NABI PALSU, DZURIYAH PALSU, DAN SETIAP ALIRAN SESAT SELALU ADA PENGIKUTNYA
Versi Ilmiah Buletin Dakwah Kontemporer
Pendahuluan
Sejarah Islam mencatat bahwa kemunculan nabi palsu, klaim nasab palsu, dan aliran-aliran sesat bukanlah fenomena baru. Selama ada hawa nafsu, kepentingan dunia, dan lemahnya literasi agama dalam masyarakat, selalu akan ada orang yang mengaku nabi, mengaku keturunan Nabi, atau menyebarkan ajaran menyimpang, serta selalu ada kelompok masyarakat yang tertipu dan mengikutinya.
Fenomena ini bersifat sunatullah sosial, karena Allah menakdirkan adanya ujian berupa pemimpin-pemimpin kebatilan, agar terlihat siapa yang jujur berpegang pada kebenaran.
1. Nabi Palsu: Fenomena Lama dalam Sejarah Islam
1.1 Nabi palsu sudah diprediksi Nabi Muhammad ﷺ
Rasulullah ﷺ menegaskan bahwa setelah beliau wafat, akan bermunculan banyak pendusta yang mengaku sebagai nabi.
Hadits:
لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَخْرُجَ ثَلَاثُونَ كَذَّابًا، كُلُّهُمْ يَزْعُمُ أَنَّهُ نَبِيٌّ
“Tidak akan terjadi kiamat hingga muncul tiga puluh pendusta, semuanya mengaku sebagai nabi.”
(HR. Abu Dawud no. 4333)
Hadits ini menjadi dasar bahwa fenomena nabi palsu adalah pasti terjadi, karena ia bagian dari tanda-tanda kiamat kecil.
1.2 Motif munculnya nabi palsu
- Ambisi untuk kekuasaan, harta, dan popularitas.
- Menyimpangkan agama demi kendali atas pengikut.
- Keretakan sosial dan ketidaktahuan masyarakat.
1.3 Selalu punya pengikut
Sejak Musailamah al-Kadzdzab, al-Aswad al-‘Ansi, hingga masa modern, semua nabi palsu tetap memiliki pengikut, karena adanya orang yang lemah iman, mudah dibodohi, atau berharap mendapat keuntungan duniawi.
2. Dzuriyah Palsu Nabi SAW: Rekayasa Nasab untuk Publik dan Kekuasaan
2.1 Mengaku keturunan Nabi tanpa bukti adalah dosa besar
Islam menjadikan kejujuran nasab sebagai prinsip besar.
Hadits:
مَنِ ادَّعَى إِلَى غَيْرِ أَبِيهِ فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللَّهِ
“Siapa yang mengaku kepada ayah yang bukan ayahnya, maka ia mendapat laknat Allah.”
(HR. Muslim no. 63)
Mengaku keturunan Nabi tanpa bukti nasab ilmiah adalah bentuk pemalsuan identitas, bahkan lebih berat karena menunggangi kehormatan Rasulullah ﷺ.
2.2 Mengapa dzuriyah palsu selalu memiliki pengikut?
- Masyarakat mudah terpesona simbol agama.
- Ada harapan mendapat berkah instan.
- Para pelaku sering membangun network sosial, pencitraan, atau ritual-ritual khusus untuk menarik massa.
- Minimnya edukasi tentang kaidah ilmu nasab (ʿilm al-ansāb).
2.3 Mengagungkan keturunan palsu adalah bentuk kesesatan sosial
Islam menekankan bahwa kemuliaan bukan pada nasab, tetapi pada ketakwaan.
Dalil:
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ
“Sesungguhnya yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah yang paling bertakwa.”
(QS. Al-Hujurat: 13)
3. Aliran Sesat: Selalu Ada Pemimpin dan Selalu Ada Pengikut
3.1 Al-Qur'an sudah menjelaskan sunnatullah ini
وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ الْإِنسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَىٰ بَعْضٍ
“Demikianlah Kami jadikan bagi setiap nabi musuh-musuh berupa setan dari manusia dan jin, sebagian mereka menginspirasi sebagian lainnya.”
(QS. Al-An‘am: 112)
Ayat ini menunjukkan bahwa setiap kebenaran pasti memiliki musuh, dan mereka saling bekerja sama menyebarkan tipuan.
3.2 Faktor mengapa aliran sesat selalu punya pengikut
- Kebodohan agama – tidak belajar dari ulama muktabar.
- Karisma pemimpin palsu – tampil religius, pandai retorika.
- Kebutuhan psikologis pengikut – mencari identitas, komunitas, dan keistimewaan.
- Janji mistis atau duniawi – kekayaan, kesaktian, jabatan, “jalan cepat ke surga.”
- Eksploitasi emosi – ketakutan, harapan, atau trauma.
4. Tanggung Jawab Ulama dan Masyarakat: Mencegah Penyimpangan
4.1 Kewajiban amar makruf nahi mungkar
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ... تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ
“Kalian adalah umat terbaik… yang menyuruh kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran.”
(QS. Ali ‘Imran: 110)
Pemalsuan nabi, nasab, atau ajaran agama adalah kemungkaran besar yang wajib dicegah secara ilmiah, santun, dan tegas.
4.2 Meningkatkan literasi syariah
- Menguatkan kajian aqidah.
- Memahami kaidah validasi nasab.
- Belajar dari para ulama yang tsiqah (terpercaya).
- Menghindari kultus individu.
Penutup
Fenomena nabi palsu, dzuriyah palsu, dan aliran sesat akan terus muncul sepanjang zaman. Umat Islam harus menjawabnya dengan ilmu, kewaspadaan, dan keteguhan aqidah, bukan dengan emosi dan fanatisme buta. Kebenaran akan tetap tegak, tetapi hanya bagi mereka yang mau mencarinya dan berpegang pada petunjuk wahyu.
Daftar Pustaka
- Al-Qur’an al-Karim.
- Muslim, Shahih Muslim.
- Abu Dawud, Sunan Abu Dawud.
- Ibn Taimiyah, Majmū‘ al-Fatāwā.
- Al-Dzahabi, Siyar A‘lam al-Nubalā’.
- Al-Suyuthi, Tarikh al-Khulafā’.
- Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu.
- Al-Buthi, Kubral-Yaqiniyat al-Kawniyyah.


Posting Komentar