Golongan Amaniyah: Dakwah Cari Aman, yang Penting Orang Senang



Golongan Amaniyah: Dakwah Cari Aman, yang Penting Orang Senang

(Tinjauan Dakwah Ilmiah–Akademik terhadap Fenomena Religiositas Palsu)


Abstrak

Fenomena Golongan Amaniyah merupakan gejala dakwah kontemporer yang menempatkan kenyamanan sosial, penerimaan publik, dan stabilitas personal di atas komitmen terhadap kebenaran syariat. Dakwah direduksi menjadi sekadar upaya “menyenangkan audiens”, menghindari kritik, amar ma’ruf nahi munkar, dan pembongkaran penyimpangan. Makalah ini mengkaji konsep amaniyah secara terminologis dalam Al-Qur’an, kritik para ulama terhadap agama berbasis angan-angan, serta implikasinya terhadap degradasi fungsi dakwah. Kajian ini menegaskan bahwa dakwah amaniyah merupakan penyimpangan metodologis dan teologis yang berpotensi merusak akidah umat.


Pendahuluan

Dakwah dalam Islam memiliki fungsi utama sebagai penyampai kebenaran (tabligh al-haq), pembimbing umat menuju ketakwaan, dan penjaga kemurnian akidah. Namun dalam praktik kontemporer, muncul pola dakwah yang menghindari risiko sosial dan konflik ideologis, dengan alasan “hikmah”, “menjaga persatuan”, atau “tidak ingin menyakiti perasaan”.

Pola inilah yang oleh para ulama disebut sebagai dîn al-amaniy—agama berbasis angan-angan, bukan ketaatan nyata.


Konsep Amaniyah dalam Al-Qur’an

Makna Amaniyah

Kata amaniy (أماني) berarti angan-angan kosong tanpa pembuktian amal dan ketaatan.

Allah Ta’ala berfirman:

لَيْسَ بِأَمَانِيِّكُمْ وَلَا أَمَانِيِّ أَهْلِ الْكِتَابِ ۗ مَنْ يَعْمَلْ سُوءًا يُجْزَ بِهِ
“(Keselamatan di akhirat) itu bukan menurut angan-anganmu dan bukan pula menurut angan-angan Ahli Kitab. Barang siapa mengerjakan kejahatan, niscaya akan dibalas dengannya.”
*(QS. An-Nisā’: 123)*¹

Ayat ini menegaskan bahwa kebenaran agama tidak diukur dari klaim, popularitas, atau rasa aman psikologis, melainkan dari amal dan ketaatan.


Golongan Amaniyah dalam Dakwah

Definisi Operasional

Golongan Amaniyah dalam dakwah adalah:

Kelompok atau individu yang menjadikan dakwah sebagai sarana menjaga kenyamanan, penerimaan sosial, dan citra diri, dengan mengorbankan prinsip amar ma’ruf nahi munkar.

Ciri-ciri Utama

  1. Menghindari Tema Sensitif
    Tidak menyentuh penyimpangan akidah, bid’ah besar, atau kesesatan populer demi “kedamaian”.

  2. Mengganti Kebenaran dengan Narasi Netral
    Semua dianggap “perbedaan khilafiyah”, meskipun bertentangan dengan ijma’.

  3. Takut Kehilangan Jamaah dan Popularitas
    Dakwah dikalkulasi berdasarkan respons audiens, bukan ridha Allah.

  4. Menyakralkan Kesantunan Palsu
    Kesantunan dijadikan dalih untuk membungkam kritik ilmiah.


Kritik Al-Qur’an terhadap Dakwah Cari Aman

Allah memperingatkan bahaya mengikuti keinginan manusia:

وَإِن تُطِعْ أَكْثَرَ مَن فِي الْأَرْضِ يُضِلُّوكَ عَن سَبِيلِ اللَّهِ
“Jika kamu menuruti kebanyakan manusia di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah.”
*(QS. Al-An‘ām: 116)*²

Ayat ini menolak logika dakwah berbasis mayoritas dan kenyamanan sosial.


Hadis tentang Dakwah Tanpa Amaniyah

Rasulullah ﷺ bersabda:

مَنْ أَرْضَى النَّاسَ بِسَخَطِ اللَّهِ سَخِطَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَأَسْخَطَ عَلَيْهِ النَّاسَ
“Barang siapa mencari keridhaan manusia dengan kemurkaan Allah, maka Allah murka kepadanya dan menjadikan manusia pun murka kepadanya.”
*(HR. Ibn Hibban)*³

Hadis ini menjadi kaidah utama dalam etika dakwah: ridha Allah tidak boleh dikalahkan oleh keamanan sosial.


Pandangan Ulama tentang Amaniyah

Ibnu Taimiyah رحمه الله

“Ahlul amanî adalah orang yang berharap keselamatan tanpa mengikuti Rasulullah dan tanpa ketaatan.”⁴

Imam Al-Hasan Al-Basri

“Bukan iman itu dengan angan-angan, tetapi apa yang menetap dalam hati dan dibuktikan dengan amal.”⁵


Amaniyah sebagai Penyakit Psikologis Dakwah

Dalam perspektif psikologi sosial keagamaan, dakwah amaniyah muncul dari:

  • Fear of social rejection (takut ditolak)
  • Need for approval (kecanduan validasi)
  • Conflict avoidance bias (menghindari konflik kognitif)

Hal ini menyebabkan dakwah kehilangan fungsi korektifnya dan berubah menjadi hiburan spiritual.


Dampak Dakwah Amaniyah

  1. Pembiaran kesesatan struktural
  2. Normalisasi penyimpangan akidah
  3. Umat tidak terlatih menerima kebenaran pahit
  4. Hilangnya izzah dakwah
  5. Terbentuknya generasi muslim emosional, bukan ilmiah

Alternatif: Dakwah Nabi dan Para Sahabat

Rasulullah ﷺ tetap menyampaikan kebenaran meski ditolak:

فَاصْدَعْ بِمَا تُؤْمَرُ
“Maka sampaikanlah secara terang-terangan apa yang diperintahkan kepadamu.”
*(QS. Al-Hijr: 94)*⁶

Dakwah Nabi bukan dakwah aman, tetapi dakwah amanah.


Kesimpulan

Golongan Amaniyah merupakan penyimpangan serius dalam metodologi dakwah. Mengutamakan kenyamanan manusia di atas kebenaran wahyu adalah ciri agama angan-angan yang telah dikritik keras oleh Al-Qur’an dan Sunnah. Dakwah sejati menuntut keberanian ilmiah, keteguhan akidah, dan kesiapan menghadapi konsekuensi sosial demi menjaga kemurnian agama.


Catatan Kaki (Footnote)

  1. Al-Qur’an, QS. An-Nisā’: 123.
  2. Al-Qur’an, QS. Al-An‘ām: 116.
  3. Ibn Hibban, Ṣaḥīḥ Ibn Ḥibbān, no. 276.
  4. Ibn Taimiyah, Majmū‘ al-Fatāwā, Juz 7.
  5. Al-Ājurri, Asy-Syarī‘ah.
  6. Al-Qur’an, QS. Al-Hijr: 94.


Post a Comment

Lebih baru Lebih lama