Hari Santri Nasional 22 Oktober 2025: Momentum Koreksi Diri Dunia Pendidikan Islam di Era Digital


Hari Santri Nasional 22 Oktober 2025: Momentum Koreksi Diri Dunia Pendidikan Islam di Era Digital

Pendahuluan

Setiap tanggal 22 Oktober, bangsa Indonesia memperingati Hari Santri Nasional. Peringatan ini bukan sekadar seremonial atau nostalgia sejarah perjuangan kaum santri, tetapi merupakan momentum koreksi diri, terutama bagi dunia pendidikan Islam di tengah arus modernisasi dan digitalisasi global.

Santri sejati adalah mereka yang menjaga ilmu, akhlak, dan perjuangan, bukan hanya menghafal teks, tetapi juga mewujudkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan nyata. Maka, Hari Santri menjadi ajang muhasabah bagi seluruh lembaga pendidikan Islam: apakah pendidikan yang dijalankan masih mencerminkan nilai-nilai Qur’ani dan akhlak Rasulullah ﷺ, atau justru terjebak dalam formalitas dan kehilangan ruh spiritualnya.


1. Momentum Koreksi Diri Dunia Pendidikan

Islam sangat menekankan pentingnya muhasabah (introspeksi diri) dalam setiap aspek kehidupan, termasuk pendidikan.

قَالَ اللهُ تَعَالَى:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللهَ ۚ إِنَّ اللهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
(QS. Al-Hasyr: 18)

Artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok; dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Ayat ini menjadi dasar bahwa pendidikan Islam harus selalu melakukan evaluasi — apakah arah dan metodenya masih sesuai dengan nilai-nilai ketakwaan atau sudah melenceng pada orientasi duniawi semata.


2. Menjaga Citra Pendidikan Islam

Pendidikan Islam bukan hanya tempat menuntut ilmu agama, tetapi lembaga pembentuk karakter umat. Rasulullah ﷺ diutus bukan hanya sebagai pengajar, tetapi pendidik moral dan akhlak.

قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ:

إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الْأَخْلَاقِ
(HR. Ahmad)

Artinya:
“Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.”

Maka, menjaga citra pendidikan Islam berarti menjaga keberlanjutan akhlak dan etika ilmiah, bukan hanya prestasi akademik. Lembaga pendidikan Islam harus menjadi contoh kejujuran, kedisiplinan, dan kepedulian sosial di tengah krisis moral yang melanda generasi muda.


3. Metode Pembelajaran yang Islami dan Humanis

Metode pendidikan dalam Islam menggabungkan akal, hati, dan amal. Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumiddin menekankan bahwa tujuan pendidikan bukan hanya pengetahuan, tetapi penyucian jiwa (tazkiyah an-nafs).

Sementara Ibnu Khaldun dalam Muqaddimah-nya menjelaskan bahwa pembelajaran harus bertahap, kontekstual, dan sesuai perkembangan peserta didik, bukan sekadar transfer informasi.

Pendidikan Islami idealnya:

  • Mengutamakan keteladanan guru (uswah).
  • Mengembangkan nalar kritis dan dzikir.
  • Menghubungkan ilmu dengan pengabdian sosial dan spiritual.

4. Integrasi Ilmu dan Teknologi dalam Pendidikan Islam

Pendidikan Islam masa kini harus mengintegrasikan ilmu agama dan sains modern. Islam tidak mengenal dikotomi antara “ilmu dunia” dan “ilmu akhirat”. Semua ilmu berasal dari Allah dan membawa manfaat jika digunakan dengan niat yang benar.

قَالَ اللهُ تَعَالَى:

قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ ۗ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ
(QS. Az-Zumar: 9)

Artinya:
“Katakanlah: Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui? Sesungguhnya hanya orang yang berakal sehat yang dapat mengambil pelajaran.”

Dalam konteks ini, teknologi digital bukanlah ancaman, melainkan alat dakwah dan media pembelajaran baru. Santri dan pendidik harus menguasai teknologi agar pesan Islam dapat disebarluaskan secara bijak melalui platform digital.


5. Penyesuaian Pendidikan Islam di Era Digital

Era digital menuntut pembaruan dalam sistem pembelajaran:

  • Digitalisasi kurikulum Islami (e-learning, kitab digital, video dakwah edukatif).
  • Penguatan literasi digital dan etika bermedia.
  • Pemanfaatan AI dan big data untuk analisis kebutuhan belajar.
  • Membangun komunitas santri digital yang berakhlak dan produktif.

وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ
(QS. At-Taubah: 105)

Artinya:
“Dan katakanlah: Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu pula Rasul-Nya dan orang-orang mukmin.”

Ayat ini menegaskan pentingnya aksi nyata dan profesionalisme dalam berkarya, termasuk dalam bidang pendidikan dan teknologi.


6. Pandangan Ulama dan Tokoh Pendidikan

  • KH. Hasyim Asy’ari dalam Adabul ‘Alim wal Muta’allim menegaskan bahwa keberhasilan pendidikan bergantung pada ikhlasnya guru dan hormatnya murid terhadap ilmu dan ulama.
  • Buya Hamka menekankan bahwa pendidikan harus melahirkan manusia merdeka berpikir dan berakhlak luhur, bukan sekadar manusia pandai.
  • Prof. Quraish Shihab menegaskan: “Ilmu tanpa iman adalah buta, dan iman tanpa ilmu adalah lumpuh.”
  • Nurcholish Madjid berpendapat bahwa santri masa kini harus berperan sebagai “agen perubahan sosial” yang mengintegrasikan nilai-nilai Islam dengan kemajuan sains.

7. Peran Tokoh Masyarakat

Tokoh masyarakat dan pemimpin daerah harus mendukung lembaga pendidikan Islam melalui:

  • Fasilitasi teknologi dan sarana pendidikan.
  • Mendorong kolaborasi antara pesantren, sekolah, dan universitas.
  • Memberi ruang bagi santri untuk berinovasi sosial dan ekonomi digital.

Penutup: Hikmah Hari Santri 2025

Hari Santri Nasional 2025 adalah momentum mengkoreksi arah pendidikan Islam, agar tetap:

  • Berbasis iman dan ilmu.
  • Relevan dengan zaman tanpa kehilangan ruh keislaman.
  • Mendorong santri menjadi pionir perubahan sosial berbasis teknologi dan akhlak.

اللَّهُمَّ زِدْنَا عِلْمًا نَافِعًا، وَعَمَلًا صَالِحًا، وَقَلْبًا خَاشِعًا، وَنَفْسًا قَانِعَةً

Artinya:
“Ya Allah, tambahkanlah kepada kami ilmu yang bermanfaat, amal yang saleh, hati yang khusyuk, dan jiwa yang qana‘ah (puas atas karunia-Mu).”


Kesimpulan

Hari Santri bukan sekadar simbol, melainkan panggilan spiritual dan intelektual untuk seluruh umat Islam agar:

  • Menjaga kemurnian pendidikan Islam,
  • Berinovasi sesuai tuntutan zaman,
  • Menjunjung tinggi nilai-nilai Qur’an dan Sunnah,
  • Serta menjadikan santri sebagai pilar peradaban digital berakhlak Qur’ani.

Batam,22 Okt.2025

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama