Taubat yang Disalahpahami: Saat Sogok dan Menjilat Dianggap Jalan Menuju Jabatan



🕌 “Taubat yang Disalahpahami: Saat Sogok dan Menjilat Dianggap Jalan Menuju Jabatan”

Pendahuluan

Fenomena maraknya praktik sogok, suap, dan menjilat untuk mendapatkan jabatan di Indonesia merupakan krisis moral yang serius. Ironisnya, sebagian pelaku merasa tenang karena beranggapan bahwa semua dosa dapat dihapus dengan taubat kapan saja. Pemahaman ini sangat berbahaya karena menjadikan taubat sebagai “lisensi dosa”, bukan sarana kembali kepada Allah dengan penyesalan dan perubahan.

Padahal dalam Islam, taubat sejati adalah taubat yang disertai penyesalan mendalam dan tekad kuat untuk tidak mengulangi dosa. Sementara mereka yang menjadikan taubat sebagai perisai untuk berbuat curang sejatinya mempermainkan agama dan merendahkan nilai tobat itu sendiri.


Fenomena Sosial dan Moral

Praktik menyuap demi jabatan terjadi dari tingkat kecil hingga besar. Dari seleksi ASN, promosi birokrasi, sampai jabatan publik dan politik. Di sisi lain, muncul budaya “menjilat” atasan demi posisi strategis. Fenomena ini menunjukkan bahwa nilai kejujuran dan amanah semakin terkikis, digantikan mentalitas pragmatis: “yang penting dapat posisi dulu, urusan dosa bisa taubat nanti.”

Pandangan semacam ini menunjukkan kerusakan spiritual dan moral, karena pelaku tidak memahami hakikat taubat dan tidak takut pada pengawasan Allah.


Dalil Al-Qur’an dan Hadits

📖 1. Taubat yang Diterima Hanya Sebelum Ajal dan Bukan Alat Licik

Firman Allah:

إِنَّمَا التَّوْبَةُ عَلَى اللَّهِ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السُّوءَ بِجَهَالَةٍ ثُمَّ يَتُوبُونَ مِنْ قَرِيبٍ
فَأُولَٰئِكَ يَتُوبُ اللَّهُ عَلَيْهِمْ ۗ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا
وَلَيْسَتِ التَّوْبَةُ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السَّيِّئَاتِ حَتَّىٰ إِذَا حَضَرَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ إِنِّي تُبْتُ الْآنَ

Artinya:
“Sesungguhnya taubat yang diterima Allah hanyalah bagi mereka yang berbuat dosa karena kejahilan, lalu mereka segera bertaubat. Allah menerima taubat mereka. Dan tidaklah taubat itu diterima dari orang-orang yang terus-menerus berbuat dosa hingga ketika datang ajal baru berkata: ‘Sesungguhnya aku bertaubat sekarang.’”
(QS. An-Nisā’ [4]: 17–18)

➡️ Makna:
Taubat bukan sekadar ucapan, tetapi kesungguhan untuk berhenti dari dosa. Orang yang terus-menerus berbuat maksiat dengan niat “taubat nanti” tidak termasuk golongan yang diterima taubatnya.


📖 2. Haramnya Suap dan Jabatan Hasil Sogokan

Rasulullah ﷺ bersabda:

لَعَنَ اللَّهُ الرَّاشِيَ وَالْمُرْتَشِيَ

Artinya:
“Allah melaknat orang yang memberi suap dan orang yang menerima suap.”
(HR. Abu Dawud, Tirmidzi)

➡️ Makna:
Laknat berarti dijauhkan dari rahmat Allah. Maka, jabatan yang diperoleh dengan suap bukan keberkahan, melainkan kutukan spiritual yang menodai amanah dan keadilan.


📖 3. Taubat Sejati Disertai Perubahan Perilaku

Firman Allah:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا

Artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya.”
(QS. At-Tahrīm [66]: 8)

➡️ Makna:
“Taubat nasuhah” berarti taubat yang disertai perubahan, bukan pengulangan dosa dengan alasan “bisa taubat lagi.” Imam Qurtubi menjelaskan: “Taubat nasuhah ialah taubat yang tidak diiringi niat kembali kepada dosa.”


Pandangan Ulama

Imam Al-Ghazali dalam Ihyā’ ‘Ulūmiddīn menjelaskan:

“Taubat yang sahih adalah menyesali dosa yang telah dilakukan, meninggalkannya saat ini, dan bertekad kuat tidak mengulanginya. Siapa yang bertaubat sambil merencanakan dosa lain, maka ia bukan ahli taubat, melainkan pendusta.”

Sedangkan Ibn Qayyim al-Jauziyyah menulis dalam Madarij as-Salikin:

“Taubat adalah kembali kepada Allah dengan meninggalkan jalan yang dimurkai-Nya. Tidak mungkin seseorang disebut telah kembali jika masih berada di jalan yang sama.”


Analisis: Sogok dan Menjilat dalam Perspektif Sosio-Religius

Perilaku sogok dan menjilat dalam memperoleh jabatan menunjukkan adanya dekadensi spiritual dan lemahnya kesadaran ukhrawi. Masyarakat modern sering meniru pola pikir sekuler: “hasil lebih penting daripada proses.” Padahal Islam menekankan niat yang bersih dan cara yang halal.

Selain berdosa besar, sogok dan menjilat juga merusak sistem sosial:

  1. Menumbuhkan pejabat tidak kompeten.
  2. Menghancurkan keadilan sosial.
  3. Menyuburkan budaya korupsi struktural.
  4. Mematikan generasi muda yang jujur dan berintegritas.

Solusi Islami

  1. Pendidikan moral dan aqidah: memperkuat pemahaman tentang dosa sogok dan hakikat taubat.
  2. Reformasi sistem seleksi jabatan: transparansi dan pengawasan publik.
  3. Ketaatan individu: membangun rasa malu di hadapan Allah.
  4. Keteladanan pemimpin: karena pemimpin yang jujur menulari ke bawahannya.

Hikmah dan Penutup

Taubat bukan lisensi untuk berbuat dosa, melainkan janji suci untuk berubah. Sementara sogok dan menjilat adalah racun yang menghancurkan bangsa dari dalam.
Jika taubat dipahami dengan benar, maka seseorang akan takut mengulangi kesalahan, bukan menjadikannya jaminan penghapus dosa masa depan.

“Taubat sejati bukan hanya kata di lisan, tapi perubahan di perbuatan.”


Daftar Pustaka

  1. Al-Qur’an al-Karim.
  2. Abu Dawud, Sunan Abu Dawud, Kitab al-Aqdiyah.
  3. Al-Ghazali, Ihyā’ ‘Ulūmiddīn, Beirut: Dar al-Ma‘rifah.
  4. Ibn Qayyim al-Jauziyyah, Madarij as-Salikin.
  5. Qurtubi, Al-Jāmi‘ li Ahkām al-Qur’ān.
  6. M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah.
  7. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) RI, Indeks Integritas Jabatan Publik, 2024.


Post a Comment

Lebih baru Lebih lama