Pesan islami dari lagu Rhoma Irama “La ilaha illallah” secara lengkap, disertai dalil ayat Al-Qur’an, pendapat ulama, hikmah dan i‘ti bār (pelajaran), serta analisis bait demi bait dari lagu tersebut.
🕌 1. Makna Umum Lagu
Lagu “La ilaha illallah” karya Rhoma Irama adalah dakwah tauhid — menegaskan keesaan Allah, menolak segala bentuk kesyirikan, dan menyeru manusia agar hanya menyembah Allah, bukan manusia, benda, atau makhluk ciptaan-Nya.
Pesan utamanya sejalan dengan Surah Al-Ikhlāṣ (QS. 112:1–4) yang merupakan inti dari seluruh risalah kenabian.
📖 2. Dalil Al-Qur’an dan Hadis
🕋 a. Surah Al-Ikhlāṣ
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ اللَّهُ الصَّمَدُ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُوًا أَحَدٌ
“Katakanlah (Muhammad), Dialah Allah Yang Maha Esa. Allah tempat bergantung segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada sesuatu pun yang setara dengan-Nya.”
(QS. Al-Ikhlāṣ [112]: 1–4)
Lirik lagu ini jelas mengambil makna dari surah ini — terutama bagian “Tuhan tidak beranak dan tidak diperanakkan”.
🌙 b. Surah Al-Isrā’ ayat 23
وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia.”
(QS. Al-Isrā’ [17]: 23)
Ayat ini menegaskan larangan menyekutukan Allah, yang juga menjadi inti pesan lagu.
🌿 c. Hadis Nabi ﷺ
أفضل ما قلت أنا والنبيون من قبلي لا إله إلا الله
“Ucapan terbaik yang pernah aku dan para nabi sebelumku ucapkan adalah: La ilaha illallah (Tiada Tuhan selain Allah).”
(HR. Tirmidzi no. 3585)
Kalimat La ilaha illallah adalah kunci surga, inti risalah kenabian, dan fondasi Islam.
📚 3. Pendapat Ulama tentang Tauhid
-
Imam Ibn Taymiyyah berkata:
“Tauhid adalah mengesakan Allah dalam ibadah, cinta, takut, harap, doa, dan seluruh amal.”
(Majmū‘ al-Fatāwā, 1/94) -
Imam Al-Ghazali menegaskan:
“Makna La ilaha illallah bukan sekadar diucapkan, tetapi diyakini bahwa tiada yang berhak dicintai, ditakuti, dan dimintai pertolongan kecuali Allah.”
(Ihya’ ‘Ulum al-Din, 4/239) -
Imam Asy-Syafi’i berkata:
“Barang siapa menyekutukan Allah dalam ibadahnya, maka batallah amalnya.”
(Al-Umm, 1/54)
💎 4. Analisis Bait per Bait
🕊️ Bait 1:
Katakan, Tuhan itu satu
Tuhan tempat menyembah dan tempat meminta
🔹 Makna:
Ini menggambarkan tauhid uluhiyyah (keesaan Allah dalam ibadah). Hanya Allah tempat bergantung dan diminta segala hajat.
🔹 Dalil:
وَأَنَّ الْمَسَاجِدَ لِلَّهِ فَلَا تَدْعُوا مَعَ اللَّهِ أَحَدًا
“Dan sesungguhnya masjid-masjid itu milik Allah, maka janganlah kamu menyembah selain Dia.”
(QS. Al-Jinn [72]: 18)
🔹 Hikmah:
Menanamkan keyakinan bahwa segala ibadah (doa, sujud, permohonan) hanya kepada Allah, bukan kepada makhluk.
🌙 Bait 2:
Katakan, Tuhan itu satu
Tuhan tidak beranak dan tak diperanakkan
🔹 Makna:
Ini mengutip langsung makna dari QS. Al-Ikhlāṣ ayat 3 — bantahan terhadap keyakinan bahwa Allah punya anak atau orang tua.
🔹 Hikmah:
Menolak konsep antropomorfisme (menyamakan Allah dengan makhluk) yang terdapat pada beberapa kepercayaan non-Islam.
🌿 Bait 3 (Refrain):
La ilaha illallah (tiada Tuhan selain Allah)
🔹 Makna:
Inilah inti syahadat tauhid, puncak keimanan yang membedakan Muslim dengan kafir.
Menegaskan penolakan terhadap semua bentuk ketuhanan palsu (nafyu) dan penetapan bahwa hanya Allah yang disembah (itsbat).
🔹 Dalil:
فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللَّهُ
“Maka ketahuilah bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah.”
(QS. Muhammad [47]: 19)
🔹 Hikmah:
Menanamkan kesadaran bahwa keimanan bukan hanya di lisan, tetapi harus disertai pengetahuan dan pengakuan batin.
🌍 Bait 4:
Mengapa kau Tuhankan manusia
Mengapa kau menuhankan benda
🔹 Makna:
Sindiran terhadap perilaku syirik modern — menyembah materi, kekuasaan, atau mengkultuskan manusia.
🔹 Dalil:
اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِّن دُونِ اللَّهِ
“Mereka menjadikan orang alim dan rahib mereka sebagai tuhan selain Allah.”
(QS. At-Taubah [9]: 31)
🔹 Hikmah:
Mengajarkan agar manusia tidak menuhankan tokoh, harta, atau jabatan — karena semua hanyalah makhluk.
⚖️ Bait 5:
Janganlah kau menduakan dia
Janganlah kau menyekutukannya
🔹 Makna:
Larangan keras dari syirik — baik dalam bentuk menyembah selain Allah, meminta pada kubur, atau meyakini kekuatan lain di luar Allah.
🔹 Dalil:
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik kepada-Nya.”
(QS. An-Nisā’ [4]: 48)
🔹 Hikmah:
Menegaskan bahwa tauhid adalah pondasi iman; syirik adalah dosa terbesar yang tidak diampuni kecuali dengan tobat.
🌸 Bait 6 (Penutup):
Alam dan isinya semua ciptaan-Nya
Tiada satu pun yang menyerupainya
🔹 Makna:
Menunjukkan tauhid rububiyyah — Allah satu-satunya Pencipta dan Pemelihara alam.
Juga menegaskan tanzīh: Allah tidak serupa dengan makhluk-Nya.
🔹 Dalil:
اللَّهُ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ
“Allah adalah Pencipta segala sesuatu.”
(QS. Az-Zumar [39]: 62)
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ
“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia.”
(QS. Asy-Syūrā [42]: 11)
🔹 Hikmah:
Menumbuhkan rasa takzim dan tunduk hanya kepada Allah; manusia hanyalah makhluk lemah di hadapan Sang Pencipta.
🌟 5. Hikmah dan I‘ti bār Lagu “La ilaha illallah”
- Meneguhkan aqidah tauhid di tengah zaman yang penuh kemusyrikan modern.
- Menolak segala bentuk penyembahan kepada manusia, benda, atau kekuasaan.
- Mengajak umat untuk kembali ke fitrah keesaan Allah.
- Memperindah dakwah lewat seni musik yang mendidik hati dan akal.
- Mengingatkan bahwa kalimat La ilaha illallah adalah kunci keselamatan dunia dan akhirat.
🪶 Kesimpulan
Lagu La ilaha illallah karya Rhoma Irama bukan sekadar lagu religi, melainkan manifestasi dakwah tauhid yang sangat mendalam.
Setiap baitnya berakar kuat pada Surah Al-Ikhlāṣ dan ajaran Islam yang menolak segala bentuk kemusyrikan.
Ia mengajarkan bahwa tiada kebahagiaan, keselamatan, dan kemuliaan kecuali dalam pengesaan Allah semata.
Berikut lanjutan pembahasan — tafsir simbolik dan konteks sosial dakwah lagu “La ilaha illallah” karya Rhoma Irama, yang memperlihatkan bagaimana seni musik menjadi sarana syiar tauhid di tengah perubahan sosial Indonesia tahun 1970-an hingga kini.
🕰️ 1. Konteks Sosial dan Latar Sejarah Lagu
Pada era 1970–1980-an, Indonesia sedang mengalami perubahan sosial besar:
- Gelombang modernisasi dan materialisme meningkat,
- Banyak masyarakat mulai terpukau oleh kemajuan Barat,
- Nilai-nilai agama sering dianggap kolot dan terpinggirkan.
Dalam situasi ini, Rhoma Irama hadir dengan visi besar: menjadikan musik dangdut sebagai alat dakwah Islam — bukan sekadar hiburan. Lagu “La ilaha illallah” muncul sebagai respon moral dan teologis terhadap krisis spiritual zaman itu.
🎙️ Pesan sentralnya:
“Manusia telah menuhankan manusia dan benda — padahal Tuhan itu satu.”
🕋 2. Tafsir Simbolik Lagu “La ilaha illallah”
🌟 (a) Kalimat “La ilaha illallah”
Simbol dari perlawanan terhadap berhala modern, seperti:
- Kultus manusia (menuhankan tokoh, artis, pemimpin politik),
- Materialisme dan hedonisme (menuhankan uang, harta, jabatan),
- Kelekatan pada dunia yang melupakan akhirat.
🧭 Dalam konteks sosialnya, kalimat ini adalah revolusi spiritual — ajakan untuk menegakkan tauhid di hati, bukan hanya di lisan.
🕌 (b) “Katakan, Tuhan itu satu”
Simbol dari seruan dakwah Nabi Muhammad ﷺ di Makkah yang menentang politeisme Quraisy.
Rhoma Irama menafsirkan ulang konteks itu secara modern —
seolah berkata: “Umat hari ini juga masih banyak yang menyembah selain Allah, hanya wujudnya berbeda.”
🎵 Jadi, musik menjadi media amar ma’ruf nahi munkar dalam bentuk yang mudah diterima generasi muda.
💰 (c) “Mengapa kau Tuhankan manusia, menuhankan benda”
Simbol dari kekuasaan dan kapitalisme yang disembah secara tidak sadar.
Manusia tunduk pada jabatan, harta, popularitas —
padahal semuanya fana.
Ini adalah bentuk syirik kontemporer (syirik khafī — syirik tersembunyi), sebagaimana sabda Nabi ﷺ:
أخوف ما أخاف عليكم الشرك الأصغر
“Yang paling aku takutkan menimpa kalian adalah syirik kecil.”
(HR. Ahmad no. 23630)Ketika ditanya apa itu syirik kecil, beliau menjawab: الرياء (riya’).
🎯 Maknanya:
Rhoma Irama mengingatkan bahwa “menuhankan benda/manusia” bukan hanya dalam bentuk menyembah patung, tapi juga ketika seseorang menggantungkan diri sepenuhnya pada materi atau kekuasaan.
🌈 (d) “Alam dan isinya semua ciptaan-Nya”
Simbol dari kesadaran ekologis dan tauhid rububiyyah.
Rhoma Irama menanamkan pandangan Qur’ani:
alam bukan untuk disembah, tetapi dijaga sebagai amanah Allah.
📖 Dalilnya:
هُوَ الَّذِي جَعَلَكُمْ خَلَائِفَ فِي الْأَرْضِ
“Dialah yang menjadikan kamu sebagai khalifah di bumi.”
(QS. Fāṭir [35]: 39)
🎵 Jadi, lagu ini juga memiliki pesan ekologis spiritual: manusia harus tunduk pada Sang Pencipta, bukan mengeksploitasi ciptaan.
🎭 3. Dimensi Dakwah Kultural Rhoma Irama
🕋 (a) Tauhid dalam Bahasa Rakyat
Rhoma Irama berhasil membumikan konsep teologis yang rumit (tauhid) ke dalam bahasa rakyat yang sederhana.
Kalimat seperti “Janganlah kau menduakan Dia” lebih mudah dipahami masyarakat awam ketimbang ceramah akademik.
Ini adalah bentuk “tabligh bil-fann” (dakwah lewat seni).
🎶 (b) Perlawanan terhadap “Syirik Kultural”
Pada masa itu banyak masyarakat masih terpengaruh:
- Takhayul, klenik, pesugihan,
- Kultus individu terhadap pemimpin atau tokoh.
Melalui lagu ini, Rhoma Irama melawan bentuk-bentuk syirik itu dengan cara yang elegan dan lembut: lewat musik yang indah dan lirik yang meneguhkan tauhid.
🌙 (c) Menyadarkan Generasi Muda
Generasi muda sering lebih mudah tersentuh oleh seni ketimbang khutbah.
Rhoma Irama memahami hal ini, sehingga lagu menjadi sarana tarbiyah (pendidikan iman).
Dengan irama yang menarik dan lirik teologis, beliau membuka jalan agar anak muda menyukai agama, bukan menjauhinya.
🧠 4. I‘tibar dan Hikmah Sosial-Religius
- Tauhid bukan sekadar teori, tapi harus tampak dalam perilaku sosial — jujur, adil, tidak tamak.
- Syirik modern bisa berupa penyembahan terhadap uang, popularitas, atau kekuasaan.
- Seni bisa menjadi dakwah, asal bernilai dan membawa kesadaran ilahiah.
