Pesan islami dari lagu Rhoma Irama : "BEGADANG".".


 

Pesan lagu Rhoma Irama — “Begadang” beserta dalil, pendapat umum para ulama, hikmah, i‘tibar yang bisa diambil dan analisis bait-per-bait.

1) Pesan utama lagu “Begadang” 

Lagu Begadang karya Rhoma Irama pada dasarnya memberi peringatan moral tentang kebiasaan begadang yang berbuah mafsadah: kesehatan terganggu, pekerjaan/ibadah terganggu, hubungan keluarga retak, dan potensi terseret ke perbuatan tercela (minum-minuman keras, berjudi, bergaul bebas, dsb.). Lagu ini menegaskan bahwa hidup seimbang dan menjauhi kebiasaan buruk lebih baik bagi dunia dan akhirat.

Intinya: bukan melarang keluar malam semata, melainkan mengingatkan agar waktu malam digunakan untuk hal bermanfaat — istirahat, bekerja halal, atau ibadah — bukan untuk perbuatan sia-sia atau dosa.

2) Dalil dari Al-Qur’an yang relevan

A. Perintah / anjuran memanfaatkan malam untuk beribadah (qiyam/shalat malam)

سورة المزمل : ١-٦

وَٱلْمُزَّمِّلِ (1)
قُمِ ٱلَّيْلَ إِلَّا قَلِيلًا (2)
نِصْفَهُ أَوِ ٱقْلِلْ مِنْهُ قَلِيلًا (3)
أَوْ زِدْ عَلَيْهِ وَرَتِّلِ ٱلْقُرْآنَ تَرْتِيلًا (4)
إِنَّا سَنُلْقِي عَلَيْكَ قَوْلًا ثَقِيلًا (5)
إِنَّ نَاشِئَةَ ٱلَّيْلِ هِيَ أَشَدُّ وَطْئًا وَأَقْوَمُ قِيلاً (6)

Terjemah (ringkas):
“Wahai orang yang berkepul-kepul (yang ditutupi kainnya), bangunlah (untuk salat) pada sebagian malam — kecuali sedikit — (2–4) … Sesungguhnya bangun pada waktu malam itu lebih membekas (di hati) dan lebih tepat ucapannya.” (QS. Al-Muzammil:1–6)

Makna relevan: Al-Qur’an memuji sebagian waktu malam bila digunakan untuk ibadah — menunjukkan nilai positif memanfaatkan malam untuk hal bermanfaat.

B. Anjuran shalat tepat pada waktunya dan kewajiban menunaikan ibadah

سورة الإسراء : ٧٩

وَمِنَ ٱلَّيْلِ فَٱسْجُد لَهُۥ وَسَبِّحْهُ لَيْلًا طَوِيلًا (79)

Terjemah:
“Dan (oleh karena itu) pada sebagian malam lakukanlah sujud (shalat) untuk-Nya dan bertasbihlah kepada-Nya pada waktu malam yang panjang.” (QS. Al-Isra’/Bani Israil 17:79)

C. Peringatan tentang pemborosan waktu dan nilai waktu

سورة العصر : 1-3

وَالْعَصْرِ (1)
إِنَّ ٱلْإِنسَـٰنَ لَفِى خُسْرٍ (2)
إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّـٰلِحَـٰتِ وَتَوَاصَوْا۟ بِٱلْحَقِّ وَتَوَاصَوْا۟ بِٱلصَّبْرِ (3)

Terjemah:
“Demi waktu. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh …” (QS. Al-‘Asr 103:1–3)

Relevansi: waktu (termasuk malam) harus dimanfaatkan; pemborosan/gaya hidup yang merusak termasuk perbuatan yang dapat menyebabkan kerugian.

3) Pendapat umum para ulama (ringkasan, bukan kutipan literal)

  • Para ulama sepakat bahwa qiyam al-layl (shalat malam) adalah perbuatan terpuji yang disebutkan Al-Qur’an dan dianjurkan oleh Rasulullah ﷺ — hal ini menunjukkan nilai ibadah di malam hari. Mereka memuji penggunaan malam untuk dzikir, istighfar, dan shalat sunnah.
  • Namun para ulama juga memperingatkan tentang dua ekstrem: menolak kebutuhan istirahat biologis sama salahnya seperti menyia-nyiakan waktu malam untuk hal-hal sia-sia atau maksiat. Islam menekankan wasatiyyah (kesimbangan).
  • Mengenai begadang tanpa tujuan/untuk maksiat, mayoritas ulama menganggapnya tercela bila menyebabkan zinah, minum, berjudi, mengabaikan keluarga, atau meninggalkan shalat wajib — karena berkonsekuensi pada dosa atau kerusakan sosial.
  • Mengenai bekerja malam hari (mis. profesi shift): ulama membolehkan selama tidak menimbulkan kemungkaran dan tidak mengabaikan kewajiban agama; mereka menekankan manajemen waktu agar kewajiban tetap terlaksana.

(NB: ini ringkasan pendapat umum; untuk kutipan nama/nash lengkap diperlukan referensi teks ulama tertentu.)

4) Hikmah dan i‘tibar (pelajaran praktis dari lagu + dalil)

  1. Manfaatkan malam untuk yang bermanfaat — tidur cukup untuk kesehatan, atau bangun sebentar untuk ibadah (shalat tahajud, dzikir). (QS. Al-Muzammil, Al-Isra’)
  2. Jauhi lingkungan yang mendorong maksiat saat keluar malam — lagu mengingatkan risiko sosial/akibat moral. Begadang untuk minum/berjudi/berzina membawa kerusakan pada diri dan keluarga.
  3. Keseimbangan antara dunia dan akhirat — jangan biarkan cari dunia (hiburan malam) mengorbankan akhirat; sebaliknya jangan pula mengabaikan tanggung jawab duniawi. (QS. Al-‘Asr)
  4. Kewajiban keluarga dan pekerjaan — begadang yang membuat tidak bisa mengurus anak/istri/pekerjaan adalah dosa moral sosial.
  5. Kesehatan — ilmiah: tidur tidak cukup merusak kesehatan; lagu mengingatkan akibat praktis yang dirasakan masyarakat.
  6. Teladan moral — lagu sebagai nasihat populer: dakwah melalui seni (musik dangdut) dapat menyentuh mereka yang sulit dijangkau dengan ceramah formal.

5) Contoh i‘tibar praktis (langkah konkret)

  • Evaluasi: tanyakan pada diri “untuk apa aku begadang?” Jika hanya hiburan berlebihan atau bergaul buruk → ubah kebiasaan.
  • Jika benar-benar bekerja/menuntut ilmu di malam hari, atur shalat (jangan ditinggalkan) dan istirahat teratur.
  • Gunakan separuh malam untuk shalat/istighfar minimal sekali seminggu; itu mendekatkan diri pada Allah dan memperbaiki hati.
  • Jaga pergaulan malam hari: jangan ikut kegiatan yang berpotensi merusak nama, iman, keluarga.

6) Penutup — merangkum pesan lagu dalam perspektif Islam

Lagu Begadang berperan sebagai peringatan sosial-moral: begadang tanpa tujuan yang baik berpotensi merusak tubuh, hati, dan keluarga. Islam tidak melarang berada di luar rumah pada malam hari secara mutlak, bahkan menganjurkan amalan malam (qiyam), tetapi menegaskan keseimbangan: jangan sampai kebiasaan malam menyebabkan kelalaian terhadap kewajiban agama dan tanggung jawab duniawi.



Berikut analisis bait demi bait lagu “Begadang” karya Rhoma Irama dilihat dari pesan moralnya, dalil Al-Qur’an dan hadits, pandangan ulama, serta hikmah/iʿtibār-nya.
(Lirik yang dipakai sesuai versi asli populer tahun 1973).


🎵 Lirik 1

“Begadang jangan begadang
Kalau tiada artinya
Begadang boleh saja
Asal ada perlunya.”

🔍 Analisis

  • Rhoma Irama membuka dengan nasihat tidak melarang begadang secara mutlak, tapi menegaskan syarat: hanya jika ada manfaat (maslahah).
  • Ini sejalan dengan kaidah fiqhiyyah:

    الأُمُورُ بِمَقَاصِدِهَا
    “Segala urusan tergantung pada tujuannya.”
    (Kaidah Ushul Fiqh utama, berdasar hadits niat)

📖 Dalil

إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ
“Sesungguhnya segala amal itu tergantung pada niatnya.”
(HR. al-Bukhārī no. 1, Muslim no. 1907)

→ Jadi, begadang untuk tujuan baik (belajar, bekerja, menjaga orang sakit, beribadah malam) boleh bahkan bisa berpahala;
tapi begadang tanpa manfaat atau karena maksiat adalah tercela.

💡 Hikmah / Iʿtibār

Gunakan waktu malam secara proporsional dan bernilai. Bila tidak ada maslahat dunia/akhirat, lebih baik istirahat agar fisik dan jiwa terpelihara.


🎵 Lirik 2

“Begadang boleh saja
Asal ada perlunya
Kalau terlalu banyak begadang
Muka pucat karena darah berkurang.”

🔍 Analisis

  • Rhoma menyoroti dampak fisik: kekurangan darah, muka pucat, tubuh lemah — tanda penyakit akibat kurang tidur.
  • Islam memandang menjaga kesehatan bagian dari amanah dan ibadah.

📖 Dalil

وَلَا تُلْقُوا بِأَيْدِيكُمْ إِلَى التَّهْلُكَةِ
“Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan.”
(QS. al-Baqarah 2 : 195)

إِنَّ لِجَسَدِكَ عَلَيْكَ حَقًّا
“Sesungguhnya tubuhmu memiliki hak atasmu.”
(HR. al-Bukhārī no. 1975, Muslim no. 1159)

💡 Hikmah

Menjaga pola tidur termasuk bagian dari menjaga amanah Allah atas tubuh.
Kelelahan kronis akibat begadang sia-sia termasuk menzalimi diri sendiri.


🎵 Lirik 3

“Apalagi kalau sampai
Kurang darah
Tidur di siang hari
Tidur di waktu malam
Tak bisa.”

🔍 Analisis

  • Gambaran efek domino begadang: kelelahan → insomnia → tubuh tidak seimbang.
  • Ini menyalahi fitrah penciptaan siang-malam.

📖 Dalil

وَجَعَلْنَا نَوْمَكُمْ سُبَاتًا ۝ وَجَعَلْنَا اللَّيْلَ لِبَاسًا ۝ وَجَعَلْنَا النَّهَارَ مَعَاشًا
“Kami jadikan tidurmu untuk istirahat, malam sebagai penutup, dan siang untuk mencari penghidupan.”
(QS. an-Naba’ 78 : 9-11)

💡 Hikmah

Allah menata ritme hidup: malam untuk tenang, siang untuk kerja.
Merusak keseimbangan ini tanpa alasan syarʿi berarti mengabaikan hikmah penciptaan.


🎵 Lirik 4

“Begadang jangan begadang
Kalau tiada artinya
Begadang boleh saja
Asal ada perlunya.”

(Pengulangan – penegasan moral utama.)

🔍 Analisis

Pengulangan adalah bentuk taukīd (penegasan) dalam dakwah agar pesan melekat.
Rhoma memposisikan diri seperti mauʿiẓ (pemberi nasihat) kepada masyarakat awam melalui musik.

📖 Dalil

وَذَكِّرْ فَإِنَّ الذِّكْرَى تَنفَعُ الْمُؤْمِنِينَ
“Berilah peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang beriman.”
(QS. adh-Dhāriyāt 51 : 55)

💡 Hikmah

Dakwah tidak harus formal; seni dan budaya dapat menjadi wasīlah (sarana) menyampaikan nilai Islam bila isi dan niatnya benar.


🎵 Lirik 5 (Penutup)

“Begadang boleh saja
Asal ada perlunya
Kalau tiada artinya
Lebih baik tidur saja.”

🔍 Analisis

Kesimpulan lagu — seruan pada keseimbangan dan etika waktu.
Tidur yang cukup adalah bentuk syukur atas nikmat Allah.

📖 Dalil

قُلْ مَنْ حَرَّمَ زِينَةَ اللَّهِ الَّتِيٓ أَخْرَجَ لِعِبَادِهِ وَالطَّيِّبَاتِ مِنَ الرِّزْقِ
“Katakanlah: siapakah yang mengharamkan perhiasan (kenikmatan) Allah yang telah Dia keluarkan untuk hamba-hamba-Nya dan rezeki yang baik-baik itu?”
(QS. al-Aʿrāf 7 : 32)

→ Tidur dan istirahat termasuk kenikmatan halal; nikmati sewajarnya sebagai ibadah bila diniatkan untuk menguatkan tubuh agar mampu beramal.

💡 Iʿtibār akhir

  • Islam tidak anti-malam, tapi anti-kesia-sia-an.
  • Rhoma Irama berhasil menyampaikan pesan Qur’ani dalam bentuk lagu rakyat:
    “Gunakan malam untuk manfaat, bukan kerusakan.”

🕊️ Kesimpulan Umum

Aspek Pandangan Islam
Begadang untuk ibadah / kerja / belajar Boleh, bahkan bisa berpahala bila diniatkan baik dan tidak menzalimi tubuh
Begadang untuk maksiat atau sia-sia Makruh atau haram tergantung akibatnya
Begadang terus-menerus tanpa manfaat Menyalahi sunnatullah, menyebabkan mudarat fisik & spiritual
Pesan moral lagu Gunakan waktu malam secara seimbang, hindari gaya hidup yang merusak diri



Post a Comment

Lebih baru Lebih lama