Dampak Cerita Dongeng yang Diumbar oleh Pendakwah
(Tinjauan Agama, Pandangan Ulama, dan Fenomena di Era Digital)
Pendahuluan
Dalam dunia dakwah Islam, tujuan utama adalah menyampaikan kebenaran berdasarkan wahyu Allah, bukan sekadar menarik perhatian jamaah dengan kisah-kisah yang menghibur. Namun, realitas kini memperlihatkan sebagian pendakwah gemar mengumbar cerita dongeng, kisah khayalan, atau riwayat tanpa sumber yang sahih demi menarik simpati massa. Meskipun niatnya mungkin baik, tindakan ini bisa berdampak buruk terhadap kemurnian akidah dan kredibilitas dakwah.
Dalil Al-Qur’an dan Hadis
1. Larangan Berdusta atas Nama Agama
قَالَ رَسُولُ اللّٰهِ ﷺ:
"مَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ"
(رواه البخاري ومسلم)
Artinya:
"Barang siapa berdusta atas namaku dengan sengaja, maka hendaklah ia menempati tempat duduknya di neraka."
(HR. al-Bukhari dan Muslim)
Hadis ini menjadi peringatan keras agar para pendakwah tidak mengutip kisah atau hadis palsu (maudhu’) demi menarik perhatian pendengar.
2. Al-Qur’an Mengecam Kebohongan
قَالَ اللّٰهُ تَعَالَى:
فَوَيْلٌ لِّلَّذِينَ يَكْتُبُونَ الْكِتَابَ بِأَيْدِيهِمْ ثُمَّ يَقُولُونَ هٰذَا مِنْ عِندِ اللّٰهِ لِيَشْتَرُوا بِهِ ثَمَنًا قَلِيلًا ۖ
(QS. al-Baqarah: 79)
Artinya:
"Maka celakalah orang-orang yang menulis Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu berkata: ‘Ini dari Allah’, untuk memperoleh keuntungan yang sedikit."
Ayat ini menegaskan bahwa menyandarkan sesuatu kepada agama tanpa dasar kebenaran adalah dosa besar, walau bentuknya sekadar cerita.
Pandangan Ulama
- Imam Nawawi berkata dalam Syarh Muslim:
“Tidak halal meriwayatkan hadis yang maudhu’ (palsu) kecuali untuk menjelaskan kepalsuannya.”
Artinya, menyebarkan cerita palsu atau kisah tanpa sanad yang jelas sama dengan berdusta atas nama Nabi.
- Ibnul Qayyim al-Jauziyyah dalam al-Fawaid menyatakan:
“Kebohongan dalam dakwah adalah racun bagi hati umat. Sebab kebenaran tidak akan tumbuh dari akar kebohongan.”
- Syaikh al-Albani menegaskan:
“Pendakwah sejati harus menjaga keotentikan sumber, karena tujuan dakwah adalah menghidupkan sunnah, bukan menghibur dengan kebohongan.”
Contoh Fenomena
- Kisah dongeng malaikat menyalami jamaah tertentu tanpa sumber sahih sering disampaikan untuk memotivasi.
- Cerita wali yang bisa terbang atau bercakap dengan hewan disebarkan tanpa sanad atau bukti kuat, bahkan terkadang diambil dari kisah-kisah Israiliyat.
- Video dakwah viral di media sosial berisi kisah "mukjizat aneh" yang tidak bisa diverifikasi, namun dipercaya luas karena dikemas secara emosional.
Fenomena ini menimbulkan krisis literasi agama: masyarakat lebih percaya cerita viral daripada dalil shahih.
Dampak Negatif Cerita Dongeng dalam Dakwah
-
Merusak Akidah Umat
Umat menjadi mudah percaya pada hal-hal khurafat dan meninggalkan penalaran ilmiah terhadap wahyu. -
Menurunkan Kredibilitas Pendakwah
Ketika kisah terbukti palsu, masyarakat kehilangan kepercayaan kepada da’i maupun dakwah Islam secara umum. -
Mengalihkan Fokus dari Ilmu yang Shahih
Cerita-cerita khayalan menggantikan pengajaran Al-Qur’an dan Sunnah, padahal itulah sumber utama hidayah. -
Menciptakan Sensasi dan Kultus Individu
Sebagian pendakwah mencari popularitas dengan “ceramah dramatis”, bukan mendidik umat dengan kebenaran.
Fenomena di Era Digital
Era digital mempercepat penyebaran informasi, termasuk cerita bohong berkedok dakwah.
Platform seperti YouTube, TikTok, dan Instagram sering dipenuhi konten “ceramah kisah ajaib” yang belum terverifikasi.
Dengan algoritma yang lebih mengutamakan konten viral daripada konten valid, kebohongan justru lebih cepat menyebar dibanding kebenaran.
Solusi dan Sikap Bijak
-
Tegakkan Dakwah Ilmiah
Gunakan sumber dari Al-Qur’an, hadis sahih, dan pendapat ulama terpercaya.
Da’i harus meneliti sanad dan kebenaran cerita sebelum menyampaikan. -
Edukasi Literasi Hadis dan Tafsir di Masyarakat
Agar umat dapat membedakan antara hadis shahih, dhaif, dan maudhu’. -
Gunakan Kisah Nyata dan Inspiratif
Kisah para sahabat, tabi’in, atau ulama yang benar-benar tercatat dalam literatur Islam lebih bermanfaat dibanding dongeng rekaan. -
Filter Dakwah Digital
Pendakwah dan konten kreator Islam harus memiliki fact-checker internal agar setiap materi dakwah memiliki dasar ilmiah.
Hikmah
- Dakwah yang jujur dan ilmiah akan melahirkan umat yang cerdas dan beriman kokoh.
- Kisah nyata yang benar lebih menyentuh hati dibanding dongeng yang dusta.
- Allah menolong agama-Nya melalui kejujuran, bukan sensasi.
- Sebagaimana sabda Nabi ﷺ:
"عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ، وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ"
“Hendaklah kamu berlaku jujur, karena kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan membawa ke surga.”
(HR. al-Bukhari dan Muslim)
Daftar Pustaka
- Al-Qur’an al-Karim.
- Shahih al-Bukhari dan Muslim.
- Imam Nawawi, Syarh Shahih Muslim.
- Ibnul Qayyim al-Jauziyyah, al-Fawaid.
- Syaikh al-Albani, Silsilah al-Ahadits ad-Dhaifah wal-Maudhu‘ah.
- Al-Ghazali, Ihya’ Ulum ad-Din.
- Yusuf al-Qaradawi, al-Khasha’ish al-‘Ammah li al-Islam.
- Artikel ilmiah “Hoaks Religius di Era Digital” – Jurnal Komunikasi Islam UIN Sunan Ampel, 2023.
Batam, 24 Oktober 2025


Posting Komentar