Manusia Teliti: Setiap Perbuatannya Dipertanyakannya, Apakah Bernilai Surga?
Versi Ilmiah Buletin Dakwah
Pendahuluan
Manusia yang beriman dan berakal sehat tidak akan membiarkan hidupnya berjalan tanpa arah. Ia selalu meneliti setiap gerak langkahnya, menimbang setiap ucapan dan perbuatannya dengan satu pertanyaan mendasar: “Apakah ini bernilai surga?” Inilah karakter manusia teliti menurut perspektif Islam—yakni mereka yang menilai amal bukan dengan ukuran dunia, tetapi dengan ukuran akhirat.
Landasan Al-Qur’an
Allah Ta‘ala berfirman:
فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ، وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ
“Barang siapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasannya). Dan barang siapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasannya).”
— (QS. Al-Zalzalah [99]: 7–8)
Ayat ini menegaskan bahwa setiap perbuatan manusia—sekecil apa pun—akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah. Oleh karena itu, orang yang beriman akan selalu berhati-hati, penuh kehati-hatian dalam bertindak, berucap, dan berniat.
Hadis Rasulullah ﷺ
Rasulullah ﷺ bersabda:
الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ، وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ، وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا، وَتَمَنَّى عَلَى اللَّهِ الأَمَانِيَّ
“Orang cerdas adalah yang mengoreksi dirinya dan beramal untuk kehidupan setelah mati. Sedangkan orang lemah adalah yang mengikuti hawa nafsunya dan hanya berangan-angan kepada Allah.”
— (HR. Tirmidzi no. 2459)
Hadis ini menggambarkan bahwa ketelitian seorang mukmin terletak pada kebiasaannya mengoreksi diri (muhasabah). Ia selalu bertanya: “Apakah amal ini membuatku lebih dekat kepada surga atau justru menjauhkan darinya?”
Analisis Ilmiah dan Sosial
Dalam perspektif psikologi moral Islam, sikap teliti dalam amal dapat dikategorikan sebagai self-regulation of faith—yakni kemampuan individu mengontrol perilakunya berdasarkan nilai-nilai iman dan takwa.
Kajian modern menunjukkan bahwa orang yang memiliki spiritual self-awareness tinggi lebih mampu menahan diri dari tindakan destruktif sosial, karena setiap perbuatannya melewati filter moral yang kuat.
Secara sosiologis, masyarakat yang berisi individu teliti dalam amal akan membangun budaya sosial yang etis dan harmonis. Mereka tidak asal berbuat, tidak mudah menipu, mencuri, atau berbohong karena kesadarannya terikat pada nilai akhirat. Maka, ketelitian moral adalah fondasi masyarakat beradab.
Pandangan Ulama
Imam Al-Ghazali dalam Ihya’ ‘Ulum al-Din menulis:
“Orang yang mengenal dirinya dan mengenal Tuhannya akan berhenti sejenak sebelum setiap amal, lalu menimbangnya dengan neraca syariat.”
Ibnu Qayyim al-Jauziyyah juga menegaskan:
“Orang yang bijak tidak menatap akibat dunia dari amalnya, tetapi menatap akibat akhiratnya.”
Kedua pandangan ini menegaskan bahwa manusia teliti ialah yang menimbang perbuatannya dengan timbangan maqbul di sisi Allah—bukan semata-mata untung rugi duniawi.
Refleksi Dakwah
Di era modern yang serba cepat dan pragmatis, banyak manusia kehilangan “ketelitian spiritual”. Hidup hanya diukur dengan efisiensi dan hasil material, tanpa mempertanyakan nilai ibadahnya. Padahal, setiap tindakan—baik dalam profesi, keluarga, atau masyarakat—dapat menjadi ladang surga bila dilandasi niat dan cara yang benar.
قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
“Katakanlah: Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.”
— (QS. Al-An‘am [6]: 162)
Penutup
Manusia teliti bukanlah yang banyak berbicara tentang amal, tetapi yang banyak menimbang amalnya. Ia hidup dengan kesadaran tinggi bahwa setiap langkah akan dimintai pertanggungjawaban, dan hanya amal yang bernilai surga yang layak dipertahankan.
Daftar Pustaka
- Al-Qur’an al-Karim
- HR. Tirmidzi No. 2459
- Al-Ghazali, Ihya’ ‘Ulum al-Din, Dar al-Ma‘rifah, Beirut
- Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, Madarij al-Salikin, Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah
- Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, Lentera Hati, Jakarta
- Zakiah Daradjat, Psikologi Agama, Rajawali Press, Jakarta
Batam, 31 Oktober 2025


Posting Komentar