🕌 Tiga Sifat yang Sangat Berbahaya: Melampaui Batas Setelah Kaya, Kikir Selepas Miskin, dan Dengki Setelah Berpangkat
🌿 Pendahuluan
Setiap manusia diuji dengan perubahan keadaan—dari miskin menjadi kaya, dari rendah menjadi tinggi, dari lemah menjadi kuat. Namun, tidak semua mampu menjaga hati ketika posisi hidup berubah. Rasulullah ﷺ telah memperingatkan bahwa bahaya terbesar bukan hanya ketika seseorang miskin, tetapi ketika hatinya berubah setelah mendapat nikmat.
⚠️ 1. Melampaui Batas Setelah Kaya (طَغَى بَعْدَ الْغِنَى)
Allah ﷻ berfirman:
كَلَّا إِنَّ الْإِنسَانَ لَيَطْغَىٰ، أَنْ رَآهُ اسْتَغْنَىٰ
“Sekali-kali tidak! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas, karena dia melihat dirinya serba cukup.”
(QS. Al-‘Alaq: 6–7)
Setelah kaya, sebagian manusia merasa tidak lagi membutuhkan Allah dan meremehkan sesama. Ia lupa bahwa harta hanyalah titipan, bukan tanda keistimewaan. Dalam tafsir Ibn Katsir, ayat ini menggambarkan sifat sombong manusia yang muncul ketika merasa mampu berdiri sendiri tanpa bergantung kepada Allah.
Bahaya sifat ini:
- Menjerumuskan ke dalam kesombongan (takabbur).
- Menghapus keberkahan harta.
- Menjadikan hati keras dan jauh dari syukur.
💰 2. Kikir Selepas Miskin (بَخِلَ بَعْدَ الْفَقْرِ)
Rasulullah ﷺ bersabda:
اتَّقُوا الشُّحَّ، فَإِنَّ الشُّحَّ أَهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ
“Waspadalah kalian terhadap sifat kikir, karena sifat kikir telah membinasakan umat sebelum kalian.”
(HR. Muslim)
Sebagian orang setelah merasakan kesusahan hidup, ketika diberi rezeki malah takut kembali miskin. Ia menimbun harta, menolak berbagi, bahkan lupa pada masa lalu ketika dirinya ditolong orang lain. Inilah penyakit al-bukhl, yang lebih berbahaya dari kefakiran itu sendiri.
Dampaknya:
- Hilangnya rasa empati sosial.
- Menyempitkan rezeki dan menghilangkan keberkahan.
- Menimbulkan permusuhan sosial antara kaya dan miskin.
Allah ﷻ berfirman:
وَمَن يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
“Barang siapa dijaga dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.”
(QS. Al-Hasyr: 9)
👑 3. Dengki Setelah Berpangkat (حَسَدَ بَعْدَ الْمَنْصِبِ)
Jabatan sering kali menguji ketulusan hati. Banyak orang yang awalnya rendah hati, menjadi iri ketika melihat orang lain naik lebih tinggi darinya. Padahal Rasulullah ﷺ telah memperingatkan:
إِيَّاكُمْ وَالْحَسَدَ، فَإِنَّ الْحَسَدَ يَأْكُلُ الْحَسَنَاتِ كَمَا تَأْكُلُ النَّارُ الْحَطَبَ
“Jauhilah dengki, karena dengki memakan kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar.”
(HR. Abu Dawud)
Dampak kedengkian pejabat atau orang berpangkat:
- Menghancurkan ukhuwah dan keadilan.
- Melahirkan fitnah, intrik, dan zalim kepada yang lebih rendah.
- Menjadikan jabatan bukan ladang amal, tetapi sumber dosa.
🕊️ Penutup: Menjaga Hati dalam Perubahan Hidup
Tiga sifat ini — melampaui batas setelah kaya, kikir selepas miskin, dan dengki setelah berpangkat — adalah penyakit hati yang muncul ketika iman tidak seimbang dengan nikmat dunia.
Imam Al-Ghazali menyebutnya sebagai “fitnah perubahan keadaan”, yang hanya bisa dihadapi dengan zuhud, syukur, dan muraqabah (kesadaran akan pengawasan Allah).
وَتِلْكَ الْأَيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِ
“Dan hari-hari itu Kami pergilirkan di antara manusia.”
(QS. Ali ‘Imran: 140)
Nikmat dunia datang dan pergi, tapi hati yang bersih akan selalu stabil dalam iman, baik ketika diuji dengan kekurangan maupun kelebihan.
Batam, 29 Oktober 2025


Posting Komentar