Menelantarkan Isteri dan Anak Membuat Hidup Menderita di Masa Tua
(Versi Ilmiah Buletin Dakwah Kontemporer)
Pendahuluan
Fenomena ayah atau suami yang menelantarkan isteri dan anak—baik secara nafkah lahir, batin, maupun perhatian—merupakan problem sosial yang semakin tampak. Padahal Islam menempatkan keluarga sebagai amanah besar yang kelak dimintai pertanggungjawaban di akhirat dan berdampak langsung pada kebahagiaan dunia seseorang.
Al-Qur’an dan Sunnah menegaskan bahwa menelantarkan keluarga bukan hanya dosa, tetapi juga sebab turunnya berbagai kesempitan hidup, termasuk penderitaan di masa tua.
1. Kewajiban Nafkah dalam Islam
Nafkah kepada isteri dan anak adalah kewajiban syar’i bagi seorang suami.
Dalil Al-Qur’an
Allah berfirman:
ٱلرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى ٱلنِّسَآءِ...
"Kaum laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita…” (QS. An-Nisā’ 4:34)
Dan juga firman-Nya:
وَعَلَى ٱلْمَوۡلُودِ لَهُۥ رِزۡقُهُنَّ وَكِسۡوَتُهُنَّ بِٱلۡمَعۡرُوفِ
“Dan kewajiban ayah menanggung nafkah dan pakaian mereka (para ibu) dengan cara yang patut.” (QS. Al-Baqarah 2:233)
Hadits Nabawi
Rasulullah ﷺ bersabda:
وَلَهُنَّ عَلَيْكُمْ رِزْقُهُنَّ وَكِسْوَتُهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ
“Dan para isteri berhak mendapat nafkah dan pakaian dari kalian dengan cara yang baik.”
(HR. Muslim)
2. Menelantarkan Isteri dan Anak Termasuk Dosa Besar
Allah memperingatkan:
وَمَن يَتَوَلَّ يَوۡمَئِذٖ فَإِنَّهُۥ بَاءَ بِغَضَبٖ مِّنَ ٱللَّهِ
“Siapa berpaling (dari tanggung jawab), maka ia kembali dengan murka Allah.” (QS. Al-Anfāl 8:16)
Rasulullah ﷺ bersabda:
كَفَى بِالْمَرْءِ إِثْمًا أَنْ يُضَيِّعَ مَنْ يَقُوتُ
“Cukuplah seseorang berdosa bila ia menelantarkan orang yang menjadi tanggungannya.”
(HR. Abu Dawud)
Para ulama menjelaskan bahwa menelantarkan nafkah termasuk dosa besar karena mengandung kezaliman terhadap pihak lemah: isteri dan anak.
3. Akibat Duniawi: Hidup Menderita di Masa Tua
Menelantarkan keluarga bukan hanya melahirkan dosa spiritual, tetapi juga akibat duniawi yang pahit, antara lain:
a. Tidak Memiliki Rasa Hormat dan Dukungan Anak
Anak yang tumbuh tanpa perhatian dan nafkah dari ayahnya akan:
- kehilangan hubungan emosional,
- sulit menghormati orang tua,
- enggan merawat ayah ketika tua.
Ini sesuai sunnatullah:
كَمَا تَدِينُ تُدَانُ
“Sebagaimana engkau berbuat, demikian pula engkau akan diperlakukan.”
(Kaedah keadilan Allah dalam hadis-hadis umum)
b. Mengundang Kesempitan Hidup
Allah berfirman:
وَمَن يَعْشُ عَن ذِكۡرِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ نُقَيِّضۡ لَهُۥ شَيۡطَـٰنٗا
“Siapa berpaling dari petunjuk Allah, Kami jadikan baginya pendamping (syaitan).” (QS. Az-Zukhruf 43:36)
Lelaki yang melalaikan amanah keluarga akan mengalami:
- kegelisahan hidup,
- rezeki yang seret,
- hubungan sosial yang rusak.
c. Terasing Ketika Tua
Banyak realita menunjukkan bahwa lelaki yang tidak bertanggung jawab akan mengalami:
- kesepian,
- tidak punya tempat tinggal tetap,
- tidak dihormati keluarga besar,
- bergantung pada belas kasih orang lain.
Ini konsekuensi sosial dari perilaku yang tidak amanah.
d. Doa Buruk dari Isteri dan Anak
Doa orang terzalimi sangat dekat dengan Allah.
Rasulullah ﷺ bersabda:
اتَّقِ دَعْوَةَ الْمَظْلُومِ فَإِنَّهُ لَيْسَ بَيْنَهَا وَبَيْنَ اللَّهِ حِجَابٌ
“Takutlah pada doa orang yang terzalimi, karena tidak ada hijab antara doa itu dan Allah.”
(HR. Bukhari-Muslim)
Doa isteri yang dizalimi dan anak yang disia-siakan menjadi penyebab kehancuran hidup seseorang.
4. Akibat Ukhrawi: Kehinaan di Hadapan Allah
Menelantarkan keluarga termasuk pengkhianatan amanah.
Allah berfirman:
يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تَخُونُوا۟ ٱللَّهَ وَٱلرَّسُولَ وَتَخُونُوٓا۟ أَمَـٰنَـٰتِكُمۡ
“Wahai orang beriman, janganlah kalian mengkhianati Allah dan Rasul serta amanah-amanah kalian.” (QS. Al-Anfāl 8:27)
Anak dan isteri adalah amanah paling besar.
Di akhirat kelak, seseorang akan ditanya:
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya.”
(HR. Bukhari-Muslim)
Ini mencakup nafkah, kasih sayang, pendidikan, dan perlindungan.
5. Solusi Islam
a. Bertaubat dan Memperbaiki Keadaan
Allah membuka pintu taubat seluas-luasnya.
إِنَّ ٱللَّهَ يَغۡفِرُ ٱلذُّنُوبَ جَمِيعًا
“Allah mengampuni semua dosa.” (QS. Az-Zumar 39:53)
b. Segera Menunaikan Nafkah
Termasuk memprioritaskan nafkah keluarga sebelum menghabiskan uang untuk kebutuhan lain.
c. Membangun Komunikasi dan Kasih Sayang
Kehangatan keluarga adalah kunci kedamaian.
Islam mendorong suami memperbaiki hubungan dengan akhlak dan kelembutan.
d. Membentuk Kesadaran Kekeluargaan
Ingatlah:
“Lelaki yang bertanggung jawab akan dimuliakan oleh Allah, bangsa, dan keturunannya.”
Kesimpulan
Menelantarkan isteri dan anak bukan hanya pelanggaran syariat, tetapi juga sebab kesempitan hidup, kegelisahan, dan penderitaan di masa tua.
Sebaliknya, lelaki yang menunaikan amanah keluarga akan:
- diberkahi rezekinya,
- dimuliakan anak keturunannya,
- tenang di masa tua,
- serta mendapatkan pahala besar di akhirat.
Catatan Kaki
- HR. Muslim, no. 1218.
- HR. Abu Dawud, no. 1692.
- HR. Bukhari-Muslim tentang doa orang terzalimi.
- QS. An-Nisā’ 4:34, QS. Al-Baqarah 2:233, QS. Az-Zukhruf 43:36.
Referensi
- Al-Qur’an al-Karim.
- Shahih al-Bukhari.
- Shahih Muslim.
- Abu Dawud, Sunan.
- Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur’an al-‘Azim.
- Al-Ghazali, Ihya’ Ulumuddin.
- Yusuf al-Qaradhawi, Fiqh al-Usrah.


Posting Komentar