NASEHAT KEBENARAN:Bagi yang Beriman Menambah Ketenangan, Bagi yang Munafik Menambah Kegelisahan
Versi Ilmiah Buletin Dakwah Kontemporer
ABSTRAK
Kebenaran (al-ḥaqq) dalam Islam memiliki sifat muwâfaqah lil-fiṭrah—selaras dengan fitrah manusia. Karena itu, ketika nasihat kebenaran disampaikan, ia memberikan ketenangan bagi mukmin yang lapang hatinya, namun sebaliknya menimbulkan penolakan, kegelisahan, dan alergi bagi orang-orang munafik. Fenomena ini memiliki landasan teologis, psikologis, dan sosiologis yang kuat dalam al-Qur’an dan Sunnah. Tulisan ini mengkaji karakteristik respons manusia terhadap kebenaran dalam perspektif keimanan dan kemunafikan, sekaligus menegaskan urgensi dakwah yang jujur dan otentik.
1. KEBENARAN: CAHAYA BAGI MUKMIN, API BAGI MUNAFIK
1.1. Mukmin Bertambah Tenang Ketika Mendengar Kebenaran
Salah satu sifat mukmin adalah hatinya bertambah yakin dan tenteram ketika menerima nasihat yang benar.
Dalil al-Qur’an
Allah berfirman:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
“Sesungguhnya orang-orang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah, hati mereka bergetar; dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya, iman mereka bertambah, dan kepada Tuhan mereka bertawakkal.” (QS. al-Anfâl: 2)¹
Ayat ini menegaskan nasihat kebenaran tidak mengancam mukmin, justru menambah keyakinan dan ketenangan ruhani.
Dalil Hadis
Nabi ﷺ bersabda:
مَثَلُ الْمُؤْمِنِ الَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَمَثَلِ الْأُتْرُجَّةِ، رِيحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا طَيِّبٌ
*“Perumpamaan mukmin yang membaca al-Qur’an adalah seperti buah utrujjah: baunya harum dan rasanya enak.”*²
Hadis ini menunjukkan hati mukmin selaras dengan kebenaran, sehingga ia merasakan kedamaian dari setiap nasihat yang bersumber dari wahyu.
1.2. Munafik Semakin Gelisah Ketika Mendengar Kebenaran
Sebaliknya, nasihat kebenaran membuat orang munafik resah, karena hatinya tidak cocok dengan cahaya wahyu.
Dalil al-Qur’an
Allah berfirman tentang orang munafik:
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ تَعَالَوْا إِلَىٰ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَإِلَى الرَّسُولِ رَأَيْتَ الْمُنَافِقِينَ يَصُدُّونَ عَنْكَ صُدُودًا
“Dan apabila dikatakan kepada mereka, ‘Marilah kepada apa yang diturunkan Allah dan kepada Rasul,’ engkau melihat orang-orang munafik berpaling darimu sejauh-jauhnya.” (QS. an-Nisâ’: 61)³
Poin penting:
Kebenaran membuat munafik menjauh — bukan karena isinya, tetapi karena penyakit hatinya.
Ayat lain menjelaskan:
فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَهُمُ اللَّهُ مَرَضًا
“Dalam hati mereka ada penyakit, lalu Allah menambah penyakit itu…” (QS. al-Baqarah: 10)⁴
Ketika kebenaran datang, Allah menambah kegelisahan mereka sebagai balasan atas kebengkokan hati.
2. ANALISIS PSIKOLOGIS DAN SPIRITUAL
2.1. Hati Mukmin: Lapang, Subur, dan Menerima Cahaya
Hati seorang mukmin digambarkan sebagai tanah yang subur:
فَأَمَّا الزَّبَدُ فَيَذْهَبُ جُفَاءً ۖ وَأَمَّا مَا يَنفَعُ النَّاسَ فَيَمْكُثُ فِي الْأَرْضِ
“Adapun buih akan hilang hanyut, sedangkan yang bermanfaat bagi manusia akan tetap di bumi.” (QS. ar-Ra‘d: 17)⁵
Kebenaran tidak membuat mereka marah.
Tidak membuat mereka defensif.
Tidak membuat mereka mencari-cari alasan.
Justru kebenaran memantapkan dirinya, memperbaiki niat, dan mengangkat derajat rohani.
2.2. Hati Munafik: Sempit, Gelap, dan Anti-kebenaran
Nabi ﷺ menjelaskan karakter penting orang munafik:
آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلَاثٌ: إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ، وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ
*“Tanda orang munafik ada tiga: jika berbicara ia berdusta; jika berjanji ia mengingkari; dan jika dipercaya ia berkhianat.”*⁶
Orang munafik gelisah ketika diingatkan kebenaran karena:
- Kebenaran membongkar kedoknya
- Kebenaran menghantam kepentingannya
- Kebenaran membuka aib kebohongannya
- Kebenaran menuntut perbaikan, sementara hatinya membenci perbaikan
Secara psikologis, kebenaran membuatnya terancam, bukan tenang.
3. KEBENARAN MENJADI “MIHZAB” (PEMISAH) ANTARA MUKMIN DAN MUNAFIK
Nabi ﷺ menjelaskan bahwa al-Qur’an itu cahaya yang membedakan dua jenis manusia:
وَالْقُرْآنُ حُجَّةٌ لَكَ أَوْ عَلَيْكَ
*“Al-Qur’an itu hujjah bagimu atau hujjah atasmu.”*⁷
Bagi mukmin: ia menjadi hujjah penyelamat.
Bagi munafik: ia menjadi hujjah penghancur.
Sama-sama mendengar nasihat, tetapi reaksinya berbeda total:
| Jenis Hati | Respons Terhadap Kebenaran |
|---|---|
| Hati Mukmin | Tenang, menerima, bersyukur, berubah |
| Hati Munafik | Gelisah, menolak, marah, makin jauh dari hidayah |
Inilah fungsi dakwah: mengungkap karakter hati manusia, bukan sekadar menyampaikan informasi.
4. KETENANGAN: BUAH KEBENARAN BAGI MUKMIN
Allah menyebutkan:
الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenang dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang.” (QS. ar-Ra‘d: 28)⁸
Karena itu, setiap kali mukmin menerima nasihat yang benar:
- hatinya lembut,
- jiwanya lapang,
- hidupnya benderang,
- kesalahan mudah ia perbaiki.
5. KEGELISAHAN: ADZAB DUNIA BAGI MUNAFIK
Kebalikan dari mukmin, orang munafik mengalami:
- hati sempit,
- jiwa gelap,
- mudah marah ketika dinasihati,
- defensif,
- dan semakin jauh dari ketenangan.
Allah menggambarkan keadaan mereka:
وَمَن يُرِدِ اللَّهُ أَن يَهْدِيَهُ يَشْرَحْ صَدْرَهُ لِلْإِسْلَامِ ۖ وَمَن يُرِدْ أَن يُضِلَّهُ يَجْعَلْ صَدْرَهُ ضَيِّقًا حَرَجًا كَأَنَّمَا يَصَّعَّدُ فِي السَّمَاءِ
“Barang siapa Allah kehendaki untuk diberi petunjuk, Dia lapangkan dadanya untuk Islam; dan barang siapa Allah kehendaki untuk disesatkan, Dia jadikan dadanya sempit lagi sesak seolah-olah ia naik ke langit.” (QS. al-An‘âm: 125)⁹
Sempit dada adalah tanda jiwa yang sulit menerima kebenaran.
KESIMPULAN
- Kebenaran adalah ujian bagi manusia: bagi mukmin menjadi ketenangan, bagi munafik menjadi kegelisahan.
- Respons manusia terhadap nasihat adalah indikator keimanan hatinya.
- Mukmin mencintai perbaikan, sementara munafik alergi terhadap nasihat.
- Dakwah harus tetap disampaikan, karena fungsinya bukan hanya memperbaiki, tetapi juga memperjelas siapa yang jujur dan siapa yang munafik.
- Kebenaran tidak membutuhkan pembelaan; ia hanya perlu diungkapkan. Hasilnya Allah yang mengatur.
DAFTAR PUSTAKA
- Al-Qur’an al-Karim.
- Ibn Katsir, Tafsîr al-Qur’ân al-‘Aẓîm.
- Al-Ṭabarî, Jâmi‘ al-Bayân fî Ta’wîl al-Qur’ân.
- Al-Bukhârî, Ṣaḥîḥ al-Bukhârî.
- Muslim, Ṣaḥîḥ Muslim.
- Al-Nawawî, Riyâḍuṣ Ṣâliḥîn.
- Al-Ghazali, Iḥyâ’ ‘Ulûm al-Dîn.
- Muhammad Alwi al-Maliki, Syarḥ Ṣaḥîḥ Muslim.
CATATAN KAKI
- QS. al-Anfâl: 2
- HR. al-Bukhari no. 5020
- QS. an-Nisâ’: 61
- QS. al-Baqarah: 10
- QS. ar-Ra‘d: 17
- HR. al-Bukhari no. 33; Muslim no. 59
- HR. Muslim no. 223
- QS. ar-Ra‘d: 28
- QS. al-An‘âm: 125


Posting Komentar