🕌 Tujuan Pendidikan dalam Islam: Peningkatan Ilmu, Agama, dan Kebahagiaan
Abstrak
Pendidikan dalam Islam tidak hanya berorientasi pada peningkatan intelektual, tetapi juga pembinaan spiritual dan moral untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Artikel ini membahas tujuan pendidikan Islam yang meliputi peningkatan ilmu, penguatan agama, dan pencapaian kebahagiaan hakiki. Kajian ini disusun berdasarkan dalil Al-Qur’an dan hadis, pendapat ulama klasik dan kontemporer, serta fakta realitas pendidikan modern. Hasil analisis menunjukkan bahwa pendidikan yang memadukan ilmu dan agama akan melahirkan insan berkarakter, berakhlak, serta bahagia secara lahir dan batin.
Kata kunci: pendidikan Islam, ilmu, agama, kebahagiaan, insan rabbani.
Pendahuluan
Pendidikan merupakan fondasi utama dalam membentuk manusia yang berilmu, beriman, dan berakhlak mulia. Dalam Islam, pendidikan tidak hanya diarahkan untuk keberhasilan duniawi, tetapi juga untuk kebahagiaan ukhrawi. Rasulullah ﷺ diutus sebagai pendidik umat agar manusia mengenal Tuhannya, memanfaatkan akalnya, dan menata kehidupannya sesuai syariat.
Di era modern, kemajuan ilmu pengetahuan sering kali tidak diimbangi dengan peningkatan moral dan spiritual. Akibatnya muncul generasi cerdas intelektual namun miskin akhlak. Maka, perlu ditegaskan kembali tujuan pendidikan Islam yang mencakup peningkatan ilmu, penguatan agama, dan kebahagiaan sejati.
Pembahasan
1. Peningkatan Ilmu sebagai Pilar Pendidikan
Al-Qur’an menempatkan ilmu pada kedudukan yang tinggi:
قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ
“Katakanlah: Apakah sama orang-orang yang berilmu dengan orang-orang yang tidak berilmu?”
(QS. Az-Zumar: 9)
Ilmu menjadi syarat utama kemuliaan manusia dan pembeda antara yang beriman dan yang lalai. Ilmu dalam Islam tidak terbatas pada sains dan teknologi, tetapi juga mencakup ilmu syar‘i yang menuntun manusia mengenal Allah dan hukum-hukum-Nya.
Imam Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulum ad-Din menegaskan:
“Tujuan ilmu adalah mendekatkan diri kepada Allah, bukan mencari dunia.”
Ilmu yang sejati harus melahirkan akhlak, amal, dan pengabdian kepada Allah.
2. Peningkatan Agama dan Keimanan
Ilmu tanpa iman akan menjerumuskan manusia ke dalam kesombongan. Karena itu, pendidikan Islam selalu memadukan antara tafaqquh fid-din (pendalaman agama) dan tafaqquh fil-‘ulum (pendalaman sains).
Dalil Al-Qur’an menegaskan:
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.”
(QS. Al-Mujadilah: 11)
Rasulullah ﷺ juga bersabda:
مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ
“Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan baginya, niscaya Allah pahamkan dia dalam urusan agama.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Menurut Imam Nawawi, ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang menambah rasa takut kepada Allah dan memperbaiki amal. Maka, pendidikan Islam harus berorientasi pada pembinaan iman dan akhlak, bukan hanya pengetahuan rasional.
3. Pendidikan Menuju Kebahagiaan Dunia dan Akhirat
Tujuan tertinggi pendidikan Islam adalah kebahagiaan (sa‘ādah), baik di dunia maupun di akhirat. Hal ini ditegaskan dalam doa yang diajarkan Al-Qur’an:
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
“Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat serta lindungilah kami dari azab neraka.”
(QS. Al-Baqarah: 201)
Ibnu Khaldun dalam Muqaddimah menjelaskan bahwa pendidikan bertujuan membentuk akal dan moral agar manusia mampu hidup baik di dunia dan selamat di akhirat. Sedangkan Buya Hamka menegaskan dalam Lembaga Budi:
“Pendidikan sejati adalah yang memerdekakan manusia — pikiran, jiwa, dan akhlaknya — agar bahagia di dunia dan selamat di akhirat.”
Pandangan Ulama Kontemporer
Syekh Yusuf al-Qaradawi menyebut pendidikan Islam sebagai upaya membentuk insan yang seimbang antara akal, ruh, dan jasad agar menjadi ‘abdullah (hamba Allah) dan khalifatullah (pemimpin di bumi).
Sementara itu, Syekh Muhammad Abduh menekankan bahwa pendidikan harus melahirkan manusia berpikir bebas namun tetap berakhlak dan beriman.
Keduanya menegaskan pentingnya keseimbangan antara pengetahuan rasional dan nilai spiritual, yang menjadi dasar kebahagiaan hakiki.
Fakta Realitas di Era Modern
- Krisis moral di tengah kemajuan ilmu – Banyak kasus penyalahgunaan ilmu karena hilangnya nilai spiritualitas.
- Munculnya lembaga pendidikan terpadu – Seperti pesantren modern dan sekolah Islam yang menggabungkan ilmu agama dan umum.
- Kekosongan spiritual (spiritual emptiness) – Banyak orang sukses secara materi tetapi kehilangan makna hidup.
- Kebangkitan pendidikan karakter dan religiusitas – Negara-negara Muslim mulai mengintegrasikan nilai-nilai Islam ke dalam kurikulum nasional.
Hikmah dan Implikasi
- Ilmu tanpa agama → kesombongan dan kehancuran moral.
- Agama tanpa ilmu → fanatisme sempit dan stagnasi berpikir.
- Ilmu dan agama tanpa kebahagiaan → kering dan tanpa makna.
Maka, pendidikan Islam harus diarahkan untuk membentuk manusia yang berilmu tinggi, beragama kuat, dan bahagia lahir batin.
Kesimpulan
Tujuan utama pendidikan Islam adalah membentuk manusia berilmu, beragama, dan berbahagia dunia-akhirat. Ketiganya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Pendidikan yang berlandaskan iman dan ilmu akan melahirkan generasi yang berakhlak mulia, bermanfaat bagi sesama, serta memperoleh kebahagiaan hakiki.
Sebagaimana firman Allah:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.”
(QS. Adz-Dzāriyāt: 56)
Pendidikan yang sejati adalah pendidikan yang menuntun manusia mengenal Allah, memahami kehidupan, dan menemukan kebahagiaan hakiki di dunia dan akhirat.
Posting Komentar