MEMBOHONGI PUBLIK MERUSAK JASA RIBUAN TAHUN
Sebuah Kajian Ilmiah Dakwah Kontemporer
Abstrak
Kejujuran merupakan fondasi keberadaban manusia. Tindakan membohongi publik tidak hanya menimbulkan efek jangka pendek berupa hilangnya kepercayaan, tetapi juga menghancurkan bangunan peradaban yang dibangun oleh ribuan tahun usaha manusia untuk menegakkan kebenaran, ilmu, dan keadaban. Makalah ini menguraikan bahaya kebohongan publik dalam perspektif Al-Qur’an, Sunnah, dan kajian sosial kontemporer.
1. Pendahuluan
Peradaban manusia bertahan karena adanya kejujuran publik (public integrity). Ketika seorang pemimpin, pejabat, atau tokoh publik berbohong, maka efeknya tidak hanya mengenai individu, tetapi mengguncang tatanan sosial, merusak institusi, dan menghapus capaian panjang generasi.
Dalam Islam, kebohongan adalah sumber kerusakan akhlak dan politik. Rasulullah ﷺ menyebut kebohongan sebagai tanda kemunafikan, yaitu penyakit moral yang pada level publik berubah menjadi kerusakan sistemik (systemic damage).
2. Dalil-Dalil Syar’i Tentang Kejahatan Kebohongan Publik
2.1. Al-Qur’an
a. Larangan berkata tanpa ilmu
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ
“Janganlah engkau mengikuti sesuatu yang tidak engkau ketahui.”
(QS. Al-Isrā’: 36)
Ayat ini menegaskan bahwa menyebarkan informasi palsu atau kebohongan adalah tindakan yang dilarang keras.
b. Kebohongan sebagai dosa besar
قُتِلَ الْخَرَّاصُونَ
“Celakalah para pembuat kebohongan.”
(QS. Adz-Dzāriyāt: 10)
c. Kebohongan merusak masyarakat
إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي مَنْ هُوَ مُسْرِفٌ كَذَّابٌ
“Allah tidak memberi petunjuk kepada orang yang melampaui batas lagi pendusta.”
(QS. Ghāfir: 28)
Ayat ini sangat relevan bagi pemimpin atau pejabat: kebohongan adalah penghalang turunnya hidayah dan keberkahan dalam kepemimpinan.
2.2. Hadits Nabi ﷺ
a. Kebohongan = kemunafikan
آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلَاثٌ… وَإِذَا حَدَّثَ كَذَبَ
“Tanda munafik itu tiga… ketika berbicara ia berbohong.”
(HR. Bukhari Muslim)
b. Kebohongan menghancurkan
وَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ
“Sesungguhnya kebohongan menuntun pada kefajiran (kerusakan).”
(HR. Bukhari)
c. Pemimpin yang menipu masyarakat
مَا مِنْ عَبْدٍ يَسْتَرْعِيهِ اللَّهُ رَعِيَّةً يَمُوتُ يَوْمَ يَمُوتُ وَهُوَ غَاشٌّ لِرَعِيَّتِهِ إِلَّا حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ
“Tidaklah seorang pemimpin yang Allah amanahi rakyat, lalu dia menipu mereka, kecuali Allah haramkan baginya surga.”
(HR. Bukhari)
Hadits ini adalah peringatan keras bagi siapa pun yang membohongi publik.
3. Analisis Kontemporer: Mengapa Kebohongan Publik Merusak Jasa Ribuan Tahun?
3.1. Kerusakan Kepercayaan Sosial (Social Trust Collapse)
Kepercayaan publik dibangun selama generasi melalui pengalaman, budaya, hukum, dan nilai agama. Sekali pemimpin berbohong:
- masyarakat kehilangan kepercayaan pada institusi,
- kecurigaan meningkat,
- stabilitas politik melemah.
Penelitian modern menyebut kepercayaan sosial sebagai modal peradaban (civilizational capital). Bila modal ini hancur, maka butuh puluhan bahkan ratusan tahun untuk memperbaikinya.
3.2. Kebohongan Melahirkan Kerusakan Sistemik
Kebohongan publik:
- melahirkan manipulasi,
- menormalisasi pelanggaran hukum,
- merusak etika birokrasi,
- melemahkan integritas data dan kebijakan.
Dalam istilah ulama, ini disebut fasād, yaitu kerusakan yang menyebar seperti epidemi moral.
3.3. Kebohongan Menghapus Jasa Generasi Terdahulu
Peradaban tidak dibangun dalam satu malam. Ia disusun oleh:
- ilmuwan,
- ulama,
- pemimpin jujur,
- pengajar,
- generasi yang menjaga nilai.
Ketika seorang tokoh publik berbohong, ia merusak fondasi yang dibangun oleh banyak generasi. Inilah yang dimaksud merusak jasa ribuan tahun.
3.4. Kebohongan Menghancurkan Marwah Kepemimpinan
Islam memandang kepemimpinan sebagai amanah. Sekali pemimpin berbohong, ia kehilangan:
- wibawa moral
- otoritas etik
- legitimasi di mata publik
Kebohongan mengubah leadership menjadi loudership—pemimpin menjadi sekadar suara keras tanpa integritas.
4. Solusi Perbaikan
1. Budaya Transparansi
Transparansi mencegah manipulasi dan memudahkan publik melakukan kontrol.
2. Penguatan Etika Kepemimpinan
Pendidikan moral bagi pejabat publik sebagai syarat jabatan.
3. Membangun Sistem Anti-Lie (Anti Penipuan Publik)
Audit independen, keterbukaan data, dan hukuman bagi kebohongan publik.
4. Revitalisasi Akhlaq Islam
Menanamkan nilai ṣidq (kejujuran) sebagai pilar sosial.
5. Peran Ulama dan Pendakwah
Menyampaikan larangan kebohongan dan mendidik masyarakat untuk kritis dan berakhlak.
5. Kesimpulan
Membohongi publik bukan sekadar kesalahan moral, tetapi kejahatan peradaban. Ia merusak nilai yang dibangun selama ribuan tahun. Islam memberikan peringatan keras terhadap kebohongan, terlebih bagi pemimpin dan tokoh masyarakat. Jalan perbaikan hanya dapat ditempuh dengan kejujuran, transparansi, dan akhlak yang benar.
Catatan Kaki (Footnote)
- QS. Al-Isrā’: 36.
- QS. Adz-Dzāriyāt: 10.
- QS. Ghāfir: 28.
- HR. Bukhari Muslim tentang tanda munafik.
- HR. Bukhari tentang kebohongan membawa kefajiran.
- HR. Bukhari tentang pemimpin yang menipu rakyat.
- Fukuyama, Trust: The Social Virtues and the Creation of Prosperity.
- Al-Māwardī, Al-Ahkām As-Sulṭāniyyah mengenai amanah kepemimpinan.
Daftar Pustaka
- Al-Qur’an al-Karim.
- Al-Bukhari, Ṣaḥīḥ al-Bukhārī.
- Muslim, Ṣaḥīḥ Muslim.
- Al-Māwardī, Al-Ahkām As-Sulṭāniyyah.
- Ibn Taymiyyah, As-Siyāsah As-Syar’iyyah.
- Francis Fukuyama, Trust: The Social Virtues and the Creation of Prosperity.
- Bauman, Zygmunt. Liquid Modernity.


Posting Komentar