Adab dalam Kunjungan: Antara Orang Kaya dan Orang Miskin dalam Perspektif Islam
---
Pendahuluan
Dalam kehidupan sosial, interaksi antara orang kaya dan orang miskin sering kali menghadirkan dinamika yang mencerminkan nilai-nilai moral dan spiritual seseorang. Islam mengajarkan adab (etika) dalam setiap bentuk hubungan sosial, termasuk dalam hal kunjungan. Perbedaan antara orang kaya mengunjungi orang miskin dan sebaliknya tidak hanya terletak pada status sosial, tetapi pada nilai adab, ketawadhuan, dan niat yang mendasarinya.
---
1. Orang Kaya Mengunjungi Orang Miskin: Cerminan Tawadhu’ dan Syukur
Kunjungan seorang kaya kepada yang miskin merupakan bentuk penghormatan dan empati yang tinggi. Rasulullah ﷺ mengajarkan bahwa kemuliaan seseorang bukan ditentukan oleh hartanya, melainkan oleh ketakwaannya.
Dalil Al-Qur’an:
«وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا ۖ إِنَّكَ لَنْ تَخْرِقَ الْأَرْضَ وَلَنْ تَبْلُغَ الْجِبَالَ طُولًا
"Dan janganlah kamu berjalan di bumi ini dengan sombong; sesungguhnya kamu tidak akan dapat menembus bumi dan tidak akan sampai setinggi gunung."
(QS. Al-Isrā’ [17]: 37) [^1]»
Kunjungan orang kaya kepada orang miskin mengandung nilai rendah hati dan syukur. Ia tidak memandang rendah saudaranya yang lemah secara materi, tetapi justru melihatnya sebagai ladang pahala dan pelajaran hidup. Rasulullah ﷺ bersabda:
«انْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلَا تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ، فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لَا تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ
"Lihatlah kepada orang yang berada di bawahmu, dan jangan melihat kepada yang di atasmu, karena hal itu lebih pantas agar kamu tidak meremehkan nikmat Allah yang diberikan kepadamu."
(HR. Muslim, no. 2963) [^2]»
Maka, orang kaya yang berkunjung kepada orang miskin dengan niat silaturahim dan kasih sayang akan mendapatkan pahala besar, sebab ia menundukkan egonya dan meneladani akhlak Rasulullah ﷺ yang selalu menghormati kaum lemah.
---
2. Orang Miskin Mengunjungi Orang Kaya: Ujian Niat dan Kehormatan Diri
Sementara itu, kunjungan orang miskin kepada orang kaya sering menjadi ujian niat. Jika niatnya untuk silaturahim dan menuntut ilmu, maka hal itu berpahala. Namun, jika niatnya untuk mencari simpati, pamrih, atau berharap pemberian duniawi, maka hal itu dapat menodai kemuliaan dirinya.
Rasulullah ﷺ mengingatkan:
«مَنْ تَوَاضَعَ لِغَنِيٍّ لِمَا مَعَهُ مِنَ الْمَالِ ذَهَبَ ثُلُثَا دِينِهِ
"Barang siapa merendahkan diri kepada orang kaya karena kekayaannya, maka hilanglah dua pertiga agamanya."
(HR. Al-Baihaqi, Syu’ab al-Imān, no. 10459) [^3]»
Islam menuntun kaum miskin agar tetap menjaga harga diri dan tidak merendahkan kehormatannya demi dunia. Karena kemuliaan seorang mukmin tidak diukur dari harta, tetapi dari keimanannya.
«إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ
"Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa."
(QS. Al-Ḥujurāt [49]: 13) [^4]»
---
3. Adab Silaturahim dalam Islam: Kesetaraan dan Keikhlasan
Silaturahim antara kaya dan miskin harus dilandasi oleh nilai-nilai ukhuwah Islamiyyah, bukan kepentingan dunia. Rasulullah ﷺ bersabda:
«لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ
"Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat seberat zarrah kesombongan."
(HR. Muslim, no. 91) [^5]»
Kunjungan orang kaya hendaknya untuk memperkuat tali persaudaraan, membantu yang lemah, dan menumbuhkan empati sosial. Sementara orang miskin hendaknya berkunjung dengan niat mencari ridha Allah dan mempererat silaturahim, bukan berharap belas kasihan.
---
4. Hikmah Sosial dan Spiritual
1. Menumbuhkan empati dan keadilan sosial.
Orang kaya memahami kondisi sosial masyarakat dan terdorong untuk berbagi.
2. Menghapus kesombongan dan iri hati.
Kunjungan lintas status sosial melatih kerendahan hati bagi yang kaya dan kesabaran bagi yang miskin.
3. Menegakkan prinsip ukhuwah Islamiyyah.
Semua manusia setara di hadapan Allah; perbedaan hanyalah ujian tanggung jawab sosial.
---
Kesimpulan
Perbedaan antara orang kaya mengunjungi orang miskin dan sebaliknya terletak pada niat, adab, dan sikap hati. Orang kaya diuji dengan kesombongan, sedangkan orang miskin diuji dengan keikhlasan dan kehormatan diri. Islam menuntun keduanya agar saling menghormati, menjunjung silaturahim, dan menegakkan nilai keadilan sosial. Dengan demikian, adab dalam kunjungan bukan hanya persoalan etika sosial, melainkan manifestasi keimanan dan ketakwaan.
---
Daftar Pustaka
[^1]: Al-Qur’an, Surat Al-Isrā’ [17]: 37.
[^2]: Muslim, Ṣaḥīḥ Muslim, Kitāb az-Zuhd, no. 2963.
[^3]: Al-Baihaqi, Syu’ab al-Imān, no. 10459.
[^4]: Al-Qur’an, Surat Al-Ḥujurāt [49]: 13.
[^5]: Muslim, Ṣaḥīḥ Muslim, Kitāb al-Īmān, no. 91.
[^6]: Al-Ghazali, Iḥyā’ ‘Ulūm ad-Dīn, Juz 3, Beirut: Dār al-Fikr.
[^7]: Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, Jakarta: Lentera Hati, 2005.
---


Posting Komentar