- Musik tidak haram secara mutlak — jika lirik dan tujuan mengandung kebaikan dan dakwah, sebagaimana pendapat sebagian ulama kontemporer (misalnya Yusuf al-Qaradawi, al-Halal wal-Haram fil Islam).
- Lagu ini mengajarkan tauhid rububiyyah, uluhiyyah, dan asma wa shifat secara ringkas dan indah.
🕊️ 5. Penutup
Lagu “La ilaha illallah” bukan sekadar karya musik, melainkan syahadat dalam bentuk seni.
Ia mengajarkan manusia agar:
- Tidak menuhankan makhluk,
- Tidak menyekutukan Allah,
- Menyadari bahwa seluruh alam tunduk kepada-Nya.
Rhoma Irama menegakkan kalimat La ilaha illallah bukan di mimbar, tapi di panggung — menjadikan musik sebagai mimbar dakwah yang hidup.
لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ، مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللّٰهِ
“Tiada Tuhan selain Allah, dan Muhammad adalah utusan Allah.”------------------------
Kita lanjutkan dengan pembahasan mendalam tentang makna tauhid rubūbiyyah, ulūhiyyah, dan asmā’ wa ṣifāt yang tersirat dalam lagu “La ilaha illallah” karya Rhoma Irama, lengkap dengan contoh perilaku manusia masa kini yang mencerminkan atau melanggar nilai-nilai tauhid tersebut.
🌟 1. Makna Tauhid secara Umum
Kata Tauhid (توحيد) berasal dari kata wahhada – yuwahhidu yang berarti “mengesakan”.
Artinya: meyakini, mengikrarkan, dan mengamalkan bahwa Allah satu-satunya Tuhan dalam penciptaan, ibadah, dan sifat-sifat kesempurnaan-Nya.
Para ulama membagi tauhid menjadi tiga aspek besar:
- Tauhid Rubūbiyyah → mengesakan Allah dalam penciptaan dan pengaturan alam.
- Tauhid Ulūhiyyah → mengesakan Allah dalam ibadah dan penghambaan.
- Tauhid Asmā’ wa Ṣifāt → menetapkan nama dan sifat Allah sebagaimana Dia tetapkan bagi diri-Nya tanpa menyerupakannya dengan makhluk.
🪶 2. Tauhid Rubūbiyyah dalam Lagu “La ilaha illallah”
🕊️ Potongan lirik:
“Alam dan isinya semua ciptaan-Nya,
Tiada satu pun yang menyerupainya.”
📖 Dalil Al-Qur’an:
اللَّهُ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ
“Allah adalah Pencipta segala sesuatu.”
(QS. Az-Zumar [39]: 62)
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ
“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya.”
(QS. Asy-Syūrā [42]: 11)
💡 Makna Tauhid Rubūbiyyah:
- Allah satu-satunya Pencipta (Khāliq), Pengatur (Mudabbir), dan Pemberi rezeki (Rāziq).
- Semua makhluk — manusia, hewan, langit, dan bumi — bergantung sepenuhnya kepada Allah.
⚠️ Pelanggaran Tauhid Rubūbiyyah di masa kini:
- Menisbatkan kekuatan kepada benda: percaya batu akik, jimat, atau angka membawa keberuntungan.
- Percaya pada kekuatan supranatural tanpa izin Allah: seperti paranormal, dukun, atau pesugihan.
- Merasa diri “pengatur hidupnya sendiri” tanpa mengakui takdir Allah.
🪞 Cerminan tauhid rubūbiyyah:
- Menyadari bahwa semua nikmat, rezeki, dan kehidupan adalah karunia Allah, bukan hasil kerja semata.
- Mengucapkan “Alhamdulillah” dalam setiap keberhasilan sebagai wujud pengakuan terhadap Rububiyyah Allah.
🕋 3. Tauhid Ulūhiyyah dalam Lagu “La ilaha illallah”
🌙 Potongan lirik:
“Katakan, Tuhan itu satu,
Tuhan tempat menyembah dan tempat meminta.”“Janganlah kau menduakan Dia,
Janganlah kau menyekutukannya.”
📖 Dalil Al-Qur’an:
وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ
“Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia.”
(QS. Al-Isrā’ [17]: 23)
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
“Hanya kepada-Mu kami menyembah, dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan.”
(QS. Al-Fātiḥah [1]: 5)
💡 Makna Tauhid Ulūhiyyah:
- Allah satu-satunya yang berhak disembah, didoakan, dicintai, ditakuti, dan diharapkan.
