Karomah: Tanda Takwa atau Tipu Daya Syetan?



Karomah: Tanda Takwa atau Tipu Daya Syetan?

(Kajian Aqidah, Dalil, dan Pandangan Ulama)


Pendahuluan

Fenomena karomah sering menjadi perbincangan dalam dunia Islam, terutama ketika muncul seseorang yang memiliki kemampuan luar biasa: mengetahui hal gaib, menyembuhkan penyakit, berjalan di atas air, atau mendatangkan benda dari jauh. Sebagian umat langsung menganggapnya tanda wali Allah, padahal bisa jadi itu hanyalah tipu daya syetan untuk menyesatkan manusia.
Islam mengajarkan agar setiap karomah tidak dinilai dari “keajaibannya”, tetapi dari ketaatan pelakunya kepada Allah dan kesesuaiannya dengan syariat.


1. Pengertian Karomah

Karomah (الكرامة) secara bahasa berarti kemuliaan atau keistimewaan.
Secara istilah, menurut para ulama akidah:

الكرامة: أمر خارق للعادة يظهره الله على يد وليٍّ من أوليائه، من غير دعوى النبوة.
“Karomah adalah perkara luar biasa yang Allah tampakkan melalui tangan wali-Nya tanpa disertai klaim kenabian.”
(Al-Jurjani, At-Ta‘rifat, hlm. 184)

Jadi karomah hanya diberikan kepada wali Allah, bukan orang fasik atau ahli bid‘ah.


2. Dalil Al-Qur’an dan Hadis tentang Karomah

a. Karomah dalam Al-Qur’an

  1. Karomah Maryam ‘alaihas-salām

قَالَ يَا مَرْيَمُ أَنَّىٰ لَكِ هَٰذَا ۖ قَالَتْ هُوَ مِنْ عِندِ اللَّهِ
(QS. Āli ‘Imrān: 37)

“Zakaria berkata: ‘Wahai Maryam, dari mana ini datang kepadamu?’ Maryam menjawab: ‘Makanan itu dari sisi Allah.’”

➡️ Ini menunjukkan bahwa Allah memberikan rezeki secara ajaib kepada hamba saleh tanpa sebab biasa.

  1. Karomah Ashhābul Kahfi

فَضَرَبْنَا عَلَىٰ آذَانِهِمْ فِي الْكَهْفِ سِنِينَ عَدَدًا
(QS. Al-Kahfi: 11)

“Maka Kami tutup telinga mereka di dalam gua itu selama bertahun-tahun.”

➡️ Mereka tidur ratusan tahun tanpa rusak tubuhnya — tanda penjagaan Allah terhadap hamba yang beriman.


b. Hadis tentang Wali Allah

قَالَ اللَّهُ تَعَالَى:
"مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ، وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ، وَلَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ..."
(HR. al-Bukhari no. 6502)

“Barangsiapa memusuhi wali-Ku, maka Aku umumkan perang terhadapnya. Hamba-Ku senantiasa mendekat kepada-Ku dengan amalan sunnah hingga Aku mencintainya…”

➡️ Karomah hanya muncul dari wali Allah yang dicintai karena taat, bukan karena kesaktian.


3. Waspada: Karomah Palsu dan Tipu Daya Syetan

Syetan juga bisa memperlihatkan keanehan untuk menipu manusia agar menganggap pelaku itu wali, padahal ia ahli maksiat.

Dalil

قَالَ اللَّهُ تَعَالَى:
"يُخَيَّلُ إِلَيْهِ مِن سِحْرِهِمْ أَنَّهَا تَسْعَىٰ"
(QS. Ṭāhā: 66)

“Terbayanglah kepada Musa dari sihir mereka seolah-olah tali-tali itu bergerak cepat.”

➡️ Ini contoh tipuan sihir yang tampak luar biasa, tetapi berasal dari syetan, bukan karomah.


