PEDULI KORBAN BENCANA TANDA MUSLIM SEJATI



PEDULI KORBAN BENCANA TANDA MUSLIM SEJATI

(Versi Ilmiah Buletin Dakwah Kontemporer)


Pendahuluan

Islam dipahami bukan hanya sebagai agama ritual, tetapi juga sistem komprehensif yang menata hubungan vertikal antara manusia dengan Allah, sekaligus hubungan horizontal antar-manusia. Salah satu bukti keimanan sejati adalah kepedulian terhadap penderitaan sesama, khususnya korban bencana. Dalam konteks kontemporer, bencana alam, konflik sosial, pandemi, krisis ekonomi, dan kerusakan lingkungan menjadi tantangan nyata yang menuntut hadirnya aksi kemanusiaan umat Islam.


1. Kepedulian sebagai Pilar Keimanan

Allah menegaskan bahwa ukuran iman tidak hanya tampak dalam simbol ibadah, tetapi dalam kepedulian sosial:

﴿ لَّيْسَ ٱلْبِرَّ أَن تُوَلُّوا۟ وُجُوهَكُمْ قِبَلَ ٱلْمَشْرِقِ وَٱلْمَغْرِبِ وَلَـٰكِنَّ ٱلْبِرَّ مَنْ ءَامَنَ بِٱللَّهِ... وَءَاتَى ٱلْمَالَ عَلَىٰ حُبِّهِۦ ذَوِى ٱلْقُرْبَىٰ وَٱلْيَتَـٰمَىٰ وَٱلْمَسَـٰكِينَ وَٱبْنَ ٱلسَّبِيلِ﴾
(QS. Al-Baqarah: 177)

Artinya:
“Bukanlah kebajikan itu sekadar menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat, tetapi kebajikan ialah orang yang beriman kepada Allah... serta memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat, anak yatim, orang miskin, dan musafir yang membutuhkan.”

Ayat ini menegaskan bahwa keimanan sejati mewujud dalam kepedulian konkret.


2. Identitas Sosial Muslim: Peduli Umat

Rasulullah ﷺ membuat analogi kuat:

«مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ، كَمَثَلِ الْجَسَدِ، إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ، تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى»
(HR. Muslim)

Artinya:
“Perumpamaan kaum mukmin dalam kasih sayang dan empati adalah seperti satu tubuh; bila satu bagian sakit, seluruh tubuh merasakan demam dan tidak tidur.”

Ini menunjukkan bahwa solidaritas sosial adalah identitas keimanan.


3. Menolong Korban Musibah adalah Ibadah Besar

Rasulullah ﷺ bersabda:

«مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا، نَفَّسَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ»
(HR. Muslim)

Artinya:
“Barangsiapa meringankan kesulitan seorang mukmin di dunia, Allah akan meringankan kesulitannya pada hari kiamat.”

Menolong korban bencana adalah investasi ukhrawi.


4. Harta Adalah Amanah untuk Menolong Korban

Allah berfirman:

﴿ وَفِيٓ أَمْوَٰلِهِمْ حَقٌّ لِّلسَّآئِلِ وَٱلْمَحْرُومِ ﴾
(QS. Adz-Dzariyat: 19)

Artinya:
“Pada harta mereka ada hak bagi orang miskin yang meminta dan yang tidak meminta.”

Islam mengajarkan bahwa kekayaan mengandung kewajiban sosial untuk meringankan penderitaan orang lain.


5. Muslim Sejati Tidak Egois dan Tidak Apatis

Rasulullah ﷺ bersabda:

«لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يَرْحَمْ صَغِيرَنَا وَلَمْ يَعْرِفْ حَقَّ كَبِيرِنَا»
(HR. Ahmad dan Tirmidzi)

Artinya:
“Bukan termasuk golongan kami orang yang tidak menyayangi yang kecil dan tidak menghormati yang besar.”

Peduli adalah tanda keislaman, bukan atribut tambahan.


