Hikmah Memperingati Hari Santri Nasional 22 Oktober 2025



Hikmah Memperingati Hari Santri Nasional 22 Oktober 2025

Tinjauan Aqidah, Dalil, dan Pandangan Intelektual Muslim


Pendahuluan

Hari Santri Nasional yang diperingati setiap tanggal 22 Oktober merupakan momentum penting bagi bangsa Indonesia untuk mengenang jihad para santri dan ulama dalam mempertahankan kemerdekaan serta menegakkan nilai-nilai Islam di bumi Nusantara. Penetapan tanggal ini berakar dari Resolusi Jihad yang dikeluarkan oleh Hadratusy Syaikh KH. Hasyim Asy’ari pada 22 Oktober 1945, menyerukan kewajiban umat Islam untuk berjihad melawan penjajahan.

Peringatan Hari Santri bukan sekadar seremonial, melainkan sarana meneguhkan semangat keislaman, keilmuan, dan kebangsaan di kalangan umat Islam, terutama para pelajar pesantren.


Dalil-Dalil yang Mendasari Semangat Hari Santri

  1. Kewajiban Menuntut Ilmu dan Memuliakan Ulama

    النَّبِيُّ ﷺ قَالَ:
    "مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا، سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ."
    (رواه مسلم)
    Artinya: “Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.”
    (HR. Muslim)

    ➤ Dalil ini menunjukkan kemuliaan santri sebagai penuntut ilmu agama, yang dengan ilmunya menegakkan agama dan memperbaiki masyarakat.


  1. Perintah untuk Berjihad di Jalan Allah

    قَالَ اللّٰهُ تَعَالَى:
    "وَجَاهِدُوا فِي اللَّهِ حَقَّ جِهَادِهِ ۚ هُوَ اجْتَبَاكُمْ..."
    (سورة الحجّ: 78)
    Artinya: “Dan berjihadlah kamu di jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu...”
    (QS. Al-Ḥajj: 78)

    ➤ Resolusi Jihad 1945 adalah implementasi ayat ini dalam konteks melawan penjajah demi mempertahankan kemerdekaan dan kehormatan Islam.


  1. Kewajiban Mengingat Nikmat dan Perjuangan

    قَالَ اللّٰهُ تَعَالَى:
    "وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ..."
    (سورة المائدة: 7)
    Artinya: “Dan ingatlah nikmat Allah kepadamu...”
    (QS. Al-Mā’idah: 7)

    ➤ Peringatan Hari Santri adalah bentuk syukur atas nikmat ilmu, kemerdekaan, dan perjuangan para ulama terdahulu.


Hikmah Memperingati Hari Santri

  1. Meneladani semangat jihad dan keikhlasan ulama.
    Santri diajarkan untuk berjuang bukan hanya dengan senjata, tetapi juga dengan pena dan akhlak.

  2. Menumbuhkan rasa cinta tanah air (ḥubb al-waṭan min al-īmān).
    Walaupun hadis ini lemah sanadnya, maknanya sahih secara maknawi: cinta tanah air bagian dari iman, sebab Islam mengajarkan untuk menjaga keamanan dan kemaslahatan negeri.

  3. Menguatkan jati diri keislaman dan keindonesiaan.
    Santri menjadi simbol integrasi antara agama dan nasionalisme, menepis anggapan bahwa cinta tanah air bertentangan dengan agama.

  4. Mendorong kebangkitan intelektual pesantren.
    Hari Santri menjadi pengingat agar pesantren tidak berhenti pada tradisi klasik, tetapi terus berinovasi dalam pendidikan, ekonomi, dan digitalisasi ilmu.

  5. Menghargai peran ulama sebagai penjaga moral bangsa.
    Peringatan ini meneguhkan kembali posisi ulama sebagai pewaris para nabi (al-‘ulamā’ waratsatul anbiyā’).


Pandangan Tokoh dan Intelektual Muslim

  1. KH. Hasyim Asy’ari (Pendiri NU)
    Beliau menegaskan dalam Risālah Ahl al-Sunnah wal-Jamā‘ah:
    “Membela tanah air bagian dari kewajiban agama, karena di dalamnya terdapat perlindungan terhadap umat Islam dan syiar-syiar Allah.”

    ➤ Inilah landasan teologis Resolusi Jihad yang melahirkan semangat Hari Santri.


  1. KH. Ahmad Dahlan (Pendiri Muhammadiyah)
    Mengajarkan bahwa jihad bukan hanya dengan perang, tapi juga dengan pendidikan dan amal sosial. Hari Santri mencerminkan jihad intelektual dan sosial ini.

  1. Buya Hamka
    Dalam Tafsir al-Azhar, beliau menulis:
    “Bangsa yang besar adalah bangsa yang tahu menghargai jasa ulama dan pejuangnya, karena dari merekalah lahir sinar iman dan kemerdekaan.”

  1. Nurcholish Madjid (Cak Nur)
    Menyebut santri sebagai “subkultur intelektual Islam” yang melahirkan kesadaran keagamaan sekaligus kebangsaan. Menurutnya, Hari Santri adalah simbol kebangkitan Islam yang inklusif, rasional, dan berakar budaya.

  1. Gus Dur (KH. Abdurrahman Wahid)
    Mengatakan:
    “Santri itu pejuang yang tak hanya hafal kitab, tapi juga siap menjaga Indonesia dengan cinta dan doa.”
    ➤ Gus Dur menegaskan keseimbangan antara religiusitas dan nasionalisme santri.

Penutup

Peringatan Hari Santri Nasional 22 Oktober bukanlah sekadar acara tahunan, melainkan refleksi spiritual dan historis terhadap peran santri dalam menjaga agama dan bangsa.
Melalui momentum ini, diharapkan lahir generasi santri yang berilmu, berakhlak, berjiwa jihad, dan berwawasan kebangsaan.

Sebagaimana firman Allah:

قَالَ اللّٰهُ تَعَالَى:
"إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ"
(سورة الرعد: 11)
Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sampai mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.”
(QS. Ar-Ra‘d: 11)

➡️ Maka Hari Santri adalah momen perubahan diri dan bangsa melalui ilmu dan iman.


Batam, 22 Okktober 2025

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama