DOSANYA MEMBELA PEMBOHONG
Versi Ilmiah – Buletin Dakwah Kontemporer
Pendahuluan
Dalam realitas sosial modern, pembohongan bukan hanya terjadi pada level individu, tetapi juga melembaga melalui propaganda, rekayasa opini publik, pencitraan palsu, hingga penyebaran informasi menyesatkan di media digital. Salah satu dosa besar dalam Islam adalah membela kebohongan, karena tindakan ini bukan hanya mempertahankan kezhaliman, tetapi juga melahirkan rantai kerusakan sosial, hukum, dan akhlak.
1. Membela Pembohong Termasuk Tolong-menolong dalam Dosa
Allah Ta’ala berfirman:
وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ
“Dan janganlah kalian saling tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan.”
(QS. Al-Māidah: 2)
Membela pembohong berarti membantu terjadinya kedustaan, menutupi fakta, serta memberi legitimasi terhadap kezaliman. Dalam fiqh, ini termasuk ta’āwun ‘alal itsm, yaitu keterlibatan dalam dosa meski bukan pelaku utama.
2. Kebohongan Menghancurkan Reputasi Agama dan Peradaban
Nabi ﷺ menegaskan bahayanya kebohongan:
إِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ، وَالْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ
“Sesungguhnya dusta itu menuntun kepada kefajiran, dan kefajiran menuntun ke neraka.”
(HR. Bukhari & Muslim)
Jika kebohongan saja membuka pintu neraka, maka membela kebohongan adalah memperkuat pintu tersebut. Ini lebih berbahaya, karena:
- memperluas dampak kerusakan,
- mengaburkan kebenaran,
- menginspirasi orang lain untuk berbohong,
- memperlemah nilai moral dalam masyarakat.
3. Membela Pembohong = Menjadi Saksi Palsu (Syahadah az-Zūr)
Nabi ﷺ menyebut kesaksian palsu sebagai salah satu dosa besar terbesar:
أَلَا وَقَوْلُ الزُّورِ، أَلَا وَشَهَادَةُ الزُّورِ
“Ketahuilah! Perkataan dusta dan kesaksian palsu (adalah dosa besar)!”
(HR. Bukhari & Muslim)
Membela pembohong di ruang publik, media sosial, persidangan, organisasi, atau komunitas sama dengan memberi “kesaksian palsu” walau tidak berada di pengadilan formal.
4. Dampak Sosial–Hukum Membela Kebohongan (Analisis Kontemporer)
a. Merusak sistem keadilan
– Menutupi kebenaran membuat aparat sulit menegakkan hukum.
– Melahirkan bias, penyimpangan proses, dan kriminalisasi pihak benar.
b. Mendorong lahirnya tirani sosial
– Pelaku kebohongan yang dilindungi akan semakin berani.
– Kezaliman tumbuh subur ketika pembohong dibela oleh banyak orang.
c. Menipu masyarakat
– Publik terkecoh untuk mendukung ide, tokoh, atau kebijakan yang salah.
– Terjadi polarisasi, fitnah massal, dan hilangnya kepercayaan pada kebenaran.
5. Nabi ﷺ Melarang Membela Orang Zalim
الْمُنَاصِرُ الظَّالِمَ شَرِيكٌ فِي ظُلْمِهِ
“Siapa yang menolong orang zalim, ia menjadi sekutu dalam kezhalimannya.”
(Makna umum hadits, riwayat Thabrani)
Pembohong ≠ hanya berdosa dengan lisannya.
Pembelanya ≠ ikut mendistribusikan dosa itu secara luas.
6. Para Ulama Menegaskan: Pembela Kebatilan Sama dengan Pelaku
Ibn Taimiyyah menulis:
مَن أعانَ ظالِمًا فهو ظالِمٌ مِثلُه
“Siapa membantu orang zalim, ia adalah zalim seperti dia.”
Dalam konteks modern, yang termasuk membela pembohong:
- Membuat narasi untuk menutupi dusta.
- Mengalihkan isu agar pembohong tidak terungkap.
- Menyerang pihak benar demi melindungi penipu.
- Menyebarkan pembenaran di media sosial.
- Menggunakan jabatan untuk memutihkan kebohongan.
Semua ini masuk kategori zulm mu‘āwanah (kezaliman berbantuan).
7. Mengapa Banyak Orang Membela Kebohongan? (Analisis Akhlak Kontemporer)
- Fanatisme tokoh atau kelompok.
- Takut kehilangan kepentingan duniawi.
- Pola pikir pragmatis: “Yang penting ada untungnya.”
- Minimnya ilmu agama tentang bahaya dusta.
- Pengaruh opini viral yang menyesatkan.
Ini semua adalah penyakit moral zaman modern.
8. Penutup: Bahaya Akhirat bagi Pembela Pembohong
Allah memperingatkan:
وَلَا تُجَادِلْ عَنِ الَّذِينَ يَخْتَانُونَ أَنْفُسَهُمْ
“Dan janganlah engkau membela orang yang mengkhianati dirinya (berbuat dosa).”
(QS. An-Nisā’: 107)
Ayat ini turun terkait larangan total membela pelaku kebohongan dan pengkhianatan.
Dosa ini berat karena:
- melindungi penipu → mempertahankan kebohongan,
- mempertahankan kebohongan → menentang kebenaran Allah,
- menentang kebenaran Allah → menantang azab-Nya.


Posting Komentar