4. Pandangan Ulama Klasik

a. Imam Al-Qusyairi (w. 465 H)

“Karomah itu tidak diukur dari keajaiban, tapi dari istiqamah. Bila engkau melihat seseorang bisa terbang di udara, namun ia tidak menjaga perintah dan larangan Allah, maka ketahuilah ia bukan wali, tapi pengikut syetan.”
(Ar-Risālah al-Qusyairiyyah)

b. Ibn Taimiyyah (w. 728 H)

“Tanda seorang wali bukanlah memiliki karomah, tetapi ketakwaannya kepada Allah. Karena karomah sejati adalah istiqamah di atas ketaatan.”
(Majmū‘ al-Fatāwā, 11/313)

c. Al-Imam Al-Ghazali (w. 505 H)

“Banyak orang tertipu oleh karomah, padahal tujuan tasawuf sejati adalah ma‘rifat dan taqarrub, bukan keajaiban.”
(Ihyā’ ‘Ulūmiddīn, 4/315)


5. Pandangan Ulama Kontemporer

a. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin

“Setiap keanehan yang muncul dari orang fasik atau ahli bid‘ah bukanlah karomah, tetapi istidraj (penyesatan bertahap).”
(Syarh al-‘Aqidah al-Wasithiyyah)

b. Syaikh Yusuf al-Qaradhawi

“Keajaiban bukan ukuran kewalian. Yang perlu dinilai adalah sejauh mana amal dan akhlaknya sejalan dengan syariat.”
(al-Iman wal-Hayat, hlm. 219)


6. Contoh-Contoh di Era Modern

  1. Orang mengaku wali bisa mengobati jarak jauh atau mengetahui isi hati orang, tetapi ia meninggalkan salat — ini bukan karomah, melainkan istidraj.
  2. Fenomena “benda sakti” atau “foto wali pembawa rezeki” yang dipercaya mendatangkan karomah — hakikatnya khurafat.
  3. Sihir dan tenaga dalam yang menampilkan kekuatan supranatural tapi tanpa zikir dan amal saleh — ini termasuk tipu daya syetan.

7. Bahaya Mempercayai Karomah Palsu

  • Syirik kecil bahkan besar, karena menisbatkan kekuatan selain kepada Allah.
  • Merusakkan akidah, sebab mengagungkan orang fasik.
  • Menjadi pintu kesesatan, seperti kultus individu atau menyembah wali.
  • Menurunkan semangat amal saleh, karena orang lebih mengejar “kesaktian” daripada ketaatan.

8. Solusi Menghadapinya

  1. Perkuat Aqidah Tauhid: bahwa semua kekuatan hanya milik Allah.

    قُلْ كُلٌّ مِّنْ عِندِ اللَّهِ
    “Katakanlah: semuanya datang dari sisi Allah.” (QS. An-Nisā’: 78)

  2. Ukur dengan Syariat: setiap keajaiban harus diuji, apakah sesuai dengan Al-Qur’an dan Sunnah.

  3. Hindari Taklid Buta terhadap guru atau tokoh spiritual.

  4. Belajar Aqidah Ahlussunnah agar tidak mudah tertipu oleh fenomena “mistik Islam”.


9. Hikmah di Balik Ujian Karomah

  • Ujian bagi yang diberi: apakah ia tetap tawadhu atau sombong.
  • Ujian bagi umat: apakah mereka menilai dengan ilmu atau perasaan.
  • Pendidikan ruhani: bahwa kemuliaan sejati adalah ketaatan, bukan keajaiban.

Kesimpulan

Karomah sejati adalah buah dari takwa dan ketaatan, bukan dari kesaktian atau keanehan. Jika seseorang memiliki keajaiban tetapi tidak shalat, berbuat maksiat, atau menyalahi syariat, maka itu bukan karomah, melainkan tipu daya syetan (istidraj).
Wali Allah yang sejati dikenal dari istiqamahnya dalam ibadah dan akhlaknya, bukan dari kemampuan gaibnya.

قال بعض السلف:
"كن عبدًا لله مستقيماً، ولا تكن صاحب كرامةٍ معوجًّا."
“Jadilah hamba Allah yang istiqamah, jangan jadi pencari karomah yang bengkok.”



Post a Comment

Lebih baru Lebih lama