- Semua bentuk ibadah (shalat, doa, zikir, kurban, nazar) harus murni ditujukan kepada Allah.
⚠️ Pelanggaran Tauhid Ulūhiyyah di masa kini:
- Menduakan Allah dalam doa atau harapan — misalnya berdoa kepada makhluk yang sudah wafat untuk dimintai pertolongan.
- Mengutamakan perintah manusia daripada perintah Allah.
- Riya’ (pamer ibadah) — beribadah bukan karena Allah, tapi demi pujian.
🎯 Contoh perilaku yang mencerminkan Tauhid Ulūhiyyah:
- Berdoa hanya kepada Allah, bukan melalui benda, tokoh, atau roh.
- Menolak suap dan kecurangan meski peluang besar, karena takut kepada Allah, bukan kepada manusia.
- Melaksanakan amal kebaikan secara ikhlas tanpa pamrih duniawi.
🌸 4. Tauhid Asmā’ wa Ṣifāt dalam Lagu “La ilaha illallah”
🌿 Potongan lirik:
“Tiada satu pun yang menyerupainya.”
📖 Dalil Al-Qur’an:
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”
(QS. Asy-Syūrā [42]: 11)
💡 Makna Tauhid Asmā’ wa Ṣifāt:
- Menetapkan nama dan sifat Allah sebagaimana Dia tetapkan bagi diri-Nya tanpa mengubah, menolak, atau menyerupakan dengan makhluk.
- Meyakini bahwa Allah memiliki sifat-sifat kesempurnaan — Maha Kuasa, Maha Pengasih, Maha Adil, Maha Melihat — dan tidak ada yang menyerupai-Nya.
⚠️ Pelanggaran Tauhid Asmā’ wa Ṣifāt di masa kini:
- Menyamakan Allah dengan makhluk: misalnya mengatakan “Allah butuh bantuan kita”, padahal Allah tidak butuh siapa pun.
- Menolak sifat Allah: menolak bahwa Allah melihat, mendengar, atau berbicara sebagaimana firman-Nya.
- Memvisualisasikan Allah dalam bentuk fisik.
🎯 Contoh perilaku mencerminkan Tauhid Asmā’ wa Ṣifāt:
- Menyadari bahwa Allah Maha Melihat setiap amal, sehingga mendorong kejujuran dan amanah.
- Tidak berputus asa dari rahmat Allah, karena yakin Dia Maha Pengampun (الغفور).
- Tidak sombong, karena menyadari hanya Allah yang Maha Kuasa.
💎 5. Integrasi Ketiganya dalam Lagu Rhoma Irama
Aspek Tauhid | Potongan Lirik | Pesan Pokok | Pelanggaran yang Diperingatkan |
---|---|---|---|
Rubūbiyyah | “Alam dan isinya semua ciptaan-Nya” | Allah satu-satunya Pencipta dan Pengatur alam | Percaya benda/dukun membawa manfaat |
Ulūhiyyah | “Janganlah kau menduakan Dia” | Hanya Allah yang berhak disembah | Syirik, riya’, kultus manusia |
Asmā’ wa Ṣifāt | “Tiada satu pun yang menyerupainya” | Allah sempurna, tak serupa makhluk | Menolak atau menyamakan sifat Allah |
🌙 6. I‘tibār (Pelajaran Spiritual) dari Lagu “La ilaha illallah”
- Menegakkan tauhid bukan hanya di masjid, tapi juga di hati, rumah, dan dunia kerja.
- Menghindari syirik modern, seperti mengagungkan tokoh, uang, atau teknologi melebihi Allah.
- Menjadikan Allah pusat orientasi hidup, bukan materi atau popularitas.
- Memadukan ilmu dan seni dalam dakwah, agar pesan tauhid dapat diterima lintas generasi.
- Kalimat La ilaha illallah adalah kalimat pembebas — membebaskan jiwa dari perbudakan hawa nafsu dan dunia.
🕊️ 7. Penutup
Lagu “La ilaha illallah” adalah manifestasi tiga pilar tauhid dalam bentuk syair dan nada:
- Menegaskan bahwa Allah-lah Penguasa seluruh alam (Rubūbiyyah),
- Menyeru agar manusia hanya beribadah kepada-Nya (Ulūhiyyah),
- Dan mengingatkan bahwa tiada makhluk yang sebanding dengan-Nya (Asmā’ wa Ṣifāt).
Rhoma Irama tidak sekadar menyanyi — ia berdakwah dengan seni, menyatukan tauhid dan budaya, membangkitkan kesadaran iman lewat lantunan yang meresap di hati rakyat.
اللّٰهُ نُورُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ
“Allah adalah cahaya langit dan bumi.”
(QS. An-Nūr [24]: 35)
Sekarang kita akan melanjutkan pada pembahasan;
📖 Tafsir Akhlak dan Pesan Moral Praktis dari lagu “La ilaha illallah” karya Rhoma Irama — bagaimana nilai-nilai tauhid dalam lagu ini diterapkan dalam kehidupan sosial, ekonomi, dan politik umat Islam masa kini.
🌟 1. Tauhid sebagai Pondasi Akhlak
Tauhid bukan hanya konsep teologis, tapi akar dari seluruh moralitas dan perilaku sosial.
Siapa yang benar-benar meyakini “La ilaha illallah”, akan:
- Tulus dalam berbuat,
- Adil dalam bertindak,
- Jujur dalam bekerja,
- Dan rendah hati dalam memimpin.
إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
“Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.”
(QS. Al-An‘ām [6]: 162)
🔹 Makna ayat ini: Tauhid sejati menjadikan seluruh aspek hidup sebagai ibadah kepada Allah, bukan kepada hawa nafsu atau kepentingan duniawi.
🤝 2. Pesan Akhlak Sosial
🎵 Lirik terkait:
“Mengapa kau Tuhankan manusia,
Mengapa kau menuhankan benda.”
💡 Makna moral:
Rhoma Irama mengingatkan bahwa banyak manusia modern menuhankan sesama manusia dan benda-benda duniawi. Dalam konteks sosial, ini bisa berarti:
- Menyanjung orang kaya atau berkuasa berlebihan,
- Mengabaikan nilai kebenaran demi kepentingan pribadi,
- Mengukur derajat manusia dari harta, bukan akhlak.
📖 Dalil:
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ
“Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah yang paling bertakwa.”
(QS. Al-Ḥujurāt [49]: 13)
🪞 Pesan moral praktis:
- Nilai manusia tidak diukur dari kekayaan, tapi dari ketakwaan.
- Jangan menjadi “penjilat kekuasaan”, sebab itu bentuk menuhankan manusia.
- Hormati orang lain, tapi jangan mengkultuskan siapa pun selain Allah.
💰 3. Pesan Moral Ekonomi
🎵 Lirik terkait:
“Janganlah kau menduakan Dia,
Janganlah kau menyekutukannya.”
💡 Makna moral:
Tauhid juga menuntut kejujuran dan integritas dalam mencari rezeki.
Menduakan Allah dalam ekonomi berarti:
- Menjadikan uang sebagai “tuhan” utama,
- Menghalalkan segala cara demi harta,
- Tidak percaya bahwa rezeki sudah ditetapkan oleh Allah.
📖 Dalil:
وَفِي السَّمَاءِ رِزْقُكُمْ وَمَا تُوعَدُونَ
“Dan di langit terdapat rezekimu dan apa yang dijanjikan kepadamu.”
(QS. Adz-Dzāriyāt [51]: 22)
⚠️ Pelanggaran tauhid dalam ekonomi modern:
- Riba dan korupsi: mengandalkan tipu daya, bukan keberkahan Allah.
- Nepotisme dan sogokan: mengutamakan manusia daripada hukum Allah.
- Menimbun harta tanpa zakat.
🌿 Akhirnya:
Seorang yang benar-benar berpegang pada La ilaha illallah akan yakin bahwa rezeki halal dan berkah lebih mulia daripada harta haram sebesar apa pun.
🏛️ 4. Pesan Moral Politik
🎵 Lirik terkait:
“Katakan, Tuhan itu satu, Tuhan tempat menyembah dan tempat meminta.”
💡 Makna moral:
Tauhid menuntut kepemimpinan yang berorientasi pada keadilan, bukan kekuasaan.
Seorang pemimpin yang beriman kepada La ilaha illallah tidak akan:
- Menjadikan jabatan sebagai berhala,
- Menindas rakyat demi kekuasaan,
- Menghalalkan dusta dan fitnah demi mempertahankan kursi.
📖 Dalil:
إِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَىٰ أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ أَنْ تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ
“Sesungguhnya Allah memerintahkan kamu untuk menyampaikan amanat kepada yang berhak, dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia, hendaklah kamu menetapkannya dengan adil.”
(QS. An-Nisā’ [4]: 58)
⚖️ Pesan moral praktis:
- Jabatan adalah amanah, bukan milik pribadi.
- Keadilan sosial dan moral adalah manifestasi tauhid.
- Politik yang jujur adalah ibadah, bukan sekadar perebutan kekuasaan.
🕌 5. Pesan Moral Spiritual dan Pribadi
🎵 Lirik terkait:
“La ilaha illallah (tiada Tuhan selain Allah).”
Kalimat ini bukan sekadar ucapan, tapi komitmen spiritual total:
- Menyerahkan diri sepenuhnya pada Allah,
- Menghilangkan ketergantungan pada makhluk,
- Membangun tsiqah (kepercayaan) penuh pada ketentuan Allah.
📖 Dalil:
وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
“Barang siapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupinya.”
(QS. At-Ṭalāq [65]: 3)
🪞 Akhlak praktis dari tauhid:
- Tawakal – tetap tenang dalam kesulitan, percaya bahwa Allah mengatur segalanya.
- Syukur – sadar bahwa semua nikmat datang dari Allah, bukan hasil ego diri.
- Sabar – menerima ujian sebagai kasih sayang Allah.
- Ikhlas – beramal tanpa pamrih duniawi.
- Amanah dan jujur – karena tahu Allah Maha Melihat setiap tindakan.
🌈 6. I‘tibār (Pelajaran Besar Lagu Ini di Zaman Modern)
Aspek Kehidupan | Tantangan Zaman Modern | Solusi Tauhid dari Lagu Rhoma |
---|---|---|
Sosial | Kultus manusia, fanatisme, diskriminasi | Hargai sesama karena Allah, bukan karena status |
Ekonomi | Materialisme, korupsi, riba | Rezeki halal lebih berkah; kerja sebagai ibadah |
Politik | Kekuasaan absolut, penyelewengan | Kepemimpinan sebagai amanah Allah |
Spiritual | Krisis iman, kecemasan hidup | Ketenangan dengan dzikir La ilaha illallah |
🕊️ 7. Kesimpulan
Lagu “La ilaha illallah” adalah manifesto akhlak tauhid:
- Mengajarkan umat agar bersih hati dari kesyirikan dan ketergantungan dunia.
- Menyadarkan bahwa setiap aspek kehidupan — sosial, ekonomi, politik — harus tunduk di bawah keesaan Allah.
- Menjadikan musik sebagai sarana penyadaran spiritual dan perbaikan moral masyarakat.
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk menyembah-Ku.”
(QS. Adz-Dzāriyāt [51]: 56)
🎵 Rhoma Irama melalui lagu ini menanamkan akhlak tauhid:
Hidup bukan untuk dunia, tapi untuk Allah.
Jabatan, harta, dan pujian hanyalah titipan — yang kekal hanyalah Allah, Rabb semesta alam.
Berikut lanjutan kajian pesan tauhid dalam lagu “La ilaha illallah” karya Rhoma Irama — kini dalam konteks refleksi moral kontemporer di era digital dan media sosial.
🌐 Refleksi Moral Kontemporer: Tauhid di Dunia Digital dan Media Sosial
📱 1. Tantangan Tauhid di Era Digital
Zaman digital menghadirkan bentuk “berhala baru” yang sering kali menggeser ketulusan ibadah dan keikhlasan hati.
Rhoma Irama seolah menasihati generasi masa kini lewat liriknya:
“Mengapa kau Tuhankan manusia,
Mengapa kau menuhankan benda.”
Kini, “manusia dan benda” itu bisa berarti:
- Popularitas dan pengikut (followers) yang membuat seseorang berbangga diri,
- Gadget dan media sosial yang menjadi pusat perhatian,
- Algoritma dan opini publik yang dijadikan ukuran benar-salah, bukan lagi wahyu Allah.
📖 Dalil:
أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَٰهَهُ هَوَاهُ
“Apakah engkau melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya?”
(QS. Al-Jāṡiyah [45]: 23)
🔹 Maknanya:
Di era digital, banyak orang secara tidak sadar menjadikan hawa nafsu, likes, dan citra diri sebagai “tuhan kecil”. Inilah bentuk modern dari syirik sosial.
💬 2. Akhlak Tauhid dalam Bermedia Sosial
🌿 Prinsip 1 — Ikhlas dan Niat Lillah
Setiap unggahan, komentar, dan konten seharusnya diniatkan untuk kebaikan dan dakwah, bukan pamer atau mencari validasi.
إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ
“Sesungguhnya segala amal tergantung pada niatnya.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
🪞 Refleksi:
- Jangan unggah demi pujian, tapi demi manfaat.
- Hindari riya digital — seperti pamer amal, donasi, atau ibadah di media sosial.
🌿 Prinsip 2 — Jujur dan Amanah Informasi
Tauhid menuntut kejujuran dalam setiap ucapan dan tulisan, termasuk di dunia maya.
فَاجْتَنِبُوا الْكِذْبَ فَإِنَّ الْكِذْبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ
“Jauhilah dusta, karena dusta menuntun kepada kefasikan.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
🪞 Refleksi:
- Jangan menyebarkan hoaks, fitnah, atau ujaran kebencian.
- Setiap jari yang menulis akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah.
مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ
“Tidak ada satu kata pun yang diucapkannya melainkan ada malaikat pengawas yang selalu siap mencatat.”
(QS. Qāf [50]: 18)
🌿 Prinsip 3 — Adab dan Akhlak Digital
Tauhid menumbuhkan kesadaran bahwa Allah selalu melihat, meski di balik layar.
أَلَمْ يَعْلَمْ بِأَنَّ اللَّهَ يَرَىٰ
“Tidakkah dia tahu bahwa Allah melihat?”
(QS. Al-‘Alaq [96]: 14)
🪞 Refleksi:
- Jangan berkata kasar, mencela, atau menghina di kolom komentar.
- Gunakan media sosial untuk menyebarkan ilmu, kedamaian, dan nilai Islam.
- Bila tidak bisa menulis kebaikan, lebih baik diam — ini adab tauhid digital.
🕋 3. Tauhid sebagai Filter Gaya Hidup Digital
Tantangan Digital | Bentuk “Syirik Modern” | Solusi Tauhid |
---|---|---|
Haus popularitas | Menjadikan pengikut sebagai ukuran nilai diri | Ukur diri dengan takwa, bukan like |
Hedonisme konten | Menyembah gaya hidup dan kemewahan | Hidup sederhana dan bersyukur |
Politik kebencian | Menuhankan kelompok dan fanatisme | Adil dan berpegang pada kebenaran |
Ketergantungan gadget | Menjadikan gawai sebagai pusat waktu dan perhatian | Gunakan teknologi sebagai alat ibadah |
📖 Dalil penegas:
قَدْ أَفْلَحَ مَن زَكَّاهَا، وَقَدْ خَابَ مَن دَسَّاهَا
“Sungguh beruntung orang yang menyucikan jiwanya, dan merugi orang yang mengotorinya.”
(QS. Asy-Syams [91]: 9–10)
🌺 4. Pesan Tauhid untuk Generasi Muda
Rhoma Irama melalui lagu La ilaha illallah ingin menanamkan kesadaran tauhid sejak dini.
Bagi generasi muda Muslim di era digital:
- Jadikan Allah sebagai pusat perhatian, bukan tren atau opini publik.
- Ukur keberhasilan dengan ridha Allah, bukan jumlah pengikut.
- Gunakan musik, seni, dan teknologi untuk menguatkan iman, bukan melalaikan.
📖 Dalil motivatif:
فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ
“Maka tetaplah engkau di jalan yang benar sebagaimana telah diperintahkan kepadamu.”
(QS. Hūd [11]: 112)
💎 5. I’tibār dan Hikmah Umum
🎵 “La ilaha illallah, tiada Tuhan selain Allah.”
Maknanya kini lebih luas:
- Tiada yang layak dipuja di media sosial kecuali Allah.
- Tiada yang layak diikuti kecuali kebenaran yang bersumber dari wahyu.
- Tiada yang abadi selain ridha Allah — bukan popularitas, bukan kekuasaan, bukan harta.
🕊️ Kesimpulan Akhir
Pesan Tauhid dalam dunia modern menurut lagu Rhoma Irama:
- Meneguhkan akidah di tengah derasnya arus digital dan materialisme.
- Menjadikan tauhid sebagai filter moral dan perilaku online.
- Mengubah media sosial menjadi wasilah dakwah dan kebaikan.
- Menumbuhkan generasi beriman, beradab, dan berilmu digital.
اللّٰهُ نُورُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ
“Allah adalah cahaya langit dan bumi.”
(QS. An-Nūr [24]: 35)
🌼 Maka siapa pun yang menjadikan “La ilaha illallah” sebagai prinsip hidup, akan bercahaya di dunia digital sebagaimana bercahaya di dunia nyata — karena Allah adalah satu-satunya sumber cahaya kebenaran.
Posting Komentar