6. Islam Memperhatikan Korban Non-Muslim Juga

Islam tidak membatasi kepedulian hanya kepada sesama Muslim. Misi Islam bersifat universal:

﴿ وَمَآ أَرْسَلْنَـٰكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَـٰلَمِينَ ﴾
(QS. Al-Anbiyā’: 107)

Artinya:
“Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan sebagai rahmat bagi seluruh alam.”

Demikian pula dalam hadits Nabi ﷺ:

«ٱرْحَمُوا۟ مَن فِى ٱلْأَرْضِ يَرْحَمْكُم مَّن فِى ٱلسَّمَآءِ»
(HR. Tirmidzi)

Artinya:
“Sayangilah makhluk yang ada di bumi, niscaya Yang di langit akan menyayangimu.”

Bahkan ketika jenazah Yahudi lewat di hadapan Rasulullah ﷺ, beliau berdiri sebagai penghormatan. Ketika para sahabat berkata, “Itu jenazah Yahudi,” beliau menjawab:

«أَلَيْسَتْ نَفْسًا؟»
(HR. Bukhari dan Muslim)

Artinya:
“Bukankah ia juga manusia?”

Ini menegaskan bahwa bantuan kemanusiaan dalam Islam tidak boleh diskriminatif, tetapi ditujukan kepada seluruh korban musibah.


7. Implementasi Kepedulian dalam Konteks Masa Kini

Bentuk kepedulian kontemporer dapat berupa:
✔ donasi kemanusiaan
✔ relawan lapangan
✔ layanan medis & psikososial
✔ rumah singgah korban bencana
✔ advokasi kebijakan publik
✔ program mitigasi bencana dan kesiapsiagaan

Muslim sejati tidak berhenti pada simpati, tetapi bergerak dalam aksi nyata.


8. Kepedulian adalah Ibadah dan Jalan Rahmat

Allah menegaskan:

﴿ وَمَا تُنفِقُوا۟ مِنْ خَيْرٍ فَلِأَنفُسِكُمْ... مَا تُنفِقُوا۟ مِنْ خَيْرٍ يُوَفَّ إِلَيْكُمْ وَأَنتُمْ لَا تُظْلَمُونَ ﴾
(QS. Al-Baqarah: 272)

Artinya:
“Apa saja kebaikan yang kamu infakkan adalah untuk dirimu sendiri... dan kebaikan itu akan Allah balas penuh bagimu.”

Dan Rasulullah ﷺ bersabda:

«خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ»
(HR. Thabrani)

Artinya:
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia.”


Penutup

Peduli terhadap korban bencana—baik Muslim maupun non-Muslim—bukan urusan empati sosial semata, tetapi identitas keimanan, ibadah, dan refleksi misi rahmatan lil ‘alamin. Semakin besar kebermanfaatan kita, semakin tinggi nilai kita di sisi Allah.


DAFTAR PUSTAKA

  1. Al-Qur’an al-Karim.
  2. Muslim ibn al-Hajjaj. Sahih Muslim. Beirut: Dar al-Fikr.
  3. Al-Bukhari, Muhammad ibn Isma’il. Sahih al-Bukhari. Beirut: Dar Ibn Katsir.
  4. At-Tirmidzi, Muhammad ibn ‘Isa. Sunan at-Tirmidzi. Beirut: Dar al-Gharb al-Islami.
  5. Ahmad ibn Hanbal. Musnad Ahmad. Beirut: Mu’assasah ar-Risalah.
  6. Ath-Thabrani, al-Mu’jam al-Kabir. Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah.
  7. Al-Qardhawi, Yusuf. Fiqh az-Zakah. Kairo: Dar as-Syuruq.
  8. Ibn Katsir. Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim. Beirut: Dar al-Kutub.
  9. Al-Ghazali. Ihya’ ‘Ulum ad-Din. Beirut: Dar al-Ma’rifah.


Post a Comment

Lebih baru Lebih lama