9] Hadits: “Perintahkan anak-anak kalian sholat usia 7 tahun…”, HR. Abu Dawud.


Daftar Pustaka

Sumber Primer

  • Al-Qur’an Al-Karim
  • Ahmad bin Hanbal. Musnad Ahmad.
  • Abu Dawud. Sunan Abi Dawud.
  • At-Tirmidzi. Sunan At-Tirmidzi.
  • Ibnu Katsir. Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim.
  • Al-Ghazali. Ihya’ Ulumuddin.

Sumber Sekunder

  • Al-Qardhawi, Yusuf. Daur al-Qiyam wa al-Akhlaq fi al-Iqtishad al-Islami.
  • Al-Buthi, Said Ramadan. Fiqh Sirah.
  • Hamka. Tasawuf Modern.
  • Syed Muhammad Naquib Al-Attas. Islam and Secularism.
  • M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Qur’an.


Post a Comment

Lebih baru Lebih lama