BERGUNJING DALAM PERSPEKTIF ISLAM



BERGUNJING DALAM PERSPEKTIF ISLAM

Dosa Lisan yang Merusak Umat

Versi Ilmiah Buletin Dakwah Kontemporer


Pendahuluan

Di era digital, gosip dan perbincangan negatif menyebar lebih cepat dibanding fakta. Grup WhatsApp keluarga, komentar media sosial, hingga obrolan nongkrong sering menjadi ruang subur bagi ghibah (bergunjing). Padahal, Islam memandang ghibah sebagai dosa besar yang merusak kehormatan, meretakkan ukhuwah, dan menimbulkan fitnah sosial.


Definisi Ghibah Secara Ilmiah

Nabi ﷺ bersabda:

ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ
“Engkau menyebut tentang saudaramu sesuatu yang ia tidak suka.”
(HR. Muslim)

Definisi ini mencakup:

  • Perkataan benar namun tidak pantas disampaikan.
  • Pembicaraan yang merendahkan, membuka aib, atau menjatuhkan martabat.
  • Bisa dilakukan lisan, tulisan, chat, emoji, caption, status WA, bahkan kode-kode sindiran.

Tinjauan Al-Qur’an

Allah sangat keras mengecam ghibah:

وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا
“Janganlah sebagian kalian menggunjing sebagian yang lain. Apakah kalian suka memakan daging saudara kalian yang telah mati?”
(QS. Al-Hujurāt: 12)

Analisis ayat:

  • Allah memakai perumpamaan ekstrem (memakan bangkai manusia) untuk menunjukkan kedahsyatan dosa ghibah.
  • Terdapat aspek psikologis: ghibah menghilangkan rasa empati dan mematikan nurani sosial.
  • Ada dimensi sosiologis: ghibah memecah umat, melahirkan kecurigaan dan konflik.

Mengapa Ghibah Merusak? (Analisis Kontemporer)

1. Menghancurkan Reputasi

Dalam era digital, sekali nama seseorang dirusak, jejaknya hampir mustahil dihapus.

2. Memicu Fitnah Rantai

Satu kalimat ghibah akan ditambah orang kedua, dipelintir orang ketiga, dan berubah menjadi fitnah masif.

3. Menyebarkan Negativitas dalam Komunitas

Kajian psikologi sosial menyebutkan bahwa percakapan negatif membentuk lingkaran toksik, menggerogoti rasa saling percaya.

4. Efek Religius

Ghibah menyebabkan:

  • Pahala berpindah ke korban.
  • Dosa pelaku menumpuk.

Sabda Nabi ﷺ:

أَتَدْرُونَ مَنِ الْمُفْلِسُ؟
“Tahukah kalian siapa orang yang bangkrut?”
(Seseorang yang membawa pahala amal, namun habis karena mencaci, menuduh, dan menzalimi.)
(HR. Muslim)


Ghibah Digital (Ghibah Era WhatsApp & Media Sosial)

Bentuk-bentuk ghibah modern:

  • Menyebarkan screenshot aib seseorang.
  • Mengomentari fisik, keluarga, pekerjaan, atau pilihan hidup orang lain.
  • Menyindir nama atau inisial di status.
  • Menyebarkan postingan hoaks yang merusak kehormatan tokoh/ulama.

Catatan penting:
Ghibah tertulis sama dosanya dengan ghibah lisan.
Karena keduanya menyebarkan informasi yang tidak diridhai pemiliknya.


Kapan Ghibah Diperbolehkan? (Versi Fiqh)

Ulama membolehkan ghibah dalam enam keadaan (Imam An-Nawawi):

  1. Mengadu kepada pihak berwenang terhadap kezaliman.
  2. Meminta fatwa, menjelaskan masalah yang melibatkan seseorang.
  3. Melindungi umat dari penipuan/kezaliman (tabsyir dan tahdzir).
  4. Peringatan terhadap ahli bid’ah & penyebar fitnah yang membahayakan umat.
  5. Orang fasik yang menampakkan maksiat.
  6. Identifikasi seseorang yang tidak dikenal kecuali dengan sifat tertentu.

Namun semuanya harus diniatkan lillāh dan tidak melampaui batas.


Dampak Sosial dan Spiritual

1. Rusaknya Kepercayaan

Umat akan saling mencurigai, masjid menjadi tempat adu dengar, bukan ukhuwah.

2. Turunnya Keberkahan

Ulama menyebut ghibah sebagai penyebab hilangnya keberkahan dalam majelis.

3. Mengundang Murka Allah

Karena membuka aib seseorang sama dengan menentang kehormatan yang Allah jaga.


Cara Menghindari Ghibah

  • Diam ketika tidak tahu.
  • Ubah topik ketika obrolan mulai mengarah pada aib.
  • Periksa fakta sebelum bicara.
  • Terapkan prinsip “saring sebelum sharing.”
  • Mendoakan saudara yang dibicarakan.

Penutup

Ghibah adalah dosa besar yang terlihat kecil karena sudah menjadi budaya. Islam menutup rapat pintu ini karena ghibah merusak kehormatan, meretakkan ukhuwah, dan menurunkan martabat umat. Menjaga lisan berarti menjaga diri, keluarga, dan masyarakat dari kehancuran moral.



Post a Comment

Lebih baru Lebih lama