Medsos di Era Digital Jadi Medan Perang bagi Pendakwah

 

Medsos di Era Digital Jadi Medan Perang bagi Pendakwah

(Versi artikel ilmiah buletin dakwah)


Pendahuluan

Era digital telah mengubah wajah komunikasi manusia secara drastis. Media sosial (medsos) seperti Facebook, Instagram, YouTube, TikTok, dan X (Twitter) kini menjadi arena baru dalam penyebaran ide, nilai, dan keyakinan. Bagi para pendakwah, ruang digital bukan sekadar sarana dakwah, tetapi telah menjadi medan perang pemikiran dan akhlak. Di sinilah nilai-nilai Islam diuji di tengah derasnya arus informasi, fitnah, dan budaya hedonisme yang mendominasi.


Medsos sebagai Lahan Dakwah dan Ujian

Rasulullah ï·º bersabda:

«Ø¨َÙ„ِّغُوا عَÙ†ِّÙŠ ÙˆَÙ„َÙˆْ آيَØ©ً

“Sampaikanlah dariku walau satu ayat.”

(HR. al-Bukhari, no. 3461)»

Hadis ini menjadi dasar semangat bagi para pendakwah untuk menyebarkan kebaikan di mana pun, termasuk di ruang digital. Namun, dakwah di media sosial memiliki tantangan tersendiri. Tidak hanya berhadapan dengan umat yang haus ilmu, tetapi juga dengan kebodohan, caci maki, fitnah, dan propaganda yang berlawanan dengan nilai Islam.

Medan Perang Ideologis dan Moral

Para pendakwah kini harus memahami bahwa medsos adalah arena pertarungan ideologi. Narasi Islam moderat, radikal, sekuler, hingga ateistik saling bersaing mendapatkan perhatian publik. Di sisi lain, konten hiburan, gaya hidup bebas, dan budaya konsumtif menjadi daya tarik yang kuat bagi generasi muda.

Allah Ta’ala berfirman:

«ÙˆَجَاهِدْÙ‡ُÙ… بِÙ‡ِ جِÙ‡َادًا Ùƒَبِيرًا

“Dan berjihadlah melawan mereka dengan (Al-Qur’an) dengan jihad yang besar.”

(QS. Al-Furqan [25]: 52)»

Ayat ini mengisyaratkan bahwa jihad pemikiran merupakan bagian dari perjuangan Islam. Pendakwah masa kini dituntut melakukan jihad digital—menghadirkan konten yang mendidik, mencerahkan, dan menyejukkan di tengah derasnya arus konten destruktif.


Etika dan Strategi Dakwah Digital

Dalam konteks ilmiah dan etika, dakwah digital harus memperhatikan:

1. Konten berbasis ilmu dan sumber yang valid, bukan sekadar opini atau sensasi.

2. Bahasa santun dan hikmah, sebagaimana perintah Allah:

«Ø§Ø¯ْعُ Ø¥ِÙ„َÙ‰ٰ سَبِيلِ رَبِّÙƒَ بِالْØ­ِÙƒْÙ…َØ©ِ ÙˆَالْÙ…َÙˆْعِظَØ©ِ الْØ­َسَÙ†َØ©ِ

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik.”

(QS. An-Nahl [16]: 125)»

3. Pemanfaatan teknologi dan algoritma agar pesan dakwah mampu menjangkau audiens luas.

4. Keteladanan digital, di mana pendakwah menjaga akhlak dalam setiap interaksi daring.

Dampak Sosial dan Spiritualitas

Dakwah digital yang efektif dapat menumbuhkan literasi keislaman, memperkuat ukhuwah, serta melawan narasi kebencian dan hoaks. Namun sebaliknya, jika disalahgunakan, medsos dapat menjadi sumber perpecahan, riya’, dan fitnah yang justru mencederai citra dakwah Islam.


Kesimpulan

Medsos di era digital adalah medan perang bagi pendakwah, bukan untuk saling menjatuhkan, melainkan untuk memperjuangkan kebenaran dan akhlak Islam. Para dai perlu membekali diri dengan ilmu, adab, dan kemampuan teknologi agar mampu memenangkan jihad digital dengan cara yang bijak, santun, dan penuh rahmah.


Daftar Pustaka:

1. Al-Qur’an al-Karim.

2. Al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, Beirut: Dar al-Fikr.

3. Al-Ghazali, Ihya’ Ulumuddin, Kairo: Dar al-Hadits, 2004.

4. Yusuf al-Qaradawi, Fiqh al-Da’wah fi Dlau’il Qur’an wa as-Sunnah, Kairo: Maktabah Wahbah, 1999.

5. Nasrullah, Rulli. Media Sosial: Perspektif Komunikasi, Budaya, dan Sosioteknologi. Jakarta: Simbiosa Rekatama Media, 2015.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama