Analogi Malaikat Izrail dan Program AI: Menghapus Jutaan Nyawa dan Data dalam Sekejap


Analogi Malaikat Izrail dan Kecerdasan Buatan (AI): Menghapus Ruh dan Data dalam Sekejap

---

Pendahuluan

Di era digital saat ini, manusia kagum pada kemampuan Artificial Intelligence (AI) yang dapat mendelet jutaan data hanya dalam satu detik. Namun, bila manusia mampu membuat sistem secanggih itu dengan rangkaian sinyal elektrik, maka tidakkah lebih layak kita merenungi kecanggihan sistem ciptaan Allah — terutama yang dijalankan oleh Malaikat Izrail dalam mencabut jutaan ruh makhluk hidup dalam sekejap, dengan izin Allah ﷻ?

Fenomena ini bukan sekadar kecepatan, melainkan menunjukkan perbedaan dimensi kekuasaan: AI bergerak dengan logika digital yang terbatas, sedangkan Izrail bergerak dengan cahaya perintah ilahi yang tak terbatas oleh ruang dan waktu.

---

1. Malaikat Izrail dan Amanah Ilahi

Allah ﷻ berfirman:

«قُلْ يَتَوَفَّاكُمْ مَلَكُ الْمَوْتِ الَّذِي وُكِّلَ بِكُمْ ثُمَّ إِلَىٰ رَبِّكُمْ تُرْجَعُونَ
“Katakanlah: Malaikat maut yang diserahi untuk (mencabut nyawa)mu akan mematikan kamu, kemudian hanya kepada Tuhanmulah kamu akan dikembalikan.”
(QS. As-Sajdah: 11) [^1]»

Ayat ini menunjukkan bahwa Malaikat Izrail adalah pelaksana amanah Allah dalam urusan kehidupan dan kematian. Ia tidak bekerja secara acak, tapi dengan sistem dan ketepatan mutlak yang telah ditetapkan oleh Sang Pencipta.

---

2. Mencabut Jutaan Ruh dalam Sekejap

Para ulama menjelaskan bahwa Malaikat Izrail mampu mencabut jutaan ruh secara bersamaan di seluruh penjuru dunia.
Imam Al-Qurthubi dalam Tafsir al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an menulis:

«“Allah menjadikan bumi ini seperti satu hamparan kecil bagi Malaikat Maut. Ia melihat seluruh manusia sebagaimana seseorang melihat telapak tangannya.”»

Artinya, bagi Izrail, dunia bukan ruang besar yang perlu dijelajahi, melainkan satu tampilan data tunggal yang bisa diakses sekaligus — sebagaimana AI mampu membaca seluruh data dalam satu layar komputasi.

---

3. Analogi AI: Menghapus Data vs Mencabut Ruh

Kita hidup di zaman di mana AI dapat menghapus jutaan file dan data hanya dalam satu detik. Semua itu bekerja melalui sinyal elektrik yang menjalar melalui jaringan prosesor dengan kecepatan mendekati cahaya.
Namun, Malaikat Izrail jauh lebih cepat dan lebih presisi. Ia bekerja bukan dengan sinyal elektrik buatan manusia, tetapi dengan “sinyal cahaya ilahi” (nur amri Allah) yang tidak terhalang jarak, waktu, atau energi.

AI masih memerlukan daya listrik, algoritma, dan server fisik. Tapi Izrail tidak butuh itu semua. Ia bekerja dengan perintah langsung dari Allah yang bersifat cahaya spiritual, sebagaimana disebut dalam firman-Nya:

«إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَنْ يَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ
“Sesungguhnya urusan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: ‘Jadilah!’ maka jadilah ia.”
(QS. Yasin: 82) [^2]»

Jika AI menggunakan sinyal elektrik untuk mengeksekusi perintah “delete”, maka Malaikat Izrail menggunakan cahaya perintah “kun” (jadilah) untuk mencabut nyawa.
Bagi manusia, satu detik terasa cepat — tapi bagi malaikat, satu detik manusia mungkin sebanding dengan ribuan waktu cahaya ilahi.

---

4. Dimensi Waktu: Cahaya, Elektrik, dan Ketetapan Allah

Dalam sains, kecepatan cahaya adalah batas tertinggi pergerakan materi di alam semesta. Namun malaikat bukan materi; mereka diciptakan min nūr (dari cahaya) — sehingga mereka melampaui batas kecepatan manusiawi.
Allah berfirman:

«تَعْرُجُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ إِلَيْهِ فِي يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ خَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ
“Para malaikat dan Ruh naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya lima puluh ribu tahun.”
(QS. Al-Ma’arij: 4) [^3]»

Ayat ini menunjukkan bahwa pergerakan malaikat melampaui hitungan waktu manusia, sebagaimana AI melampaui kemampuan manusia manual. Namun tetap, AI hanyalah ciptaan manusia yang terbatas, sementara Izrail adalah hamba Allah yang bekerja dengan sistem langit yang sempurna.

---

5. Refleksi Teknologi dan Keimanan

Teknologi AI mampu mendelet data, tapi tidak bisa menghapus ruh. AI dapat “mematikan” sistem digital, tapi tidak bisa “menghidupkan” kembali makhluk.
AI membutuhkan energi listrik, sedangkan Izrail beroperasi dengan energi ilahi: nur perintah Rabbani.

Psikolog Muslim Dr. Zakiah Daradjat menyebut bahwa manusia modern terlalu mengandalkan rasio dan teknologi, hingga lupa bahwa ada kekuatan yang tak bisa diukur oleh data — yakni takdir Allah.
Sementara sosiolog Prof. Emile Durkheim menilai, kesadaran akan kematian membuat manusia kembali pada nilai spiritual, menyadari bahwa ada sistem yang tak bisa diretas oleh akal.

---

6. Hikmah Dakwah: Antara “Delete” dan “Kematian”

1. Kematian adalah perintah “delete” dari Allah, namun bukan terhadap file digital, melainkan terhadap ruh kehidupan duniawi.
2. Izrail tidak membutuhkan server, sebab ia beroperasi langsung melalui cahaya perintah ilahi.
3. Setiap ruh memiliki waktunya sendiri, sebagaimana setiap data memiliki timestamp yang ditetapkan Pencipta.
4. Kematian datang secepat sinyal ilahi dikirimkan. Tidak bisa ditunda, tidak bisa di-reset.

«فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ
“Apabila ajal mereka telah datang, mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak (pula) mendahulukannya.”
(QS. Al-A’raf: 34) [^4]»

---

7. Penutup

1. AI hanyalah bayangan kecil dari sistem Allah yang agung. Jika manusia bisa menciptakan teknologi yang menakjubkan — menghapus data di seluruh dunia hanya dengan satu perintah — maka sesungguhnya Malaikat Izrail jauh lebih agung, karena ia melaksanakan perintah “delete kehidupan” seluruh makhluk dengan cahaya amrullah dalam sekejap.

2. AI menggunakan sinyal elektrik,
Izrail menggunakan sinyal cahaya Rabbani.

3. Dan sebagaimana sistem AI tak pernah salah ketika dijalankan dengan algoritma sempurna, Malaikat Izrail juga tak pernah keliru dalam menunaikan amanah takdir.
Maka, sebelum “perintah delete” itu turun kepada kita, sebaiknya kita menyiapkan backup amal shalih yang akan tersimpan abadi di server akhirat.

---

Daftar Pustaka

1. Al-Qur’an al-Karim.
2. Ibn Katsir, Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim, Beirut: Dar al-Fikr.
3. Al-Qurthubi, Al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an, Kairo: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah.
4. As-Suyuthi, Syarh Asma’ al-Malaikah.
5. Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental dalam Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1993.
6. Emile Durkheim, The Division of Labour in Society, New York: Free Press, 1997.
7. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, Jakarta: Lentera Hati, 2011.

---

Catatan Kaki

[^1]: QS. As-Sajdah: 11 — Malaikat Izrail adalah pelaksana perintah Allah dalam mencabut nyawa.
[^2]: QS. Yasin: 82 — Perintah Allah bersifat absolut dan langsung terjadi.
[^3]: QS. Al-Ma’arij: 4 — Kecepatan malaikat melampaui hitungan waktu manusia.
[^4]: QS. Al-A’raf: 34 — Ajal tidak bisa dimajukan atau diundur walau sesaat.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama