Rusaknya Pemimpin Karena Banyaknya Pembisik Jahat di Sekelilingnya



Rusaknya Pemimpin Karena Banyaknya Pembisik Jahat di Sekelilingnya

Versi Ilmiah Buletin Dakwah

Pendahuluan

Pemimpin merupakan sosok kunci dalam menentukan arah, kebijakan, dan kesejahteraan rakyat. Namun, sering kali kerusakan kepemimpinan tidak hanya disebabkan oleh pribadi pemimpin itu sendiri, melainkan oleh lingkaran pembisik (inner circle) yang menyesatkan, menipu, dan menjerumuskannya. Dalam konteks sosiologis Islam, fenomena ini disebut sebagai kerusakan sistem nasihat dalam kekuasaan (fasad al-masyûrah).

Dalil Al-Qur’an dan Hadis

  1. Al-Qur’an Surah Al-Ahzab [33]: 67–68

    رَبَّنَا إِنَّا أَطَعْنَا سَادَتَنَا وَكُبَرَاءَنَا فَأَضَلُّونَا السَّبِيلَا
    رَبَّنَا آتِهِمْ ضِعْفَيْنِ مِنَ الْعَذَابِ وَالْعَنْهُمْ لَعْنًا كَبِيرًا
    Artinya:
    “Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah menaati para pemimpin dan pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar). Ya Tuhan kami, timpakanlah kepada mereka azab dua kali lipat dan laknatlah mereka dengan laknat yang besar.”

    Ayat ini menggambarkan bahwa pengaruh para pembesar dan penasehat jahat dapat menyesatkan masyarakat dan bahkan menjerumuskan pemimpin dari jalan kebenaran.

  2. Hadis Rasulullah ﷺ:

    « إِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِالأَمِيرِ خَيْرًا جَعَلَ لَهُ وَزِيرَ صِدْقٍ، إِنْ نَسِيَ ذَكَّرَهُ، وَإِنْ ذَكَرَ أَعَانَهُ، وَإِذَا أَرَادَ بِهِ غَيْرَ ذَلِكَ جَعَلَ لَهُ وَزِيرَ سُوءٍ، إِنْ نَسِيَ لَمْ يُذَكِّرْهُ، وَإِنْ ذَكَرَ لَمْ يُعِنْهُ »
    (HR. Abu Dawud, no. 2932)
    Artinya:
    “Apabila Allah menghendaki kebaikan bagi seorang pemimpin, Dia jadikan di sekelilingnya menteri (penasihat) yang jujur; jika pemimpin itu lupa, dia mengingatkannya, dan jika ia ingat, dia membantunya. Namun jika Allah menghendaki keburukan baginya, maka Allah jadikan di sisinya menteri yang buruk; jika ia lupa, tidak diingatkan, dan jika ia ingat, tidak dibantu.”

    Hadis ini menjadi dasar teologis bahwa kerusakan pemimpin sering berakar dari lingkungan pembisik yang salah.

Analisis Ilmiah dan Sosiologis

Dalam perspektif sosiologi kekuasaan Islam, pembisik atau penasihat jahat disebut bithanah suu’ — orang-orang yang menyelimuti kekuasaan dengan kepentingan pribadi, ambisi duniawi, dan politik intrik. Mereka memanipulasi informasi, memutarbalikkan fakta, dan menjauhkan pemimpin dari rakyat serta dari nilai-nilai keadilan.

Para ulama klasik seperti Imam Al-Mawardi dalam Al-Ahkam As-Sulthaniyyah menegaskan bahwa:

“Pemimpin tidak akan tegak dengan sendirinya, melainkan dengan pembantu yang amanah dan jujur.”

Sedangkan Ibnu Khaldun dalam Muqaddimah menjelaskan bahwa:

“Kerusakan negara dimulai ketika para penasihat dan orang dekat penguasa lebih mencintai keuntungan pribadi daripada kemaslahatan umum.”

Dari perspektif modern, dalam teori elite circle (Pareto dan Mosca), para “pembisik” berperan sebagai pengontrol informasi dan keputusan, sehingga korupsi, nepotisme, dan distorsi kebijakan mudah terjadi ketika sistem nasihat tidak sehat.

Dampak Sosial dan Politik

  1. Distorsi Keputusan: Pemimpin kehilangan akses terhadap kebenaran.
  2. Hilangnya Kepercayaan Publik: Rakyat menilai pemimpin tidak peka dan tidak adil.
  3. Kerusakan Moral Kekuasaan: Kekuasaan menjadi sarana keuntungan kelompok, bukan kemaslahatan umat.

Solusi Islam

  1. Menata Lingkaran Nasihat: Pemimpin wajib memilih penasihat yang jujur, berilmu, dan berani menegur.
  2. Budaya Musyawarah Sehat: Menghidupkan prinsip syûra (QS. Asy-Syûrâ [42]: 38).
  3. Kritik Konstruktif dari Ulama dan Umat: Sebagai kontrol moral dan sosial kekuasaan.

Penutup

Rusaknya pemimpin bukan semata karena ambisi atau kelalaiannya, tetapi karena pembisik jahat yang menyesatkannya dari nilai kebenaran dan keadilan. Maka, pemimpin sejati harus berani membersihkan lingkaran nasihatnya dari orang-orang munafik, penjilat, dan penyesat kebijakan.
Keadilan hanya akan terwujud jika kebenaran tetap dijaga dalam setiap bisikan kekuasaan.


Daftar Pustaka

  1. Al-Qur’an al-Karim
  2. Abu Dawud, Sunan Abu Dawud, no. 2932
  3. Al-Mawardi, Al-Ahkam As-Sulthaniyyah
  4. Ibnu Khaldun, Muqaddimah
  5. Pareto, Vilfredo. The Circulation of Elites, 1901
  6. Mosca, Gaetano. The Ruling Class, 1939
  7. Yusuf Al-Qaradawi, Fiqh al-Daulah fi al-Islam, 1997

Batam, 31 Oktober 2025

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama