BUKAN NASAB TETAPI TAQWA YANG MENYELAMATKAN MANUSIA
Versi Ilmiah Buletin Dakwah Kontemporer
Pendahuluan
Dalam tradisi banyak masyarakat, kemuliaan sering dikaitkan dengan garis keturunan, trah, keluarga besar, atau klan tertentu. Namun Islam hadir membongkar paradigma itu. Kemuliaan menurut Islam bukan pada nasab, warna kulit, asal daerah, atau status sosial, melainkan taqwa kepada Allah.
Hal ini merupakan fondasi sosial Islam: meniadakan kasta biologis, menggantinya dengan kasta moral dan spiritual.
Kemuliaan Hakiki Bukan pada Keturunan
Allah menegaskan dalam Al-Qur’an:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُواۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقٰىكُمْ
“Wahai manusia, sungguh Kami telah menciptakan kalian dari seorang laki-laki dan perempuan, dan Kami jadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kalian saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di sisi Allah adalah yang paling bertakwa.” (QS. Al-Hujurat: 13)
Ayat ini memutus keangkuhan rasial dan nasabiyah: identitas biologis hanya sarana perkenalan, bukan standar kemuliaan.
Nasab Mulia Tidak Menjamin Selamat
Rasulullah ﷺ bersabda:
وَمَنْ بَطَّأَ بِهِ عَمَلُهُ لَمْ يُسْرِعْ بِهِ نَسَبُهُ
“Barang siapa yang amalnya memperlambat dirinya, nasabnya tidak akan mempercepatnya.” (HR. Muslim)
Hadits ini menegaskan keturunan tidak punya daya syafaat tanpa amal.
Bahkan keluarga Nabi pun diuji:
Ketika Rasulullah ﷺ memperingatkan kerabatnya, beliau bersabda kepada Fatimah:
يَا فَاطِمَةُ بِنْتُ مُحَمَّدٍ سَلِينِي مَا شِئْتِ مِنْ مَالِي لَا أُغْنِي عَنْكِ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا
“Wahai Fatimah putri Muhammad, mintalah hartaku apa saja, aku tidak dapat menolongmu sedikit pun dari (azab) Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Ini menunjukkan keselamatan tidak diwariskan, tetapi diperjuangkan.
Taqwa Sebagai Standar Otentik
Taqwa adalah kesadaran hidup di bawah pengawasan Allah, mematuhi perintah dan menjauhi larangan-Nya.
Allah berfirman:
فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَىٰ
“Sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa.” (QS. Al-Baqarah: 197)
Bekal nasab tidak disebut, titel keluarga tidak disebut — bekal yang menyelamatkan hanya taqwa.
Dimensi Sosial Kontemporer
Konsep ini relevan untuk menghancurkan:
✓ budaya feodalisme,
✓ kultus trah,
✓ politik dinasti yang tak berbasis integritas,
✓ glorifikasi garis keturunan dalam dakwah dan kepemimpinan.
Islam mendorong meritokrasi spiritual dan moral:
yang berilmu, berakhlak, amanah, dan bertaqwa — dialah yang utama, bukan sekadar “anak siapa.”
Pelajaran Dakwah dan Peradaban
1. Gerakan Anti Diskriminasi
Islam menghapus hierarki nasab dan menegakkan kesetaraan spiritual.
2. Pendidikan Karakter Bukan Kebanggaan Genealogis
Generasi tidak cukup bangga mengaku keturunan ulama, tetapi harus menghidupi nilai-nilai ulama.
3. Kepemimpinan Berdasarkan Integritas
Pemimpin umat harus adil, amanah, berakhlak, dan bertaqwa, bukan sekadar pewaris darah.
Penutup
Kemuliaan seseorang bukan pada siapa leluhurnya, melainkan siapa dirinya di hadapan Allah. Nasab bisa menjadi kehormatan, tetapi tanpa taqwa ia steril secara spiritual.
Semoga kita termasuk hamba yang mengejar keturunan ruhani (taqwa), bukan sekadar keturunan biologis.
Daftar Pustaka Singkat
- Al-Qur’an Al-Karim
- Shahih Bukhari
- Shahih Muslim
- Tafsir Al-Qurthubi
- Tafsir Ibn Katsir
- Ihya’ ‘Ulumuddin – Al-Ghazali
- Al-Adab Asy-Syariyyah – Ibn Muflih


Posting Komentar